Sudut Pandang: Gampang-Gampang Susah
By : Ary Nilandari
Sudut pandang, Viewpoint, atau Point of View (POV), secara sederhana, adalah bagaimana penulis menempatkan dirinya dalam cerita, dan bagaimana ia menyampaikan cerita kepada pembaca. POV ditentukan saat mulai menulis. Digunakan konsisten dari awal hingga akhir cerita. Jadi tidak berubah-ubah sesukanya antar adegan. Ada beberapa pilihan POV:
1. POV orang pertama (aku): penulis menjadi si aku dalam cerita, mengikuti pikiran dan aksi si aku. Penulis tidak bisa menggambarkan apa yang tidak dilihat si aku, tidak bisa mengetahui perasaan yang tidak dirasakan si aku. POV ini dianggap paling mudah, terutama bagi penulis pemula, karena seperti menulis diari saja. Hati-hati: Apa pun yang diketahui si aku tidak bisa dirahasiakan dari pembaca. Karena pembaca menjadi si aku.
Contoh:
Aku berlari mendaki bukit secepat mungkin. Aku harus meloloskan diri! Jantungku berdegup kencang dan otot-otot kakiku mengejang. Sampai di puncak bukit, aku menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutiku. Kudengar ia menggerung keras. Rasanya tak mungkin aku bisa lepas darinya. Jelas sekali ia marah karena tiga matanya terkena pasir lemparanku.
2. POV orang kedua (kau): sangat jarang digunakan. Penulis seperti mengamati tindak tanduk si tokoh (kau) melalui teropong, lalu menceritakan apa yang dilihatnya kepada si kau juga.
Contoh:
Kau berlari mendaki bukit secepat mungkin. Kau harus meloloskan diri! Kaurasakan jantungmu berdegup kencang dan otot-otot kakimu mengejang. Sampai di puncak bukit, kau menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutimu. Ia menggerung keras. Tak mungkin kau bisa lepas darinya. Jelas sekali monster itu marah karena tiga matanya terkena pasir lemparanmu.
3. POV orang ketiga (dia/ia), subjektif, konsisten di satu tokoh sepanjang cerita. Batasannya hampir sama dengan si aku. Bedanya penulis masuk ke dalam kepala satu tokoh saja, si dia/ia, dan mengikutinya dengan konsisten. Hal-hal di luar pengatahuan si dia, tidak bisa digambarkan, seperti pikiran dan perasaan tokoh-tokoh lain. Dengan POV orang ketiga subjektif ini, karakter dan karakterisasi satu tokoh utama bisa dieksplorasi lebih dalam dan diperkuat. Hati-hati: Tidak mudah konsisten pada satu tokoh. Sering tanpa sadar penulis berpindah memasuki kepala tokoh lain. Diperlukan latihan dan pengalaman untuk menyadari perpindahan ini dan kembali ke jalurnya.
Contoh:
Beno berlari mendaki bukit secepat mungkin. Ia harus meloloskan diri! Jantungnya berdegup kencang dan otot-otot kakinya mengejang. Sampai di puncak bukit, Beno menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutinya. Beno mendengarnya menggerung keras. Tak mungkin ia bisa lepas dari makhluk itu, pikirnya. Jelas sekali monster itu marah karena tiga matanya terkena pasir. Beno tersenyum getir. Cuma pasir yang dimilikinya untuk melawan makhluk itu. Ke mana Ilya saat ia butuhkan?
4. POV orang ketiga (dia/ia), subjektif, lebih dari satu tokoh. Penulis mengikuti dua atau tiga tokoh penting secara bergantian. Misalnya, ada tiga sahabat--Beno, Ilya, dan Denisa. Penulis memakai POV Beno di bab 1, Ilya di bab 2, dan Denisa di bab 3, dst. Berpindah-pindah pada segmen yang jelas. Eksplorasi tiga karakter utama pun jadi lebih kuat. Hati-hati: Tokoh minor sebaiknya tidak diberi jatah POV, karena hanya akan merampas ruang untuk karakterisasi tokoh utama. Biasanya POV seperti ini diterapkan pada novel. Jarang pada cerpen. Dalam cerpen, tokoh dan adegan terbatas, ruang gerak terbatas, lebih baik didedikasikan semaksimal mungkin untuk tokoh utama.
Contoh
(bab 1) Beno berlari mendaki bukit secepat mungkin. Ia harus meloloskan diri! Jantungnya berdegup kencang dan otot-otot kakinya mengejang. Sampai di puncak bukit, Beno menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutinya. Beno mendengarnya menggerung keras. Tak mungkin ia bisa lepas dari makhluk itu, pikirnya. Jelas sekali monster itu marah karena tiga matanya terkena pasir. Beno tersenyum getir. Cuma pasir yang dimilikinya untuk melawan makhluk itu. Ke mana Ilya saat dibutuhkan? (dst mengikuti pemikiran Beno)
(bab 2) Ini desa mati. Ilya bisa merasakannya di udara. Keheningan yang aneh. Terlalu hening. Angin tak berembus. Air di palungan tak beriak sedikitpun. Ada genta angin dari kulit kerang tergantung di atap pondok terdekat. Rasanya Ilya mau memberikan semua uang di kantongnya sekarang untuk melihat genta itu berayun dan berbunyi. Ilya mengembuskan napas yang tanpa sadar ia tahan. Satu-satunya bunyi kehidupan. Lalu ia melangkah. Pasir berkeresek di bawah sandalnya. Satu lagi bunyi yang membuat keheningan semakin terasa. Aaah, di mana Beno saat ia membutuhkan anak itu! (dst mengikuti pengalaman Ilya)
5. POV penulis segala tahu, playing God, omniscient. Penulis mengetahui semua kejadian, perasaan dan pemikiran semua tokoh, di semua tempat dan waktu. Sering dianggap paling mudah karena penulis jadi seperti dalang, hanya menceritakan kejadian di sana-sini. Padahal omniscient berarti juga mengetahui pemikiran dan perasaan semua tokoh. Artinya, penulis harus pandai bermanuver ketika menceritakan interaksi dua tokoh yang saling berkonflik. Bagaimana emosi dan pemikiran dua tokoh ini ketika mereka berdialog, misalnya. Tanpa kepiawaian ini, karakterisasi tokoh-tokohnya kurang tergali, eksplorasi emosi tidak mendalam, dan akhirnya seperti menggunakan POV orang ketiga objektif.
Contoh:
Beno berlari mendaki bukit secepat mungkin. Ia harus meloloskan diri! Jantungnya berdegup kencang dan otot-otot kakinya mengejang. Sampai di puncak bukit, ia menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutinya. Tak mungkin ia bisa lepas dari makhluk itu, pikirnya.
Di belakang Beno, Gora menggerung keras. Langkahnya dipercepat. Sebentar lagi ia bisa menyusul anak itu. Keterlaluan sekali kalau makhluk sekecil itu bisa lolos darinya. Si Perkasa Gora dari Lembah Hitam tak pernah gagal menangkap buruannya. Apalagi buruan yang telah mempermalukannya di depan sang Raja. Ketiga mata Gora masih terasa pedih akibat pasir yang dilemparkan anak itu.
Sementara itu, di jendela menara, Denisa menurunkan teropongnya. Ia tak sanggup menyaksikan. Beno mungkin pandai berdebat, tapi terbukti caranya tak berhasil. Denisa yang harus bertindak sekarang. Beno dan Ilya harus mengakui, dialah yang benar.
Denisa berpaling kepada Raja Lembah Hitam. “Panggil Gora pulang. Lepaskan Beno,” bisiknya lemah. "Kami akan membantumu."
Mendengar itu, Sang Raja tergelak. Mata majemuknya seolah berteriak serempak, "Apa kataku!" Lalu ia menjentikkan jari. Isyarat yang akan didengar jelas oleh Gora. (dst.)
6. POV orang ketiga objektif. Penulis hanya narator yang menceritakan peristiwa, tanpa menggambarkan perasaan atau pemikiran tokoh-tokohnya. Karakterisasi tidak dipentingkan. Tetapi ceritalah yang dibuat menarik sehingga pembaca ingat pada tokoh-tokohnya. Contohnya adalah dongeng-dongeng tradisional dengan tokoh hitam-putih. Sudah ditentukan oleh penulis dari awal, siapa yang baik siapa yang jahat melalui deskripsi singkat, bukan melalui perkembangan dramatis.
7. POV campuran. Lazimnya, novel menggunakan sudut pandang tunggal, orang kesatu atau ketiga. Tapi banyak penulis (terutama sastra), menggunakan campuran keduanya. Untuk satu tokoh, penulis konsisten menggunakan aku. Lalu untuk kejadian-kejadian yang si aku tidak hadir di sana, atau untuk memberikan sudut pandang berbeda, penulis menggunakan POV orang ketiga omniscient atau terbatas. James Patterson sering menggunakan POV campuran ini dalam novel-novelnya, antara lain serial Maximum Ride.
Semoga terasa bedanya ya. Silakan bereksperimen.
Seperti aku bereksperimen dengan contoh-contoh di atas, yang sebagian aku karang dadakan. Bukan diambil dari novelku yang sudah terbit.
Salam kreatif
Ary Nilandari
Hari ini kami sepakat untuk melihat Malaysia Book Expo yang diadakan di PWTC (Putra World Trade Centre) di Kuala Lumpur. Maunya sih naik mobil tapi apa daya karena khawatir bakal nyasar lagi di KL akhirnya kami memilih naik KTM (Kereta api Tanah Melayu) aja karena lebih aman dan stasiunnya juga gak jauh dari PWTC.
Redaksi Kompas Anak menerima kiriman naskah cerpen anak,
resensi buku anak dan tulisan yang ditulis anak berupa karangan, puisi, gambar
dan surat-surat.
-Cerpen/dongeng atau
artikel.
-Maksimal panjang 3 halaman kuarto untuk cerpen/dongeng
-Maksimal panjang 4 halaman kuarto untuk rubrik Boleh Tahu
-Diketik 2 spasi
-Kirim via surat: Jl Palmerah Selatan No 26-28 Jakarta 10270
-Cantumkan nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat lengkap, dan nomor telepon serta nomor rekening.
-Maksimal panjang 3 halaman kuarto untuk cerpen/dongeng
-Maksimal panjang 4 halaman kuarto untuk rubrik Boleh Tahu
-Diketik 2 spasi
-Kirim via surat: Jl Palmerah Selatan No 26-28 Jakarta 10270
-Cantumkan nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat lengkap, dan nomor telepon serta nomor rekening.
Tulis Ruang Kita di amplop, lalu kirim ke
Redaksi Kompas Anak,
Jl Palmerah Selatan No 26-28 Jakarta 10270.
Alamat email :
kompas@kompas.com
kompas@kompas.co.id
Bantulah Teman-temanmu!
Ikuti lomba mengarang dan menggambar
Dengan mengirimkan karyamu (mengarang atau menggambar), berarti kamu telah menolong teman-temanmu yang kurang beruntung untuk bisa sekolah lagi. Setiap 1 karya yang kamu kirimkan, Tupperware Indonesia akan menyumbangkan Rp 10.000,- atas nama kamu ke program Tupperware Children’s Fund. Kamu juga boleh mengirimkan lebih dari satu karya. Jadi, semakin banyak kamu berkarya, semakin banyak juga teman-teman yang akan kamu tolong dan bisa sekolah lagi.
Kami Bisa Bersekolah Lagi karena Cerita dan Gambarmu
Tema cerita dan gambar:
Sayangilah Bumi
Lihat ke sekelilingmu. Sungai-sungai kotor dan hutan gundul, mengakibatkan banjir di sekitar tempat tinggal kita. Matahari juga semakin tak bersahabat, karena kita juga tak bersahabat dengan alam. Asap kendaraaan bermotor, gas yang menguap dari parfum dan pendingin udara (AC) merusak ozon, sebuah lapisan yang seharusnya melindungi bumi dari panas matahari. Berbagai penyakit pun datang seperti penyakit kulit, penyakit mata hingga kanker kulit.
Ingin tempat tinggalmu bebas dari banjir, udara sejuk dan jauh dari penyakit? Tunggu apa lagi? Segera tuangkan ide-idemu untuk menyayangi bumi melalui karya tulis dan karya gambar. Hadiahnya seru lho!!!
Juara 1 Rp 5.000.000,- + Laptop, Piagam dan produk Tupperware
Juara 2 Rp 3.000.000,- + Laptop, Piagam dan produk Tupperware
Juara 3 Rp 2.000.000,- + Laptop, Piagam dan produk Tupperware
Juara 2 Rp 3.000.000,- + Laptop, Piagam dan produk Tupperware
Juara 3 Rp 2.000.000,- + Laptop, Piagam dan produk Tupperware
Dan banyak hadiah kejutan lainnya!
Persyaratan:
1. Lomba terbuka untuk siswa/siswi setingkat SD, SMP & SMU seluruh Indonesia tanpa dipungut biaya apapun.
2. Peserta dibagi dalam 3 kategori: Kode A: SD, Kode B: SMP, Kode C: SMU. Tulis Kode di kiri atas amplop.
Contoh: KODE A/Mengarang atau KODE A/Menggambar.
3. Bersifat perorangan, hasil karya sendiri dan belum pernah diikut sertakan dalam lomba atau dipublikasikan.
4. Syarat penulisan bebas, tidak dibatasi halaman maupun cara penulisan. Bisa dengan tulis tangan, ketik manual ataupun dengan pengetikan computer.
5. Kertas dan alat gambar lainnya untuk lomba menggambar bersifat bebas namun tidak boleh menggunakan komputer.
6. Cantumkan nama lengkap, kelas, usia, nama sekolah, alamat rumah, alamat sekolah, alamat email (bila ada) dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
7. Karya dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim ke:
PT Tupperware Indonesia, Gedung Graha Irama Lt. 2, Suite 2G-2H,
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-1, Kav. 1-2, Jakarta 12950atau email ke:customer@tupperware.com
PT Tupperware Indonesia, Gedung Graha Irama Lt. 2, Suite 2G-2H,
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-1, Kav. 1-2, Jakarta 12950atau email ke:customer@tupperware.com
8. Karya paling lambat diterima panitia tanggal 15 Mei 2012.
9. Karya yang diterima akan menjadi hak milik panitia dan tidak akan dikembalikan.
10. Panitia berhak mempublikasikan hasil karya peserta/pemenang di media massa dan atau di media promosi Tupperware lainnya.
11. Para pemenang akan dihubungi secara resmi oleh panitia melalui website http://www.tupperware.co.id surat dan telepon pada tanggal 15 Juni 2012.
12. Tidak ada surat menyurat dalam proses penjurian. Keputusan dewan juri adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
Dewan juri “Lomba Mengarang”:
Shahnaz Haque, Helvy Tiana Rosa, Gol A Gong, Ali Mukahir, Perwakilan Tupperware.
Shahnaz Haque, Helvy Tiana Rosa, Gol A Gong, Ali Mukahir, Perwakilan Tupperware.
Dewan juri “Lomba Menggambar”:
Dik Doank, Laila Tifah, Kana, Nashir Setiawan, Perwakilan Tupperware.
Dik Doank, Laila Tifah, Kana, Nashir Setiawan, Perwakilan Tupperware.
Sekilas Children Helping Children
Program Tupperware Children Helping Children (CHC) merupakan salah satu kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) dan menjadi bagian dari program Tupperware Children’s Fund yang mengusung visi Tupperware Indonesia, Caring & Sharing.
Kegiatan program ini adalah lomba menulis dan menggambar. Untuk setiap karya yang diterima, Tupperware Indonesia, atas nama mereka akan menyumbangkan Rp 10.000,- yang akan disalurkan melalui sekolah, komunitas atau yayasan yang mendukung pendidikan anak-anak yang kurang beruntung seperti anak-anak jalanan dan yang terkena bencana alam.
Setelah sukses digelar sejak tahun 2005 lalu, untuk ke-7 kalinya, program CHC kembali digelar di tahun 2012 dengan mengusung tema ‘Green Living – Sayangilah Bumi’. Program ini, selain mengajak anak-anak untuk berkarya dan menolong temannya agar bisa merasakan kebahagiaan mengikuti pelajaran di sekolah sekaligus pula menggugah kepeduliaan untuk merawat lingkungan sekitarnya. Bentuk kepedulian tersebut bisa diwujudkan melalui contoh-contoh sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi pemakaian kemasan sekali pakai (kantong plastik & styrofoam) sehingga produksi sampah yang tidak terurai oleh alam dapat ditekan jumlahnya dan ide-ide lainnya.
Program CHC telah berhasil merangkul lebih dari 86.000 anak untuk berpartisipasi dengan memberikan total sumbangan lebih dari Rp 900 juta kepada anak-anak yang kurang beruntung, selain itu program ini pun berhasil membukukan karya-karya para pemenang menjadi 5 edisi bacaan inspiratif dan menghibur.
PT Tupperware Indonesia
(021) 526 1475, SMS 0811 814 698
PUSTAKA AL-KAUTSAR, penerbit buku-buku keislaman bermutu, mengundang rekan sekalian untuk ikut mencerdaskan dan menginspirasi masyarakat melalui buku.
- Buku Anak
- Buku remaja;
- Referensi Islam
- Pengembangan diri (motivasi); Pernikahan; keluarga; pengasuhan anak (parenting); Kisah nyata/ memoar Panduan praktis, tips, dan motivasi
- Hikmah dan kandungan ibadah
- Gaya hidup islami Novel
- Komik/ Novel komik remaja islami
- Dll (Tema bebas asal sesuai dengan nilai-nilai Islam)
Syarat Teknis Pengiriman
- Panjang halaman minimal sekitar 100-200 halaman untuk dewasa, dan 24-80 halaman untuk anak.
- Diketik dalam format A4, spasi 1.5, margin 3 cm, font Times 12 point
- Lengkapi dengan daftar isi dan data diri penulis
- Untuk buku anak, lengkapi dengan konsep buku (bila berseri)
- Untuk fiksi (termasuk komik), dilengkapi dengan sinopsis (ringkasan cerita)
- Untuk komik/ novel komik disertai breakdown cerita per bab dan 5 contoh ilustrasi komik.
- Dikirimkan dalam bentuk hard copy/ print out. Kecuali bila penulis berada di luar negeri, boleh dikirimkan melalui e-mail.
- Cantumkan jenis naskah Anda di sudut kiri atas (fiksi/ non fiksi/ remaja/ anak/ parenting, dll)
Kirimkan naskah Anda ke:
Pustaka Alkautsar Group
Jl. Cipinang Muara Raya No. 63, Jakarta Timur 13420
Penilaian naskah akan memakan waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung naskah diterima redaksi. Jika sampai tiga bulan tidak ada konfirmasi apa pun dari Pustaka Al-Kautsar, penulis berhak langsung menarik naskahnya. Print out naskah yang dikirimkan tidak dapat dikembalikan. Print out naskah yang tidak kami terbitkan akan kami musnahkan untuk menjaga hak cipta penulis.
Keterangan lebih lanjut hubungi (021) 850 7590 ext. 23, e-mail: naskah_alkautsar@gmail.com
Website: htpp://www.kautsar.co.id