Sumber Gambar di sini |
Dua hari yang lalu, kami dibawakan oleh-oleh dari Bogor. Kue khas
Bogor yakni kue lapis Bogor sebanyak dua kotak dibawa asisten suami yang memang
orang Bogor. Alhamdulillah.
Kue lapis bogor ini sudah tak asing lagi bagi kami. Bahkan, saat
kami sekeluarga ke Bogor beberapa bulan yang lalu, kami dioleh-olehi tiga
kantung plastik kue ini. Kue lapis ini memang enak banget. Lembut dan manisnya
bikin kangen.
Yang bikin saya terkejut ketika pertama kali melihat kue ini
adalah bahan utamanya. Talas. Terus terang, saya punya pengalaman yang tidak
terlalu menyenangkan dengan umbi-umbian ini. Sejak itulah, saya tidak suka
dengan talas. Sewaktu kecil, saya pernah pengalaman kurang menyenangkan dengan
talas. Saat itu, di meja makan, Mama menyuguhkan talas rebus. Saya waktu itu
berpikr kalau talas tersebut rasanya sama seperti ubi jalar, kesukaanku.
Tanpa pikir panjang, saya pun melahap talas tersebut lalu.....
saya terpaksa memuntahkannya. Rasanya? Tidak enak malah tenggorokanku terasa
gatal dan panas. Percuma Nenek membujukku, karena setelah itu saya sama sekali
tidak mau menyentuh talas itu lagi. Dan...itu berlangsung hingga kini saya
sudah beranak lima, hehehe.
Karenanya, saya terkejut ketika pertama kali melihat olahan talas
yang dibuat menjadi kue lapis bogor. Mulanya sih, agak seram, membayangkan
pengalaman tidak menyenangkan dulu. Tapi karena penampilannya sangat menggoda,
akhirnya ......
"Masya Allah, enak banget...”
Saya sampai bingung dibuatnya. Di mana rasa gatal dan tidak enak
yang dulu kurasakan saat mengonsumsi talas. Masya Allah, hebat banget penemu
kuliner ini. Bisa mengubah rasa tidak enak talas (menurutku lho...) menjadi
kuliner selezat ini.
Dan, ternyata bukan hanya orang Bogor yang berhasil mengolah
talas. Saat berbelanja di salah satu swalayan di Terengganu, saya nemu cake
talas. Segera saja cake berwarna ungu itu mengingatkanku pada kue lapis bogor. Tanpa
pikir panjang, saya membelinya, apalagi di depanku ada seorang makcik yang
membeli kue tersebut dua.
“Pasti enak juga, nih. Apalagi harganya juga murah meriah.” Pikirku
usai melihat makcik tersebut mengambil kue tersebut. Hanya saja, satu yang saya
kurang sreg. Cake talas tersebut menggunakan taburan kelapa di atasnya. Duh,
seandainya keju parut, hehehe…
Setelah tiba di rumah, ternyata kue itu enak juga. Hmm, yummi…
Dan, mendadak saya kepengen mencoba talas. Akankah rasanya
se-tidak enak dulu atau sudah berubah. Sama seperti rasa ubi jalar kesukaannku.
Kan, sama-sama umbi-umbian.
0 Comments
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging