Kisahku Tentang Talas

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Jumat, Januari 26, 2018

Sumber Gambar di sini

Dua hari yang lalu, kami dibawakan oleh-oleh dari Bogor. Kue khas Bogor yakni kue lapis Bogor sebanyak dua kotak dibawa asisten suami yang memang orang Bogor. Alhamdulillah.


Kue lapis bogor ini sudah tak asing lagi bagi kami. Bahkan, saat kami sekeluarga ke Bogor beberapa bulan yang lalu, kami dioleh-olehi tiga kantung plastik kue ini. Kue lapis ini memang enak banget. Lembut dan manisnya bikin kangen.

Yang bikin saya terkejut ketika pertama kali melihat kue ini adalah bahan utamanya. Talas. Terus terang, saya punya pengalaman yang tidak terlalu menyenangkan dengan umbi-umbian ini. Sejak itulah, saya tidak suka dengan talas. Sewaktu kecil, saya pernah pengalaman kurang menyenangkan dengan talas. Saat itu, di meja makan, Mama menyuguhkan talas rebus. Saya waktu itu berpikr kalau talas tersebut rasanya sama seperti ubi jalar, kesukaanku.


Tanpa pikir panjang, saya pun melahap talas tersebut lalu..... saya terpaksa memuntahkannya. Rasanya? Tidak enak malah tenggorokanku terasa gatal dan panas. Percuma Nenek membujukku, karena setelah itu saya sama sekali tidak mau menyentuh talas itu lagi. Dan...itu berlangsung hingga kini saya sudah beranak lima, hehehe.


Karenanya, saya terkejut ketika pertama kali melihat olahan talas yang dibuat menjadi kue lapis bogor. Mulanya sih, agak seram, membayangkan pengalaman tidak menyenangkan dulu. Tapi karena penampilannya sangat menggoda, akhirnya ......

"Masya Allah, enak banget...”

Saya sampai bingung dibuatnya. Di mana rasa gatal dan tidak enak yang dulu kurasakan saat mengonsumsi talas. Masya Allah, hebat banget penemu kuliner ini. Bisa mengubah rasa tidak enak talas (menurutku lho...) menjadi kuliner selezat ini.

Dan, ternyata bukan hanya orang Bogor yang berhasil mengolah talas. Saat berbelanja di salah satu swalayan di Terengganu, saya nemu cake talas. Segera saja cake berwarna ungu itu mengingatkanku pada kue lapis bogor. Tanpa pikir panjang, saya membelinya, apalagi di depanku ada seorang makcik yang membeli kue tersebut dua.

“Pasti enak juga, nih. Apalagi harganya juga murah meriah.” Pikirku usai melihat makcik tersebut mengambil kue tersebut. Hanya saja, satu yang saya kurang sreg. Cake talas tersebut menggunakan taburan kelapa di atasnya. Duh, seandainya keju parut, hehehe…

Setelah tiba di rumah, ternyata kue itu enak juga. Hmm, yummi…

Dan, mendadak saya kepengen mencoba talas. Akankah rasanya se-tidak enak dulu atau sudah berubah. Sama seperti rasa ubi jalar kesukaannku. Kan, sama-sama umbi-umbian.

  • Share:

You Might Also Like

0 Comments

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging