Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya, berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya. (Syair Arab)
Demikian agungnya peran seorang ibu. Dialah yang mengandung, melahirkan, dan menyusui anak-anaknya. Itulah sebabnya, ibu juga dikatakan sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya karena selama waktu itu, anak-anak selalu bersama ibunya.
Peran agung ini tidak tergantikan, bahkan oleh laki-laki paling hebat sekalipun. Oleh karenanya, dalam Islam, perempuan, khususnya ibu, mendapat tempat yang sangat istimewa. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis mutfafaq 'alaihi.
“Seseorang pernah datang dan bertanya kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam, “Siapa yang lebih diutamakan (untuk menerima) perbuatan baikku?”
Nabi menjawab, “Ibumu”
“Setelah itu siapa lagi?”
“Ibumu”
“Setelah itu siapa lagi?”
“Ibumu”
“Setelah itu siapa lagi, Bapakmu.”
Mempersiapkan Diri Menjadi Madrasah Terbaik
Ibu adalah madrasah pertama dan selayaknya sekaligus menjadi yang terbaik bagi anak-anaknya. Agar tujuan mulia itu bisa tercapai, tentu saja seorang ibu harus memperhatikan beberapa hal, di antaranya adalah:
Ibu adalah madrasah pertama dan selayaknya sekaligus menjadi yang terbaik bagi anak-anaknya. Agar tujuan mulia itu bisa tercapai, tentu saja seorang ibu harus memperhatikan beberapa hal, di antaranya adalah:
1. Membekali Diri Sendiri
Untuk bisa memperbaiki orang lain, termasuk anak-anaknya kelak, tentu saja seorang ibu harus memperbaiki dirinya sendiri terlebih dahulu. Sebuah pepatah Arab mengatakan, “Sesuatu yang tidak punya tidak bisa memberikan apa-apa.”
Jadilah ibu yang salihah agar kelak anak-anak menjadi saleh dan salihah. Jadilah ibu yang cerdas agar anak-anak dapat terbimbing dengan baik. Jadilah ibu yang penyayang agar anak-anak tumbuh dalam hangatnya kasih sayang.
Oleh karena itu, seorang ibu harus mau belajar sehingga bisa mengetahui banyak hal tentang ilmu parenting maupun kerumahtanggaan. Seorang ibu harus mau membangun dirinya sendiri sebagai bekal untuk membangun anak-anak kelak. Anak-anak yang akan menjadi bagian dari peradaban yang mulia.
2. Menjadi Role Model
Jika bisa diibaratkan, seorang anak itu laksana spons. Dia dapat menyerap apa saja yang dilihat maupun didengarnya. Oleh karena itu, orang tua sebagai orang yang paling dekat dan paling banyak menghabiskan waktu dengan anak haruslah selalu memperlihatkan perilaku yang baik kepada mereka.
Bagi seorang anak, orang tua adalah idola mereka. Jadi, jangan heran, ketika anak-anak senantiasa diperintahkan melakukan perbuatan A, tetapi yang mereka kerjakan adalah B. Bisa jadi, hal disebabkan role model mereka (yakni orang tua) senantiasa melakukan pekerjaan B. Mereka senantiasa memperlihatkan perbuatan yang justru lebih terekam dan tertanam di dalam memori mereka. Hal ini disebabkan pengaruh yang muncul dari perbuatan dan tingkah laku yang terlihat secara langsung akan membawa pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh ucapan.
Hal ini sebagaimana diingatkan oleh Imam Ibnul Jauzi dalam kitabnya Shifatush Shafwah membawakan sebuah ucapan seorang ulama salaf yang terkenal, Ibrahim al-Harbi.
Dari Muqatil bin Muhammad al-‘Ataki, beliau berkata, “Aku pernah hadir bersama ayah dan saudaraku menemui Abu Ishak Ibrahim al-Harbi.
Beliau bertanya kepada ayahku, “Mereka ini anak-anakmu?” Ayahku menjawab, “Iya”
(Maka) beliau berkata (kepada ayahku), “Hati-hatilah! Jangan sampai mereka melihatmu melanggar larangan Allah sehingga (wibawamu) jatuh di mata mereka.”
Semoga kita dijauhkan hal demikian agar anak-anak selalu melihat orang tuanya berada dalam ketaatan sehingga mereka pun senantiasa mengikuti hal tersebut.
3. Konsisten
Setelah mengilmui hal-hal yang terkait anak, tugas ibu selanjutnya adalah konsisten menjalankan semua aturan yang ditetapkan dan mengaplikasikan semua ilmu yang telah didapatkan.
Nah, ini yang kadang lebih sulit dilakukan. Apalagi, mengingat tugas mendidik anak merupakan perkara yang harus dikerjakan dalam jangka waktu yang lama (terhitung, sejak anak lahir). Namun, tanpa konsisten, setinggi apa pun ilmu yang diketahui, semuanya hanya akan berakhir sia-sia belaka.
Menjadi ibu, sang penentu peradaban, memang bukanlah yang mudah. Namun, ada satu hal yang harus selalu kita ingat agar dalam menjalankan peran tersebut, kita selalu berada di jalur yang lurus. Kita sebagai ibu harus bertekad melahirkan dan menjadikan anak-anak kita kelak sebagai orang-orang yang berguna. Orang-orang yang kelak bisa memberi manfaat sebanyak-banyaknya, tidak saja bagi dirinya tetapi juga bagi dunia. Anak-anak yang menjadi bagian dari generasi peradaban mulia, generasi khairu ummah, umat terbaik.
Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma'rụfi wa tan-hauna 'anil-mungkari wa tu`minụna billāh, walau āmana ahlul-kitābi lakāna khairal lahum, min-humul-mu`minụna wa akṡaruhumul-fāsiqụn
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran (110)
Referensi:
muslim.or.id
*