Beberapa
waktu yang lalu sempat beredar wacana full day school untuk sekolah negeri.
Seperti biasa, pro dan kontra segera memenuhi beranda sosmed-ku. Perang wacana
pun terjadi. Lumayan seru.
Sebenarnya
hal ini bukanlah hal yang baru. Beberapa sekolah telah memberlakukan sistem ini
khususnya sekolah swasta. Salah satu sekolah yang juga memberlakukan sistem fds
ini adalah sekolah tempatku dulu mengajar. Sebuah SDIT yang memberlakukan jam
belajar dimulai dari pukul 7.30 hingga 14.15.
Sewaktu zaman kuliahan dulu, yang namanya sibuk-sibuk nyari
kost-kostan adalah hal yang lazim terutama bagi mahasiswa perantauan. Bahkan
acara pindah-pindahan ini bukan hanya sekali. Dengan alasan kenyamanan biasanya
beberapa mahasiswa kemudian memilih untuk berpindah-pindah kost selama masa
menimba ilmu di kota rantauan.
Hari
ini kami memutuskan untuk membersihkan rumah sewa kami yang baru sebelum
menempatinya. Dibandingkan rumah sewa kami yang lama, rumah baru ini jauh lebih
sederhana. Maklumlah, kata orang ada harga ada rupa. Meski demikian saya lebih suka rumah baru ini. Lebih "manusiawi", banyak tanah dan bebatuan yang bisa dijadikan objek main anak, hehehe
Kembali terdengar berita tentang seorang wanita yang datang menemui seorang laki-laki kenalannya di kota bahkan pulau lain. Mereka berkenalan lewat fb dan si laki-laki berjanji untuk menikah setelah si perempuan menemuinya di Makassar, kota (katanya) tempat tinggal si laki-laki. Kejadian ini membuatku teringat kejadian beberapa tahun yang lalu. Ceritanya begini….
Kami
telah memutuskan untuk segera pindah rumah. Lokasi rumah sewa yang kami tempati saat
ini membuat anak-anak sulit berangkat ke sekolah ketika abahnya tidak di rumah.
Sudah beberapa kali hal itu terjadi, kasihan kan sekolah anak-anak…..
Beberapa
hari yang lalu, kami berkesampatan mencari rumah sewa sesuai kriteria tersebut.
Saat itu kami menemukan dua rumah sewa. Tak lupa kami mencatat nama dan nomor
telepon pemilik rumah yang ditempelkan di depan rumah tak berpenghuni tersebut.