Beberapa hari yang lalu, saya sempat melihat tayangan video di YouTube. Video tersebut menanyangkan adegan nge-prank, yakni ngerjain seseorang dengan tujuan lucu-lucuan. Nge-prank itupun tentang seorang anak yang mengerjai orang tuanya.
Ceritanya si anak menelpon orang tuanya dan mengabarkan kalau ia mengalami kecelakaan. Tentu saja si orang tua (dalam hal adalah mamanya) sangat terkejut. Bisa dibayangkan, bagaimana perasaan si mama yang mendapatkan kabar seperti ini. Setelah beberapa saat sukses membuat si mama panik bukan kepalang, akhirnya si anak mengaku kalau ia hanya bercanda. Mamanya telah sukses di-prank!!!!
Usai menyaksikan video ini, saya langsung tidak suka dengan semua jenis nge-prank seperti ini. Apa coba untungnya mengerjai orang tua dengan cara seperti ini? Supaya viewer-nya naik dan ujung-ujungnya si pembuat video bisa mendapatkan uang banyak dan terkenal?
TERLALU.
Iya, sungguh keterlaluan kalau menurut saya, mah. Andai dia tahu bagaimana panik dan tersiksanya hati orang tua ketika tiba-tiba mengetahui kalau anaknya kecelakaan. Saya saja, yang tiga anakku berada jauh di tanah air, ketika mendengar ada yang sakit, merasa lapar, atau kurang nyaman dengan tempat barunya, rasanya hati mendadak tidak tenang. Apalagi, sampai mendengar berita anaknya mengalami kecelakaan?
"Tapi, ini kan sekadar lucu-lucuan, masa ngelucu aja gak boleh."
What? Emang gak ada cara melucu yang lain? Memangnya harus bikin orang lain susah supaya kalian senang telah berhasil dengan proyek nge-prank-nya? Apalagi, yang dikerjain adalah orang tua sendiri. Orang tua yang seharusnya dihormati dan senantiasa diberi kabar gembira tentang diri anak-anaknya agar mereka tenang.
Nah, bagaimanakah sebenarnya prank itu? Kalau saya pribadi, memang tidak suka. Lalu, bagaimana pandangan Islam tentang lucu-lucuan ini? Ternyata, Islam telah memberikan aturan dalam urusan candaan seperti ini. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits.
Dari Abdurrahman bin Abi Laila, bahwa beliau mendapatkan berita dari beberapa sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahwa mereka pernah melakukan perjalanan di malam hari bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian ada salah satu sahabat yang tidur, lalu beberapa sahabat menggendongnya ke atas bukit dan langsung membangunkannya. Orang yang tertidur tersebut kaget sehingga banyak sahabat yang tertawa.
Ceritanya si anak menelpon orang tuanya dan mengabarkan kalau ia mengalami kecelakaan. Tentu saja si orang tua (dalam hal adalah mamanya) sangat terkejut. Bisa dibayangkan, bagaimana perasaan si mama yang mendapatkan kabar seperti ini. Setelah beberapa saat sukses membuat si mama panik bukan kepalang, akhirnya si anak mengaku kalau ia hanya bercanda. Mamanya telah sukses di-prank!!!!
Usai menyaksikan video ini, saya langsung tidak suka dengan semua jenis nge-prank seperti ini. Apa coba untungnya mengerjai orang tua dengan cara seperti ini? Supaya viewer-nya naik dan ujung-ujungnya si pembuat video bisa mendapatkan uang banyak dan terkenal?
TERLALU.
Iya, sungguh keterlaluan kalau menurut saya, mah. Andai dia tahu bagaimana panik dan tersiksanya hati orang tua ketika tiba-tiba mengetahui kalau anaknya kecelakaan. Saya saja, yang tiga anakku berada jauh di tanah air, ketika mendengar ada yang sakit, merasa lapar, atau kurang nyaman dengan tempat barunya, rasanya hati mendadak tidak tenang. Apalagi, sampai mendengar berita anaknya mengalami kecelakaan?
"Tapi, ini kan sekadar lucu-lucuan, masa ngelucu aja gak boleh."
What? Emang gak ada cara melucu yang lain? Memangnya harus bikin orang lain susah supaya kalian senang telah berhasil dengan proyek nge-prank-nya? Apalagi, yang dikerjain adalah orang tua sendiri. Orang tua yang seharusnya dihormati dan senantiasa diberi kabar gembira tentang diri anak-anaknya agar mereka tenang.
Nah, bagaimanakah sebenarnya prank itu? Kalau saya pribadi, memang tidak suka. Lalu, bagaimana pandangan Islam tentang lucu-lucuan ini? Ternyata, Islam telah memberikan aturan dalam urusan candaan seperti ini. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits.
Dari Abdurrahman bin Abi Laila, bahwa beliau mendapatkan berita dari beberapa sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahwa mereka pernah melakukan perjalanan di malam hari bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian ada salah satu sahabat yang tidur, lalu beberapa sahabat menggendongnya ke atas bukit dan langsung membangunkannya. Orang yang tertidur tersebut kaget sehingga banyak sahabat yang tertawa.
Melihat ini, Nabi shallalahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dalam hadits yang lain bersabda, "Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius." (HR Abu Dawud)
Berdasarkan hadits di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa prank yang banyak dibuat saat ini termasuk dalam kategori bercanda yang dilarang dalam Islam.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dalam hadits yang lain bersabda, "Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius." (HR Abu Dawud)
Berdasarkan hadits di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa prank yang banyak dibuat saat ini termasuk dalam kategori bercanda yang dilarang dalam Islam.
Sekalipun hal tersebut hanya sekadar bermain-main dan tidak serius yang bertujuan untuk membuat orang tertawa ketika melihat korbannya kaget atau takut, tetap saja ini semua dilarang. Karena berdasarkan hadis di atas bahwa menakut-nakuti seorang muslim tidak dihalalkan dalam Islam.
Selain itu, di balik lucu-lucuan sebuah prank, ada lho beberapa
dampak buruk prank yang bisa menimpa. Berikut ini beberapa di antaranya.
Ingat
kisah “Sang Pengembala Biri-Biri” dalam kartun anak “Upin dan Ipin”? Dikisahkan
bahwa ada seorang pengembala biri-biri yang bosan dengan rutinitas
pekerjaannya. Untuk membunuh rasa bosan tersebut, si pengembala kemudian
mendapat ide untuk nge-prank penduduk. Si pengembala kemudian berteriak-teriak
minta tolong karena ada serigala yang akan memangsa biri-biri
miliknya. Penduduk yang mendengar teriakan si pengembala, bergegas datang
menolong. Namun, apa yang terjadi? Ternyata, tidak terjadi apa-apa. Jangankan
serigala, justru si pengembala tertawa senang karena berhasil memperdaya orang banyak. Tentu saja, penduduk merasa sangat kesal. Apalagi, prank ini
dilakukan kembali meski saat melakukan pertama si pengembala telah meminta
maaf.
Usai
melakukan prank kedua, si pengembala memang benar-benar minta maaf dan berjanji
tidak akan nge-prank lagi. Sialnya, saat itu seekor serigala ternyata hadir dan
siap menyantap biri-biri yang digembalakannya. Si pengembala panik dan langsung
berteriak meminta pertolongan. Sayangnya, para penduduk yang mendengar teriakan
itu hanya berdiam diri dan tidak datang membantu. Tentu saja, para penduduk tak
ingin menjadi korban prank untuk yang ketiga kalinya, meski ternyata kali ini
si pengembala tidak sedang nge-prank.
Inilah gambaran yang bisa saja menimpa para pembuat prank. Karena keisengan, bisa jadi saat itu kita benar-benar membutuhkan bantuan, tetapi orang-orang justru mengira semua itu hanya candaan. Alih-alih dibantu, yang ada malah orang akan cuek atau langsung ngeloyor pergi. Dibohongi itu sakit, Bo....
2. Menimbulkan Trauma
Mengisengi orang lain dengan cara menakut-nakutinya dengan sesuatu yang tidak disukai bahkan ditakutinya itu bisa berakibat fatal, lho. Memang sih, ada yang mengatakan bahwa untuk menghilangkan sebuah phobia, salah satu caranya dengan berhadapan langsung dengan sumber trauma tersebut. Misalnya, kamu takut dengan gelap, serangga, atau balon.
Namun, dengan cara nge-prank, yang terjadi bisa sebaliknya. Alih-alih phobianya hilang, yang ada malah phobia si korban bisa semakin parah. Kasihan, kan?
Prank yang bertujuan untuk menjahili seseorang, ternyata juga bisa berakibat membahayakan nyawa diri sendiri maupun orang lain. Boleh jadi, saat sedang nge-prank dengan cara menjadi hantu untuk menakut-nakuti orang lain, reaksi orang tersebut justru sebaliknya. Bukannya takut, si korban justru melawan dengan cara memukul menggunakan benda-benda yang berbahaya. Ini bisa berbalik membahayakan diri sendiri jadinya.
Atau saat sedang nge-prank, si korban menjadi sangat ketakutan sehingga sangat terkejut, padahal ia memiliki riwayat sakit jantung. Nah, kebayang, kan, berabenya kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan?
Atau saat sedang nge-prank, si korban menjadi sangat ketakutan sehingga sangat terkejut, padahal ia memiliki riwayat sakit jantung. Nah, kebayang, kan, berabenya kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan?
Jadi, pikir seribu kali kalau mau mengisengi orang lain. Pastikan, keisengan kita bukanlah sesuatu yang berbahaya dan terlarang.
*