Pengalaman Seru Berbuka Puasa di Negeri Selangor, Malaysia

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Senin, Mei 13, 2019


Alhamdulillah, puasa pertama di bulan Ramadhan tahun 2019 ini bisa kami lalui di Bangi-Kajang Negeri Selangor kembali. Dua kota yang saling berdekatan ini mempunyai banyak kenangan indah dalam memoriku. Di sinilah, kota tempat tinggalku ketika pertama kali menjejakkan kaki di tanah Melayu, Malaysia pada tahun 2011 lalu.


Banyak tempat yang sangat berkesan di kota ini sehubungan dengan momen bulan puasa. Di kota inilah, untuk pertama kalinya saya dikejutkan dengan momen buka puasa bersama yang diadakan di masjid-masjid kota ini. Momen buka puasanya seperti orang hajatan, sementara kalau di tanah air lebih kepada nasi dos/nasi kotak.

Berikut beberapa kisah berbuka puasa di negeri jiran.

1. Masjid Kampus Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM)

Sumber Gambar http://www.ukm.my/pusatislam/

Secara rutin, masjid ini menyelenggarakan acara buka puasa bersama di setiap bulan Ramadhan. Meski berada di kawasan kampus, acara buka puasa bersama ini juga terbuka untuk umum. Jadi, tidak sebatas untuk mahasiswa kampus ini saja.

Pertama kali ikut berbuka puasa di tempat ini, saya sangat terkejut dengan tampilan makanan yang disajikan. Jika di Indonesia kita terbiasa dengan nasi kotak atau nasi bungkus, di sini nasinya disajikan dalam sebuah baki besar. Di atasnya berisi nasi putih/briyani, lauk, sayur, buah, dan kurma.


Gimana makannya?” tanyaku kala itu.

Saya pikir satu nampah diperuntukkan untuk satu orang. Ternyata, satu baki besar itu untuk empat orang. Pantesan, porsinya jumbonya banget. Waktu itu, “pasukanku” masih lengkap, jadi satu tampah bisa buat kami sekeluarga. Jadi, gak perlu ikut gabung dengan pasukan lain atau manggil orang biar pasukan kami genap 4 orang.

Jangan lupa, usai makan, harap membersihkan sisa makanan plus mencuci tampahnya, ya.

Sayangnya, sehabis makan berat, kita akan langsung mengerjakan shalat Maghrib. Di episode ini yang kadang membuatku gimana gitu karena harus makan agak cepat agar bisa mengikuti shalat Maghrib berjamaah. Biar gak ketinggalan shalat, biasanya urusan nyuci tampah kuserahkan pada anak-anak. Hihihi.

2. Masjid Jameek Kajang

Sumber Gambar http://e-masjid.jais.gov.my

Pertama kali berbuka puasa di masjid ini, saya sempat sedikit kecewa. Saat waktu berbuka puasa tiba, kami “hanya” disuguhkan dengan aneka jajanan khas Malaysia dan bubur lambuk. Saya pikir hanya itu sajian buka puasanya.

Namun, ternyata saya salah. Menu buka puasa yang “hanya” berupa kuih muih, seperti karipap, dodol, cekodok, donat ubi (saya lupa namanya), dan sebagainya itu rupanya merupakan hanya merupakan  menu pembuka. Menu ringan ini sengaja disajikan untuk membatalkan puasa dan perut tidak kekenyangan saat mengikuti shalat Maghrib nanti.

Nah, usai mengerjakan shalat Maghrib, barulah kami dijemput untuk makan besar. Di episode inilah, kami disuguhkan makanan berat dengan lauk berupa ayam atau daging. Makannya juga bisa lebih nikmat dan tidak terburu-buru karena sebelumnya kami sudah mengerjakan shalat Maghrib.   

3. Masjid Putrajaya


Untuk pertama kalinya, kami berbuka puasa di masjid ini. Sebenarnya, dulu kami selalu berencana untuk datang ke tempat ini. Qadarallah, selalu saja ada halangan sehingga keinginan untuk berbuka di masjid merah muda ini baru terwujud tahun ini.



Rupanya, acara berbuka puasa di sini mirip dengan "ritual" di masjid Jameek Kajang. Sebagai pembuka, kami disajikan dengan kudapan dalam piring berupa empat potong kue dan beberapa butir kurma. Rupanya, untuk porsi sepiring diperuntukkan untuk empat orang. Nah, setelah mengerjakan shalat Maghrib barulah makanan besar dihidangkan.


Ada  momen yang cukup memalukan yang kami alami. Ketika anak-anak mengambil minuman, rupanya sirup yang disediakan adalah sirup rasa sarsaparilla. Terus terang, kami kurang menyukai rasa sirup ini. 

"Rasa balsem" demikian anak-anak menyebutnya.

Karena kurang suka, saya kemudian menyuruh anak-anak mengambil air putih saja. Kebetulan, di samping galon yang berisi sirup juga terdapat galon berisi air putih.

"Air putihnya gak enak" kata Nusaibah, anakku

"Air putihnya rasanya aneh" kata Khaulah, anakku

"Air putihnya rasa kaporit" kata mamaku

Namun, karena hanya ada dua pilihan antara sirup rasa balsem dan air putih rasa aneh, akhirnya air putih itu habis juga. 

Dan, misteri air putih rasa aneh itupun terungkap ketika kami pulang. Lewat suami, kami diberitahukan kalau air putih tersebut bukanlah air minum, tetapi air kobokan.

What????????

Hikz. Untung saja, tak ada yang sakit perut usai menghabiskan air putih rasa aneh tersebut. Huhuhu.

Seru juga ya, pengalaman buka puasa kami di wilayah Negeri Selangor. Kapan-kapan, kisah ini akan dilanjutkan dengan pengalaman berbuka puasa di Negeri Terengganu, wilayah yang saya diami saat ini. 

Happy Fasting Ramadhan.

  • Share:

You Might Also Like

42 Comments

  1. Haduuuh saya udah ikut eneg saja membayangkan itu si air kobokan 😅
    Rame juga ya mbak buka puasa di masjidnya. Makanannya juga bervariasi. Camilannya hmmm bikin pengeen.
    Enaknya memang keluar kudapan dulu ya sebelum sholat magrib. Baru makan berat setelah sholat. Wah, lebaran pulang kampung dong mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sumpah, baru kali ini saya nyobain air kobokan. Hiks, semoga pertama dan terakhir. Insya Allah, tahun ini kami sekeluarga lebarannya di kampung orang lagi.

      Hapus
  2. Cocok nih dengan keluarga kami cara berbuka ala masjid Kajang dan Putra Jaya. Biasanya di rumah juga seperti itu sih. Tajil dulu, shalat, baru makan malam. Malah kadang-kadang, sambung Isya dan tarawih dahulu, baru makan malam. Beda-beda kebiasaan sih.
    Waduh air untuk kobokan diminum. Bebas kuman sih ya, karena mengandung kaporit...Wkwkwk...untuk tidak apa-apa ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget, Mba. kalau kudapan ringan yang dipakai untuk berbuka memang lebih siip. Kita bisa lebih santai dan lebih khusyuk shalat maghribnya. Huah, akhirnya bisa merasakan air kaporit....

      Hapus
  3. Wow, pengalaman berbuka puasa di negeri seberang, ramai ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan ramai, Mba. Maklum, saya di Indonesia justru jarang bukber di masjid, hehehe

      Hapus
  4. Wahh, air untuk cuci tangah ternyata, yaa? Untung nggak ada yang mules, ya. Saya pernah ketemu waktu nemanin suami kunjungan ke salah satu daerah di Maluku. Ada galon kayak dispenser gitu, tapi letaknya di luar tenda. Ternyata dispensernya digunakan untuk air cuci tangan.

    BalasHapus
  5. Setiap Ramadan saya selalu berencana buka puasa di Masjid-masjid, setidaknya di Makassar saja dulu. Tapi, jangankan masjid di luar daerah di masjid dalam daerah saja belum pernah hiks.
    Apa sebab?
    Anak-anak tak mau diajak ke masjid. kalau alasannya bisa langsung salat magrib, lah habis buka puasa yang ringan di rumah, mereka biasanya langsung lari ke masjid yang tidak terlalu jauh dari rumah. Pulangnya baru makan yang berat, maka tinggallah saya di rumah dengan segala kerempongan cuci piring dan bersih-bersih. Alhamdulillah, ini juga yang selalu dikenang anak-anak saat mereka jauh dari rumah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itumi juga alasanku tidak pernah bukber di masjid kalau di Makassar. Banyak yang harus dibereskan setelah para anggota buka puasa.

      Hapus
  6. Ihihihi ngekek bacanya mba. Kebayang deh itu air putih rasa kaporit ������

    Eniwe, bisa jadi kenang-kenangan sih ya ceritanya ampe gede. Selamat berpuasa ya mbaaa semoga lancar jaya selalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huah, aku diketawain Mba Bety....

      Aamiin, terima kasih doanya, Mba

      Hapus
  7. Hah? Seriusan bunda itu air kobokan? Bundanya yang keliru apa mereka yang salah kasih sih bun. Oalah tapi Alhamdulillah ya ga sakit perut. Tapi disamping tragedi kobokan, salut sama masjid-masjid disana yah yang memfasilitas orang untuk berbuka puasa. MasyaAllah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Airnya ambil sendiri, udah gitu pakai gelas juga. Adanya juga di dalam galon, bersebelahan dengan air sirup yang dipake berbuka puasa. Mestinya kan taruh di bawah aja tuh galon kobokan biar kita gak kecele.

      Hapus
  8. Masya Allah senangnya baca kisah Ramadhan di negeri seberang begini
    Kebayang yang buka puasa di masjid kampus langsung makan besar..ketusuk-tusuk perut rasanya pasti.
    Dan Alhamdulillah buka puasa di masjid begitu terjamin di malaysia ya..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertama kali buka di kampus, saya juga ilfill. Kebayang shalat Maghrib dalam keadaan kenyang. Tapi karena suasananya asyik, jadinya dinikmati aja. Sebagai antisipasi, saya bawa wadah dari rumah buat menyimpan makanan yang gak abis.

      Hapus
  9. Bundaaa ... di bagian akhirnya aku tertawa ngakak, nih. Duh, maafkan. Ya, kadang-kadang penampilan air kobokan memang masih mirip sama air mineral, sih, hahaha ...

    Berbuka puasa di mesjid apakah memang sudah menjadi tradisi di sana atau karena Bunda dan keluarga memang meniatkan diri mau sholat jamaah di mesjid?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tampilan air kobokannya memang menipu banget, masa di taro di galon.

      Di sini acara buka puasa di masjid sepertinya sudah tradisi. Bahkan, tetangga saya dulu bilang kalau Ramadhan kayak gini gak usah masak, lebih enak buka ramai-ramai di masjid.

      Hapus
  10. Pengalaman berharga, Mbak. Jangankan di luar negeri ya, saya kalau punya kesempatan berbuka di kota/desa/masjid lain saja excited banget, karena selalu ada yg berbeda. Masalah tradisi ini emamng unik, dan rasanya tidak perlu diperdebatkan hanya masalah kebiasaan saja. Yang jelas selalu seru mempelajari tradisi tempat lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes, pengalaman itu yang bikin kita exited. Berbuka puasa di tempat yang berbeda dari suasana berbuka puasa yang biasa.

      Hapus
  11. Masya Allah, serunya bisa berbuka puasa di berbagai kawasan di negeri jiran. Jadi bisa merasakan tradisi dan suasana yang berbeda. Pengalaman tdk nyaman pun ada, ya :)

    Di sana ada juga ya sebutan "Masjid Jameek". Beda penulisan aja, di sini nyebutnya Masjid Jami'

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mba. Memang seru bisa merasakan tradisi berbuka puasa di tempat-tempat yang berbeda.

      Hapus
  12. Pengalamannya pasti sangat berkesan nih mba. Saya jadi ingin ketawa pas baca soal air kaporit itu. Hihi

    Nggak bayangin ekspresinya bocah bikin gemas. Hahaha

    BalasHapus
  13. Seru banget mbak pengalamannya...
    Tapi yang bikin ngakak adalah part terakhirnya...
    Jadi itu beneran air kobokan ya?? *speechless akuu... :(

    Mba, blognya udah aku follow..
    Tolong follow balik yaa, makasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hikz, iya beneran air kobokan. Siip, mba. Langsung saya folback

      Hapus
  14. Aku belum pernah buka puasa di Malaysia :) semoga ada kesempatan suatu saat

    BalasHapus
  15. Mbaaa, kenapa jadi minum air kobokan siih heheheheh btw mantap ya sajian buka puasa di masjid-masjid Malaysia. Alhamdulillah.

    BalasHapus
  16. hehehehe..ya Allah mbak. lucu tapi kasian, setidaknya jadi pernah punya pengalaman minum air kobokan ya mbak. Tapi cerita ramadhan kelilingnya seru mbak, jadi tahu budaya ramadhan di negara lain :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, udah tahu rasanya air kobokan. Hikz

      Hapus
  17. itu wadah air kobokannya kayak apaaa mb? jadi penasaran, kenapa bisa dikira air minum?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wadahnya pake galon, mba. Gak ada bedanya dengan galon isi sirup. Makanya kita silap

      Hapus
  18. ya Allah, yang di Masjid Putrajaya kok pengalaman buka puasanya gimana, gitu mbak.

    BalasHapus
  19. Pasti seneng ya Mbak bisa berbuka di masjid-masjid yang berbeda di Malaysia. Lebih enak lagi karena nggak uah repot-repot masak untuk berbuka di rumah. Menunya juga enak-enak tuh, jadi kepingin juga ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget, dengan berbuka puasa di masjid, jadinya gak perlu repot masak lagi, hehehe

      Hapus
  20. atuhlah mbak, momen terakhirnya memorable moment banget y mb xD. Masya Alloh, Malaysia memang tdk bnyak Masjid seperti di Indonesia, namun di Masjid-Masjid besar di atas, buka puasanya berlimpah masya Alloh y mbak. btw, dapat teh tarik jg kah mb? hihi~ 💖 terima ksih sdh berbagi mb

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masjid raya yang dipakai buat shalat Jumat memang tidak sebanyak di Indonesia. Yang banyak itu surau, masjid yang dipake shalat 5 waktu tetapi tdk untuk Jumatan. Kalau teh tarik sih, kadang-kadang saja adanya karena kebiasaan di sini berbuka puasa dengan sirup (air sirap, kata mereka)

      Hapus
  21. Seru pengalamannya... nasi briyani ingat film india... cekodok ingat upin dan ipin.... air kobokan ingat apa ya? :D eneg2 gmn mgkin ya apalagi pas tahu klo yg diminum itu air kobokan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau tahu air kobokan mah kagak mungkin saya minum, Mba. Tapi hikmahnya, saya jadi tahu bagaimana rasa air kobokan, hehehe

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging