Gerbang masuk ke Southville City, Dengkil |
Beberapa waktu yang lalu, mamaku berkunjung ke Malaysia sekaligus mengantarkan cucu keenamnya, putri sulungku, hehehe. Ini momen langka, lho. Jarang-jarang, mamaku mau melakukan perjalanan baru. Mungkin pengalaman umroh dan haji tahun lalu akhirnya membuat mamaku berani jalan ke tempat jauh seorang diri.
Karena tempat tinggal kami jauh dari ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur, saya dan suami kemudian berencana untuk menginap beberapa hari di KL saat menjemput mama, sebelum pulang ke Terengganu. Kebetulan juga, mamaku sangat ingin bisa berfoto di depan Menara Petronas, landmark negeri indah ini. Beberapa tahun yang lalu, mamaku memang pernah ke Malaysia menghadiri pernikahan keponakannya dengan salah seorang pemuda melayu. Namun, saat itu mamaku hanya berkutat di seputaran hotel tempatnya menginap dan tidak sempat berkeliling ke sana ke mari.
Untuk keperluan itu, saya kemudian mulai searching mencari tempat menginap yang nyaman untuk ditinggali sementara. Mula-mula saya mencari hotel, tetapi kemudian kepikiran untuk melirik homestay. Bukan apa-apa, kebayang kan kalau memilih hotel sementara jumlah kami keseluruhan lumayan banyak. Ada saya, suami, mama, dan tiga putriku. Dengan jumlah segini, mau ngambil berapa kamar di hotel?
Alhamdulillah, saya nemu aplikasi Airbnb dan mendapatkan banyak homestay yang ditawarkan dengan harga yang bisa disesuaikan dengan bujet. Mau yang murah, ada. Mau yang harga fantastic, juga ada.
Setelah berjibaku mencari yang sesuai, akhirnya keputusan jatuh pada J's Suite di daerah Southville City, Dengkil, Selangor. Dari deskripsi yang diberikan di aplikasi, homestay yang paling sesuai dengan bujet, murah tapi tidak murahan. Duh, semoga ekspektasi kami tidak jauh dari realitas yang ada nantinya.
Karena belum menjadi member Airbnb, suami pun akhirnya mendaftarkan diri. Lumayan ribet prosedur yang harus dijalani. Namun, kami sadar semua itu dilakukan demi keamanan dan kenyamanan, baik pihak host maupun guest. Kebayang kan kalau ada yang curang. Bisa habis barang-barang tuan rumah, apalagi kebanyakan fasilitas yang di-homestay tersebut harganya lumayan mahal.
Usai mendaftar, ternyata suami mendapatkan bonus sebesar 120 RM sebagai reward melakukan transaksi pertama. Alhamdulillah, total bayaran selama 4 hari 3 malam (mulai pada 5-9 Mei 2019) yang tadinya lima ratus sekian (lupa pasnya) menjadi 300-an ringgit. Lumayan banget, kan?
Singkat cerita, kami pun berhasil menemukan homestay yang akan menjadi rumah tinggal sementara kami. Terus terang, saya agak waswas karena setelah melakukan booking, belum sekalipun kami berkomunikasi dengan host. Kebayang kan, udah jauh-jauh ke KL (butuh waktu 8 jam, lho) eh host-nya mendadak raib.
Untungnya, kekhawatiran saya tidak terbukti. Sekitar pukul 12 siang, suami menelpon si empunya rumah dan beliau mempersilakan untuk masuk sekitar jam 15.00 (sesuai jadwal cek-in). Kebetulan, hari itu masih ada tamu yang menginap hingga pukul 12 siang. Jadi, setelah tamunya pergi, si tuan rumah bersih-bersih rumah dulu sebelum kami masuk.
Sambil menunggu waktu check-in, suami ketemuan dengan beberapa orang teman kuliahnya di UKM (Universiti Kebangsaan Malaysia) dulu. Inilah salah satu alasan suami memilih homestay yang berlokasi dekat dengan daerah Bangi-Kajang. Kita bisa bernostalgia sekaligus udah kenal banget daerah ini. Jadi, kalau mau makan, udah tahu harus ke mana nyarinya. Hahaha, point-nya mah di urusan perut, hehehe.
Sekitar pukul 14 lebih sedikit, tuan rumah pun mengirim SMS. Katanya, kami udah boleh masuk. Tuan rumah sekalian memberikan map lokasi homestay sekaligus memberikan kode box safety yang harus kami datangi karena di sana tuan rumah meletakkan kunci rumah.
Gedung tempat pengambilan kunci |
Area bagian bawah apartemen |
"Lha, kita gak dijemput?" keluhku. Huah, saya paling risau kalau urusan nyari alamat. Lebih sering nyasar ketimbang tepat sasarannya. Hikz
"Gak masalah. Yang penting alamat dan informasinya lengkap" jawab suamiku. Beliau mah gak pernah nyasar kalau urusan beginian.
Sepanjang jalan menuju lokasi, kami kembali diajak bernostalgia. Kami melewati jalan-jalan yang dulu kami lalui jika hendak ke KLIA 2. Kami juga melewati kebun buah milik UKM, tempat kami panen rambutan dan sesekali nemu manggis atau langsat. Hahaha, berasa kebun sendiri.
Sepanjang jalan menuju lokasi, kami kembali diajak bernostalgia. Kami melewati jalan-jalan yang dulu kami lalui jika hendak ke KLIA 2. Kami juga melewati kebun buah milik UKM, tempat kami panen rambutan dan sesekali nemu manggis atau langsat. Hahaha, berasa kebun sendiri.
Benar saja, akhirnya kami bisa berada di tempat tujuan tanpa kesulitan yang berarti. Dan, ternyata J's Suite tuh berada di sebuah apartemen Southville City. Apartemen tersebut mempunyai 28 lantai dan letak homestay yang akan kami tempati selama 4 hari ini berada di lantai 20.
Hikz, seketika saya merasa ngilu membayangkan akan menghabiskan hari-hari di lantai 20. Terlebih, ketika telah mengambil kunci dan kami diinformasikan kalau parkirannya berada di lantai 3. Oalah, kenapa gak di bawah aja parkirannya.
Namun, kerisauanku seketika menguap ketika telah berada di depan homestay.
"Wow, keren. Tempatnya lumayan luas, kamarnya lapang dengan semua fasilitas yang disebutkan di Airbnb. "
Seketika saya langsung suka dengan tempat ini. Masya Allah, homestay ini dilengkapi dengan tiga kamar tidur, dua kamar mandi (salah satunya berada di kamar utama), televisi, wifi, peralatan masak, kulkas, microwave, strika, snack, kopi dan teh sachet, serta setiap kamar dilengkapi dengan AC.
Saat menatap keluar jendela, terpampang pemandangan perumahan-perumahan lain serta kawasan yang sedang sibuk membangun dan di sisi sebelah kiri terlihat plaza tol Southville City. Masya Allah, keren pokoknya.
Kamar utama (lengkap dengan kamar mandi dalam) |
Kamar kedua (maaf berantakan, keburu anak-anak naik) |
Kamar ketiga |
Saat menatap keluar jendela, terpampang pemandangan perumahan-perumahan lain serta kawasan yang sedang sibuk membangun dan di sisi sebelah kiri terlihat plaza tol Southville City. Masya Allah, keren pokoknya.
Pemandangan dari jendela kamar utama |
Plaza tol yang dapat terlihat dari sebelah kiri jendela kamar |
"Berenang...." celutuk dua anakku setelah kami mengatur barang-barang.
Rupanya, keduanya tidak sabar untuk segera cibang-cibung. Kebetulan tadi, jatah tempat parkir kita berada tepat di bawah kolam renang jadi anak-anak semakin tidak sabaran untuk berenang. Apalagi, besok sudah masuk hari pertama berpuasa sehingga hanya hari ini kesempatan mereka untuk berenang.
Karena suami penat, akhirnya saya yang menemani kedua putriku berenang. Letak kolam renang berada di lantai 5, jadi kami harus turun 15 lantai ke bawah. Saat itulah, saya menyadari ada sesuatu yang tidak biasanya. Ternyata, di apartemen ini tidak terdapat lantai 14. Jadi, setelah lantai 15, berikutnya adalah 13 A, kemudian lantai 13.
Seketika saya teringat sesuatu. Sepertinya saya pernah membaca kalau angka 14 termasuk salah satu angka yang dikeramatkan oleh sekelompok orang. Kalau di barat, katanya, mereka senantiasa menghindari angka 13. Nah, rupanya pemilik apartemen ini menghindari angka 14 (belakangan saya tahu kalau ternyata bukan angka 14 tetapi 4 yang dikeramatkan, termasuk angka-angka yang terdapat unsur 4-nya karena di apartemen ini juga tidak ada lantai 4, tetapi 3 dan 3A)
Saat mengantar anak-anak berenang, saya sempat melihat ke bawah (saat melintasi jembatan yang menghubungkan apartemen A dan B). Alhamdulillah, di lantai dasar ada beberapa kedai runcit (toko kelontong) dan tempat makan. Insya Allah, kita gak bakal kelaparan deh tinggal di sini.
Ketika tiba waktu makan malam. kami pun turun. Rencananya pengen nyobain masakan yang disediakan di Restaurant Sultan, sebuah kedai mamak, yang ada di bawah.
Ternyata, makanan di restoran India (atau Pakistan) yang dikenal juga dengan istilah kedai mamak ini rasanya enak-enak. Padahal, sempat berpikir kalau rasanya pas-pasan sebagaimana rasa di tempat lain. Hanya saja, harganya lebih tinggi dibanding tempat lain. Yah, ada rasa ada hargalah. Biar gak bolak-balik, saya sekalian beli beberapa potong ayam, daging, dan sayur buat persediaan sahur perdana nanti malam. Adapun nasi, saya bisa memasaknya di homestay karena tersedia rice cooker juga (saya juga sudah menyiapkan beras dari Terengganu, hehehe).
Esoknya, Mama dan putriku yang baru datang dari Makassar juga langsung terkesan dengan homestay yang kami tempati.
"Keren banget. Tahu kayak begini, gak usah nginap di hotel setiap kali kita ke KL" celutuk putriku. Maklum, selama ini jika ke KL, kami selalu nginap di hotel dan hanya mengambil satu kamar. Kebayang dong, sempitnya.
"Benar banget. Kalau di hotel, sebesar apa pun kamar yang diambil, tetap saja kita tidak sebebas di sini. Mana, kita bisa masak juga. Bagus tawwa..." mamaku pun tak mau ketinggalan berpendapat.
Saat kami mengajak mama makan di restauran Sultan, Mama langsung suka dengan roti naan plus ayam tandoori-nya.
"Enak banget..." kata mama yang kelihatan sangat menikmati hidangan yang ada di hadapannya.
Ya, Mama. Padahal, saya butuh bertahun-tahun untuk bisa suka dengan kuliner tersebut. Mamaku malah sekali nyoba langsung jatuh cinta. Tapi memang sih, roti naan di sini sedikit berbeda dengan yang biasa kami nikmati di Terengganu. Hm, kayaknya memang makanan di KL enak-enak, deh.
Kepengen sih ngajak mama makan dan mencoba berbagai menu khas tanah melayu ini. Qadarallah, waktunya kurang tepat, bulan puasa. Semoga lain kali mama bisa datang lagi dan bisa puas-puasin jalan plus makan-makan, tentunya.
Esoknya, Mama dan putriku yang baru datang dari Makassar juga langsung terkesan dengan homestay yang kami tempati.
"Keren banget. Tahu kayak begini, gak usah nginap di hotel setiap kali kita ke KL" celutuk putriku. Maklum, selama ini jika ke KL, kami selalu nginap di hotel dan hanya mengambil satu kamar. Kebayang dong, sempitnya.
"Benar banget. Kalau di hotel, sebesar apa pun kamar yang diambil, tetap saja kita tidak sebebas di sini. Mana, kita bisa masak juga. Bagus tawwa..." mamaku pun tak mau ketinggalan berpendapat.
Saat kami mengajak mama makan di restauran Sultan, Mama langsung suka dengan roti naan plus ayam tandoori-nya.
"Enak banget..." kata mama yang kelihatan sangat menikmati hidangan yang ada di hadapannya.
Ya, Mama. Padahal, saya butuh bertahun-tahun untuk bisa suka dengan kuliner tersebut. Mamaku malah sekali nyoba langsung jatuh cinta. Tapi memang sih, roti naan di sini sedikit berbeda dengan yang biasa kami nikmati di Terengganu. Hm, kayaknya memang makanan di KL enak-enak, deh.
Kedai mamak Restaurant Sultan |
Nunu memilih minuman di showcase kedai |
Suasana malam |
Roti naan dan ayam tandoori. Nyummi... |
Kepengen sih ngajak mama makan dan mencoba berbagai menu khas tanah melayu ini. Qadarallah, waktunya kurang tepat, bulan puasa. Semoga lain kali mama bisa datang lagi dan bisa puas-puasin jalan plus makan-makan, tentunya.
Piring yang pecah saat dicuci |
Alhamdulillah, puas rasanya bisa menghabiskan waktu berada di J's Suite homestay ini. Qadarallah, kami sempat memecahkan satu buah piring dan oleh pemilik, kami kenakan charge RM 5. Alhamdulillah, padahal sempat kepikiran kalo diminta banyak-banyak. Hufh.
Untung aja, saat itu kepikiran buat sewa homestay. Kebayang kan kalau nginap di hotel. Paling murah dapat 100 RM, itupun cuma ada 1 tempat tidur plus kamar mandi. Udah gitu, sempit dan gak bisa bebas bergerak.
Untung aja, saat itu kepikiran buat sewa homestay. Kebayang kan kalau nginap di hotel. Paling murah dapat 100 RM, itupun cuma ada 1 tempat tidur plus kamar mandi. Udah gitu, sempit dan gak bisa bebas bergerak.
Jadinya, ini pengalaman berharga kami. Besok-besok, kalau ada rezeki liburan ke tempat lain, pengen nyoba nyari homestay aja. Lebih puas, lebih nyaman, dan pastinya lebih murah. #halah, poin murahnya mah tetaeup... Ya, namanya juga emak-emak!!!!!
***