Add caption |
Assalamu alaikum...
Duh, udah masuk hari pertama di tahun 2018. Kalau di belahan bumi lain,
pastinya sebagian besar orang-orang masih "menikmati" hari pertama
ini dengan lenyeh-lenyeh, tiduran sepuasnya setelah semalam begadang sepuasnya.
Kok tahu? Ya tahulah, puluhan tahun yang lalu saya juga melakukan hal yang
demikian. Alhamdulillah sejak belasan tahun yang lalu sudah tidak lagi. Hufh,
emang umurku berapa, sih? Ratusan, kali ye...
Dan, di belahan dunia Pantai Timur, tepatnya di Negeri Terengganu, awal tahun
2018 dijalani seperti hari-hari yang lain. Tidak ada beda antara awal tahun,
tengah tahun atau akhir tahun. Berjalan seperti biasa. Malahan, karena awal
Januari merupakan awal dimulainya tahun ajaran baru untuk wilayah Satu
Malaysia, maka begitu pula dengan sekolah anak-anakku.
Ya, hari ini adalah hari pertama masuk sekolah. Sebenarnya ada dua
anak yang masuk sekolah hari ini. Namun, karena si Sekolah Rendah harus dapat
kelulusan dari Kementrian Pendidikan terlebih dahulu maka sekolahnya belum bisa
masuk hari ini. Pengalaman yang lalu sih, anakku baru boleh masuk setelah
tanggal 15 Januari. Ya, namanya juga tinggal di negeri orang.
Berbeda dengan si bungsu yang tahun ini masuk Tadika Tahun 5
(tingkatan sekolahnya diambil berdasarkan umur, karena si bungsu berumur 5 tahun,
makanya masuk di kelas tahun 5). Meski non warga negara, tapi dia tetap boleh
masuk sekolah sebagaimana anak-anak warga tempatan lainnya.
Nah, di sinilah drama itu dimulai.
Sebagaimana, anak-anak yang baru masuk sekolah (apalagi setingkat
TK), pastinya penuh dengan drama. Begitu juga dengan Hilyah (bungsuku).
Saat pagi menjelang, Hilyah semangat bangun untuk ke sekolah.
Setelah sarapan sedikit, saya pun mengantarkannya ke sekolah yang letaknya
sangatttttt jauuuuuh (kalau merangkak, hihihi). Gak kok, sekolahnya berada
tepat di depan rumah. Hanya jalanan yang memisahkan kami (rumah kami,
maksudnya).
Saat tiba di kelas dan usai salim kepada ketiga guru kelasnya,
Hilyah pun ditunjukkan tempat duduknya. Saat itulah, saya mengamati teman-teman
sekelas Hilyah yang sudah datang. Dan, tersebutlah seorang anak laki-laki
ganteng yang duduk di salah satu sudut. Saya tertarik mengamatinya karena dari
tatapan matanya, ia terlihat kurang nyaman dan sepertinya menyimpan air bah
yang siap untuk ditumpahkan. Sayangnya, saya tidak melihat ada orang dewasa di
dekatnya. Kemungkinan, orang tuanya sudah langsung pulang usai mengantarnya ke
sekolah.
Selain anak laki-laki itu, ada juga satu anak laki-laki yang duduk
tak jauh dari Hilyah. Dia pun sendiri, tak ada orang tua yang mendampinginya.
Saat menemani Hilyah, saya mendengar anak itu meminta izin ke Cikgu untuk
pipis. Cikgu pun menemaninya.
Saya pun mengajarkan Hilyah untuk meniru anak itu. Maksudnya,
kalau suatu saat nanti Hilyah mau pipi atau butuh sesuatu tinggal minta ke
Cikgu saja. Hilyah pun mengangguk tanda mengerti.
"Maaf, Puan. Anak ditinggal je...." salah seorang
Cikgu tiba-tiba mencolek dan berbisik padaku.
Saya pun mengangguk dan minta izin untuk berbicara dengan Hilyah
sekejap.
Dan,,,,,,drama pun dimulai
Mengetahui saya akan keluar, Hilyah mulai gelisah. Dan.....saat
melihat dua orang temannya menangis meraung-raung, air matanya pun tak
terbendung. Susah payah, saya harus menyelamatkan diri dari pelukan dan
tarikannya. Meski akhirnya berhasil. Yap, semua orang tua harus berada di luar
kelas dan tidak diperkenankan berada di dalam. Serumit apapun kondisi
anaknya.
Lewat kaca pintu kelas, saya melihat anak-anak yang mengamuk
sedang ditenangkan oleh dua orang guru. Sementara yang menangis namun tidak
mengamuk, dibiarkan sembari entah dimotivasi bagaimana oleh gurunya.
Sebagaimana pengumuman yang tadi diumumkan Bapak Kepala Sekolah,
saya pun menuju ruang makan karena di sana akan ada instruksi dari beliau. Dan,
benar saja, di sana sudah banyak orang tua murid yang mendengarkan instruksi
dari beliau. Saya pun segera masuk dan bergabung.
Usai acara tersebut, saya kembali ke kelas dan mengintip.
Kelas sudah tenang. Hilyah pun sudah tidak menangis. Meski segugukannya masih
terlihat namun ia sudah mulai ikut membaca doa yang dituntun para guru.
Saya pun pulang. Insya Allah, pukul 12.30 nanti baru akan
menjemput Hilyah kembali.
Nah, itu
cerita hari pertamaku di 2018. Kalau Kamu, apa ceritamu?
0 Comments
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging