Hari Pertama di 2018

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Selasa, Januari 02, 2018

Add caption

Assalamu alaikum...


Duh, udah masuk hari pertama di tahun 2018. Kalau di belahan bumi lain, pastinya sebagian besar orang-orang masih "menikmati" hari pertama ini dengan lenyeh-lenyeh, tiduran sepuasnya setelah semalam begadang sepuasnya. Kok tahu? Ya tahulah, puluhan tahun yang lalu saya juga melakukan hal yang demikian. Alhamdulillah sejak belasan tahun yang lalu sudah tidak lagi. Hufh, emang umurku berapa, sih? Ratusan, kali ye...



Dan, di belahan dunia Pantai Timur, tepatnya di Negeri Terengganu, awal tahun 2018 dijalani seperti hari-hari yang lain. Tidak ada beda antara awal tahun, tengah tahun atau akhir tahun. Berjalan seperti biasa. Malahan, karena awal Januari merupakan awal dimulainya tahun ajaran baru untuk wilayah Satu Malaysia, maka begitu pula dengan sekolah anak-anakku. 

Ya, hari ini adalah hari pertama masuk sekolah. Sebenarnya ada dua anak yang masuk sekolah hari ini. Namun, karena si Sekolah Rendah harus dapat kelulusan dari Kementrian Pendidikan terlebih dahulu maka sekolahnya belum bisa masuk hari ini. Pengalaman yang lalu sih, anakku baru boleh masuk setelah tanggal 15 Januari. Ya, namanya juga tinggal di negeri orang.
Berbeda dengan si bungsu yang tahun ini masuk Tadika Tahun 5 (tingkatan sekolahnya diambil berdasarkan umur, karena si bungsu berumur 5 tahun, makanya masuk di kelas tahun 5). Meski non warga negara, tapi dia tetap boleh masuk sekolah sebagaimana anak-anak warga tempatan lainnya. 

Nah, di sinilah drama itu dimulai. 

Sebagaimana, anak-anak yang baru masuk sekolah (apalagi setingkat TK), pastinya penuh dengan drama. Begitu juga dengan Hilyah (bungsuku).
Saat pagi menjelang, Hilyah semangat bangun untuk ke sekolah. Setelah sarapan sedikit, saya pun mengantarkannya ke sekolah yang letaknya sangatttttt jauuuuuh (kalau merangkak, hihihi). Gak kok, sekolahnya berada tepat di depan rumah. Hanya jalanan yang memisahkan kami (rumah kami, maksudnya).
Saat tiba di kelas dan usai salim kepada ketiga guru kelasnya, Hilyah pun ditunjukkan tempat duduknya. Saat itulah, saya mengamati teman-teman sekelas Hilyah yang sudah datang. Dan, tersebutlah seorang anak laki-laki ganteng yang duduk di salah satu sudut. Saya tertarik mengamatinya karena dari tatapan matanya, ia terlihat kurang nyaman dan sepertinya menyimpan air bah yang siap untuk ditumpahkan. Sayangnya, saya tidak melihat ada orang dewasa di dekatnya. Kemungkinan, orang tuanya sudah langsung pulang usai mengantarnya ke sekolah.
Selain anak laki-laki itu, ada juga satu anak laki-laki yang duduk tak jauh dari Hilyah. Dia pun sendiri, tak ada orang tua yang mendampinginya. Saat menemani Hilyah, saya mendengar anak itu meminta izin ke Cikgu untuk pipis. Cikgu pun menemaninya. 
Saya pun mengajarkan Hilyah untuk meniru anak itu. Maksudnya, kalau suatu saat nanti Hilyah mau pipi atau butuh sesuatu tinggal minta ke Cikgu saja. Hilyah pun mengangguk tanda mengerti.
"Maaf, Puan. Anak ditinggal je...." salah seorang Cikgu tiba-tiba mencolek dan berbisik padaku.
Saya pun mengangguk dan minta izin untuk berbicara dengan Hilyah sekejap.
Dan,,,,,,drama pun dimulai
Mengetahui saya akan keluar, Hilyah mulai gelisah. Dan.....saat melihat dua orang temannya menangis meraung-raung, air matanya pun tak terbendung. Susah payah, saya harus menyelamatkan diri dari pelukan dan tarikannya. Meski akhirnya berhasil. Yap, semua orang tua harus berada di luar kelas dan tidak diperkenankan berada di dalam. Serumit apapun kondisi anaknya. 
Lewat kaca pintu kelas, saya melihat anak-anak yang mengamuk sedang ditenangkan oleh dua orang guru. Sementara yang menangis namun tidak mengamuk, dibiarkan sembari entah dimotivasi bagaimana oleh gurunya. 
Sebagaimana pengumuman yang tadi diumumkan Bapak Kepala Sekolah, saya pun menuju ruang makan karena di sana akan ada instruksi dari beliau. Dan, benar saja, di sana sudah banyak orang tua murid yang mendengarkan instruksi dari beliau. Saya pun segera masuk dan bergabung.
Usai acara tersebut, saya kembali ke kelas dan  mengintip. Kelas sudah tenang. Hilyah pun sudah tidak menangis. Meski segugukannya masih terlihat namun ia sudah mulai ikut membaca doa yang dituntun para guru.
Saya pun pulang. Insya Allah, pukul 12.30 nanti baru akan menjemput Hilyah kembali.
Nah, itu cerita hari pertamaku di 2018. Kalau Kamu, apa ceritamu?

  • Share:

You Might Also Like

0 Comments

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging