"Mi, ini surat dari Cikgu Shanti!" Nusaibah, anak ketigaku yang sehari-hari dipanggil Nunu kemudian menyerahkan selembar kertas. Saat itu ia baru saja pulang dari sekolah.
Segera kuambil lembaran tersebut. Dan....aku sangat terkejut membaca huruf demi huruf yang tertera di sana. Anakku yang super pendiam di sekolah itu ternyata berhasil mendapatkan anugerah sebagai siswa terbaik di dalam kelas. It's a big surprise to me.
Aku benar-benar tak menyangka akan hal ini. Kembali kuulangi membaca lembaran yang ada di tanganku. Aku takut tadi salah baca. Tapi tulisan yang ada dihadapanku itu tetap, tak ada yang berubah sedikitpun.
Dalam keharuan yang mendalam, ingatanku tanpa sadar melongok ke belakang. Kuingat saat pertama kali anakku bersekolah di Sekolah kebangsaan Jalan 6, nama sekolahnya. Saat itu hampir tiap hari ia akan menangis karena tak ingin ditinggal. Abahnya yang setiap hari mengantarnya terpaksa harus membujuknya terlebih dahulu sebelum meninggalkannya. wali kelasnya pun sering dibuat repot karenanya.
Padahal selama TK, Nunu termasuk anak yang mandiri. Tiap hari ia selalu bersemangat ke sekolah. Malah pada waktu pulang, dia sering bersembunyi karena masih ingin bermain di sekolah. Tentu saja perubahan sikapnya yang bukannya semakin mandiri membuatku bertanya-tanya ada apa.
Usut punya usut, ternyata perubahan sikapnya itu karena beberapa hal. Diantaranya ialah faktor bahasa. Nunu kesulitan menghadapi sekelilingnya yang berbahasa melayu sementara selama ini ia telah akrab dengan Bahasa Indonesia versi Makassar. Faktor lain ialah, wali kelasnya yang keturunan India serta berperawakan seperti guru besar Upin Ipin sehingga sekilas terlihat garang yang membuatnya langsung menciut.
Untungnya, hal itu tidak berlangsung lama. Beberapa bulan berikutnya, saat ia telah terbiasa dengan bahasa melayu dan cikgunya maka terlihatlah sifat aslinya. Ia kembali menjadi anak yang cinta sekolah malah selalu bersemangat untuk berangkat ke sekolah. hari-harinya pun dipenuhi dengan cerita tentang sekolahnya terutama tentang cikgu Shanti yang katanya baik hati dan tidak garang seperti sangkaannya semula.
Dan, kecintaannya itu kemudian dibuktikan dengan berhasilnya ia mendapatkan penghargaan ini. Tahniah, Nak. You are the best!
Segera kuambil lembaran tersebut. Dan....aku sangat terkejut membaca huruf demi huruf yang tertera di sana. Anakku yang super pendiam di sekolah itu ternyata berhasil mendapatkan anugerah sebagai siswa terbaik di dalam kelas. It's a big surprise to me.
Aku benar-benar tak menyangka akan hal ini. Kembali kuulangi membaca lembaran yang ada di tanganku. Aku takut tadi salah baca. Tapi tulisan yang ada dihadapanku itu tetap, tak ada yang berubah sedikitpun.
Dalam keharuan yang mendalam, ingatanku tanpa sadar melongok ke belakang. Kuingat saat pertama kali anakku bersekolah di Sekolah kebangsaan Jalan 6, nama sekolahnya. Saat itu hampir tiap hari ia akan menangis karena tak ingin ditinggal. Abahnya yang setiap hari mengantarnya terpaksa harus membujuknya terlebih dahulu sebelum meninggalkannya. wali kelasnya pun sering dibuat repot karenanya.
Padahal selama TK, Nunu termasuk anak yang mandiri. Tiap hari ia selalu bersemangat ke sekolah. Malah pada waktu pulang, dia sering bersembunyi karena masih ingin bermain di sekolah. Tentu saja perubahan sikapnya yang bukannya semakin mandiri membuatku bertanya-tanya ada apa.
Usut punya usut, ternyata perubahan sikapnya itu karena beberapa hal. Diantaranya ialah faktor bahasa. Nunu kesulitan menghadapi sekelilingnya yang berbahasa melayu sementara selama ini ia telah akrab dengan Bahasa Indonesia versi Makassar. Faktor lain ialah, wali kelasnya yang keturunan India serta berperawakan seperti guru besar Upin Ipin sehingga sekilas terlihat garang yang membuatnya langsung menciut.
Untungnya, hal itu tidak berlangsung lama. Beberapa bulan berikutnya, saat ia telah terbiasa dengan bahasa melayu dan cikgunya maka terlihatlah sifat aslinya. Ia kembali menjadi anak yang cinta sekolah malah selalu bersemangat untuk berangkat ke sekolah. hari-harinya pun dipenuhi dengan cerita tentang sekolahnya terutama tentang cikgu Shanti yang katanya baik hati dan tidak garang seperti sangkaannya semula.
Dan, kecintaannya itu kemudian dibuktikan dengan berhasilnya ia mendapatkan penghargaan ini. Tahniah, Nak. You are the best!