Pengalaman Bersekolah di Masa Pandemi di Malaysia |
Alhamdulillah, dimulai pada 1 Maret 2021 secara serentak hampir semua sekolah di negeri Jiran, Malaysia memulai pembelajaran tatap mukanya untuk tahun ajaran 2021 ini. Biasanya, tahun ajaran baru dimulai pada 1 Januari, Qadarallah, disebabkan pandemi COVID-19 jadwal tersebut terpaksa dikondisikan demi keselamatan semua pihak. Akhirnya, untuk sementara waktu, pembelajaran dimulai secara daring.
Begitu pula yang terjadi dengan putri bungsuku, Hilyah. Setelah selama dua bulan menjalani masa belajar daring, ia pun akhirnya bisa mengikuti kelas secara offline, secara tatap muka. Bertemu langsung dengan para cikgu dan teman-teman sekelasnya.
Betapa senangnya Hilyah ketika mengetahui hal tersebut. Maklum, pandemi juga memberikan imbas kepadanya. Qadarallah, Hilyah hanya merasakan pengalaman bersekolah di kelas 1 hanya selama sembilan hari. Iya ... hanya 9 hari.
Begimane ceritanya?
bersekolah di masa pandemi |
Jadi begini, di awal tahun lalu kami sempat galau antara melanjutkan masa perantauan di Malaysia atau ke Bogor. Sebenarnya, saat itu kami sudah 70 % berniat pindah ke Bogor. Buktinya, si nomor 4 sudah saya sekolahkan di Bogor (Depok) mengikuti jejak si sulung dan bersiap memindahkan sekolah si nomor tiga juga di sana. Kami juga sudah membawa beberapa barang sebagai persiapan untuk menetap di sana dan kami juga sudah hunting rumah kontrakan.
Namun, di detik-detik terakhir, saya malah memutuskan untuk memilih kembali ke Terengganu. Akhirnya, kami pun kembali ke Malaysia meninggalkan si sulung dan si nomor 4 di pondok.
Nah, hal inilah yang membuat Hilyah terlambat masuk sekolah. Kami tiba kembali di Terengganu pada pertengahan bulan Februari 2020 dan setelah mendapatkan kelulusan dari pihak sekolah dan kementrian pendidikan, Hilyah pun diperbolehkan mulai masuk sekolah pada 11 Maret 2020.
Setelah lima hari bersekolah (sekolah di negeri ini hanya 5 hari sepekan), ternyata sekolah libur selama sepekan (libur tengah semester). Qadarallah, setelah itu wabah pandemi pun diumumkan masuk ke negeri jiran. Akibatnya, "lockdown" diberlakukan di mana-mana dan salah satu imbasnya adalah sekolah diliburkan entah sampai kapan.
Pada 28 Juli 2020 kami mendapat kabar menyedihkan dari tanah air. Papi mertuaku meninggal dunia setelah tidak sadarkan diri selama hampir sepekan. Sepekan kemudian kami baru bisa pulang ke Makassar karena banyak dan ribetnya prosedur yang harus kami lewati jika akan melakukan perjalanan di masa pandemi ini.
Selama tiga bulan kami berada di kampung halaman. Saat berada di Makassar, rupanya pembelajaran offline sudah dibuka kembali. Mengetahui hal tersebut, Hilyah merasa sangat sedih. Ia yang sangat suka bersekolah dan baru saja akrab dengan teman sekelasnya selalu bersedih bila mengingat dan mengenang masa-masa indahnya bersekolah. Cie...
Alhamdulillah, 11 Oktober 2020 kami kembali ke negeri jiran. Pengalaman melakukan perjalanan lintas negara di masa pandemi telah saya tuliskan dan kisahkan di blog ini.
Bye-Bye Makassar |
Sayangnya, setelah tiba kembali di Terengganu, sekolah telah kembali ditutup disebabkan makin melonjaknya angka pasien terjangkit virus korona. Alhamdulillah, beberapa waktu kemudian, sekolah dibuka lagi sehingga Hilyah bisa kembali bersekolah. Dengan girangnya, Hilyah kembali bersemangat menjalani hari-harinya bersekolah
Namun, lagi-lagi sekolah kembali ditutup imbas pasca "pilkada" di Sabah yang menyebabkan angka kejangkitan COVID-19 melonjak drastis. Sejak saat itu, sekolah tak pernah lagi dibuka hingga kemudian masuk tahun ajaran baru 2021. Padahal, Hilyah baru bersekolah selama 4 hari! Huhuhu. Jadinya, total Hilyah hanya bersekolah tatap muka di kelas 1 hanya selama 9 hari, sebagaimana yang saya sebutkan di atas.
Tahun Ajaran Baru 2021
berbaris sebelum masuk halaman sekolah |
Tahun ajaran baru di 1 Januari 2021 pun tiba. Sungguh, rasanya sangat sedih melihat kondisi yang ada. Tak ada keriuhan, keseruan, maupun kerepotan sebagaimana yang biasa terjadi di hari-hari pertama anak-anak bersekolah. Beberapa waktu kemudian diputuskan kalau anak-anak akan menjalani sekolah online untuk sementara waktu.
Alhamdulillah, di 1 Maret 2021, diputuskan kalau anak-anak bisa kembali bersekolah tatap muka. Qadarallah, si nomor 4 yang sudah kembali bersekolah di Terengganu, baru masuk sekolah pada 4 April 2021 mendatang.
Dan ...
Mulailah Hilyah bersekolah kembali, tetapi kali ini dia sudah naik di kelas dua. Bersekolah di masa pandemi tentu saja menghadirkan beberapa perlakuan khusus, SOP yang harus dipatuhi demi keselamatan semua pihak.
1. Menerapkan 3 W
Aturan menerapkan 3 W (wash, wear, dan warn)
Wash artinya sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Jika tidak memungkinkan, gunakan hand sanitizer. Untuk itulah, para siswa diwajibkan membawa hand sanitizer ke sekolah.
Wear artinya menggunakan pelitup muka alias masker. Jadi, anak-anak wajib menggunakan masker ke sekolah.
Warn artinya amaran, yaitu perintah untuk tidak bersalaman, tidak bersentuhan, menjaga jarak, dan tidak ke sekolah bila sedang sakit.
2. Hindarkan 3 C
Hindarkan 3 C (Crowded Places, Confined Spaces, dan Close Conversation)
Crowded Places artinya hindari atau jauhi tempat-tempat ramai atau jangan berkerumun atau membuat kerumunan.
Confined Spaces artinya hindari tempat-tempat yang sempit atau tertutup.
Close Conversation artinya jangan berbicara terlalu dekat atau jaga jarak.
Aturan-aturan ini diterapkan juga di sekolah. Anak-anak diatur masuk ke halaman sekolah dan langsung menuju kelasnya satu-satu. Mereka dibariskan dengan aturan jarak sebagaimana yang telah ditetapkan. Para orang tua yang mengantar anak-anak tidak dibolehkan masuk halaman sekolah. Mereka hanya bisa mengantar hingga gerbang sekolah dan setelahnya harus segera pergi.
Meski demikian, tetap saja terjadi kerumunan yang dilakukan oleh para orang tua yang mengantar maupun menjemput anak-anaknya. Alhamdulillah, keesokan harinya, diturunkan pasukan RELA (Jabatan Sukarelawan Malaysia), semacam satpol PP. Tugas mereka adalah menertibkan orang tua dan murid agar senantiasa taat SOP.
3. Membawa Makanan Sendiri
Salah satu penyebab kerumunan di sekolah adalah saat istirahat karena di saat itulah para siswa akan jajan di kantin sekolah. Demi mencegah terjadinya hal tersebut, pihak sekolah memberikan solusinya. Mereka membuka order makanan untuk para siswa yang tidak membawa makanan dari rumah. Kebetulan, kantin sekolah juga ditutup dan anak-anak juga tidak dibolehkan keluar kelas selain pada saat kedatangan dan pulang saja.
Bagaimana dengan Hilyah? Hilyah mah lebih memilih membawa makanan dari rumah. Bukan apa-apa, dia lebih suka membawa makanan hasil olahan emaknya daripada memesan di sekolah atau membeli di kedai makan. Ini bukan karena emaknya jago masak, hanya saja, kalau emaknya yang masak, Hilyah bisa menakar ukuran nasi yang dibawanya. Soalnya, tuh anak makannya sedikit.
4. Cuci Pakaian Sepulang Sekolah
Setiap hari saya "terpaksa" mencuci seragam sekolah Hilyah demi memastikan ia selalu dalam keadaan aman. Alhamdulillah, sudah beberapa hari ini cuaca Kuala Terengganu dan sekitarnya senantiasa panas membara, hehehe. Jadinya, pakaian cepat kering dan bisa dipakai keesokan harinya kembali.
Apa lagi, ya? Sepertinya cukup deh kisah pengalaman bersekolah di masa pandemi di Malaysia sebagaimana yang anak-anak saya alami di sini. Semoga pandemi ini segera berakhir agar kita bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Aamiin, Yaa Rabbal Alamin.
***