5 Fakta Tentang Haeriah Syamsuddin

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Jumat, November 30, 2018


Alhamdulillah, memasuki Tantangan Hari Keenam BPN 30 Day Blog Challenge, tema yang ditanyakan  adalah 5 Fakta soal diri sendiri. Duh, kali ini mba-mba BPN pada pengen kepo-in kita-kita deh.




Hm, gak apa-apa, sih. Hitung-hitung sebagai sarana untuk memperkenalkan diri sendiri kepada khalayak ramai. Bukankah ada pepatah, "Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta". Siapa tahu setelah ini, makin banyak yang sayang pada saya. Aamiin.

Oke deh, kalau begitu saya mulai saja membahas fakta tentang diri sendiri. Check it out.

Fakta Pertama: Cinta Membaca Sejak Kecil

Saya lupa pastinya sejak kapan bisa membaca. Mungkin setelah kelas dua SD, kali ya? Dan, setelah bisa membaca maka saya pun membaca apa saja yang tertulis. Entahlah, mengapa saya seperti tergila-gila dengan rangkaian huruf.

Kecintaanku pada bacaan membuatku nekad untuk membeli atau menyewa berbagai jenis bacaan yang kuinginkan. Padahal, waktu itu Bapak Rahimahullah sangat melarangku membaca buku selain buku pelajaran sekolah. Kalau ketahuan, sapu di rumah bisa patah ketika disabetkan ke badanku.

Untuk menyiasatinya, saya membeli majalah secara sembunyi-sembunyi, kemudian menitipkannya di rumah teman. Sementara untuk buku sewaan (saat itu saya paling suka menyewa buku serial karya Khoo Ping Hoo, buku-buku karya Enyd Blyton, serta komik Asterix) saya baca secara sembunyi-sembunyi. Terkadang, saya berpura-pura tidur untuk kemudian diam-diam membacanya dari balik bantal hanya dengan bercahayakan lampu lima wat (lampu tidur) dan rela begadang hingga bacaan tersebut tuntas hingga lembaran terakhir. Tak heran bila sejak kelas 1 SMP,  saya harus berkacamata dengan level minus 1,5 kala itu.  

Kisah selengkapnya, saya tuangkan dalam tulisan Ketika Bacaan Meracuniku

Fakta Kedua : Bisa Menulis Secara Otodidak



Saya ingat sekali ketika tulisan pertamaku dimuat pada Majalah Anita Cemerlang (yang seumuran denganku pasti kenal dengan majalah tersebut), saat itu banyak teman yang minta diajar menulis. Ketika saya mengutarakan kalau bingung harus mengajarkan apa, mereka pun menudingku tidak mau berbagi ilmu alias pelit bin medit atawa sekke.

Padahal, pengetahuanku akan teori menulis bisa dibilang nol. Lalu, bagaimana saya bisa menulis dengan modal nol tersebut? Kuncinya adalah membaca. Ya, banyak membaca yang membuat saya kemudian bisa menulis. Banyak membaca yang kemudian membuat saya bisa memilah dan membedakan mana tulisan yang enak dibaca dan menarik serta mana yang tidak.

Sayangnya, ketika saya menyebutkan faktor penyebab saya bisa menulis, orang-orang justru marah-marah. 

"Saya tidak suka membaca tapi saya ingin bisa menulis!"

"Saya tidak suka membaca tapi saya ingin jadi penulis!"

"Saya tidak suka membaca. Membaca membuat kepalaku pusing!"

Hikz, saya kudu piye? 

Fakta Ketiga: Sangat Bergantung Pada Mood

Kebiasaan sangat bergantung pada mood ini bukanlah satu kebiasaan yang baik. Saya sangat menyadari itu. Namun, hingga saat ini saya masih sulit untuk mengentaskannya dari diriku. 

Tak heran bila lagi good mood, saya bisa menyelesaikan banyak hal. Sebaliknya, bila lagi bad mood, rumah berantakan sekalipun bakal tidak saya acuhkan. Biarkan saja.  Please, jangan ditiru ya... 

Fakta Keempat: Tipe Perfeksionis

Salah satu dampak kegemaranku membaca adalah terbentuknya diriku menjadi sosok yang perfeksionis. Gara-gara membaca dongeng kalau seorang putri akan menyisir rambutnya sebanyak 100 kali sebelum tidur, saya pun melakukan kebiasaan itu. Gara-gara membaca jangan tidur sebelum gosok gigi, cuci kaki dan cuci muka, semengantuk apa pun itu, saya pasti akan melakukan hal itu setiap hari. Dan, banyak lagi kebiasaan-kebiasaan ala tipe perfeksionis yang kemudian melekat padaku.

Namun, kebiasaan itu mulai berkurang sejak menikah. Gara-gara standar perfeksionis yang coba kuterapkan pada suamiku harus selalu dilanggar lelaki tercinta tersebut.

"Enjoy yourself"

Demikian petuah suamiku ketika melihatku mulai harus begini harus begitu. Hidup itu untuk dinikmati, selama tidak melanggar aturan agama, lakukan saja apa yang membuatmu nyaman. 

Iya, deh. Kan, patuh pada suami berpahala.

Fakta Kelima: Penyimpan Barang Terbaik

Hidup bersama dengan seorang lelaki tampan dan lima orang anak yang ganteng dan cantik membuatku harus menjadi seorang  "pemulung" yang baik.  

Mengapa "pemulung"? Karena setiap hari saya harus memungut dan mengamankan barang-barang milik anggota keluarga yang lain.

"Ummi, lihat kaos bolaku? " tanya si sulung
"Ummi, lihat pensil warnaku? " tanya si nomor dua
"Ummi, lihat buku matematikaku?" tanya si nomor tiga 
"Ummi. lihat kaos kakiku?" tanya si nomor empat

"Ummi, lihat boneka comelku, tak?' tanya si nomor lima
Dan...
"Ummi, kunci mobil mana, sih?" kali ini tanya suami tercinta.

Demikianlah, hampir setiap hari saya harus mengamankan barang-barang yang kemudian dicari pemiliknya. Sayangnya, ada satu kelebihan sekaligus kelemahanku. Untuk urusan menyimpan dan mengamankan barang, saya lah ahlinya. Sayangnya, saking amannya, saya terkadang lupa di mana mengamankan barang tersebut. Akibatnya, barang tersebut baru bisa ditemukan secara tidak sengaja justru saat kami sudah putus asa mencarinya dan menemukan atau membeli gantinya. Hikz

Itulah 5 fakta tentang saya. Btw, adakah yang sama denganku? Yuk, kita sharing.

  • Share:

You Might Also Like

9 Comments

  1. Wkwkkw.. Samaan nih, saya ngerasa di kepoin sama BPN, jadi buka diri didepan pembaca deh wkwkkw...

    BalasHapus
  2. Benar emak rempong pemulung, ya. Ngumpulin barang yg tercecer. Bantu nyipenin tp kadang lupa naruhnya. He ... he... toss sama

    BalasHapus
  3. Hihii saking amannya sampai gak ketemu ya di mana adanya. Whuaa keren lho mba ini suka membaca, pintar menulis pula. Sukses ya mba

    BalasHapus
  4. Hehehe ... saya selalu takut jika berdekatan dg orang prefeksionis mbak.
    Takut disalahin mulu. 😁🙏

    BalasHapus
  5. Wah banyak yang sama, saya terkadang juga moody, hehe

    BalasHapus
  6. Yang nomer 5 tos banget kita bun. Hehehe.

    BalasHapus
  7. Hehehe.... Saya banget tuh yang enjoy yourself. Haha

    BalasHapus
  8. Saya perfeksionis juga Mbak..maka kalau nulis dibatasi 3oo kata misalnya, kebingungan, lah belum semua dituliskan terus piye..nanti cuma tersimpan di ingatan malah jadi jerawatan hahaha

    BalasHapus
  9. Penyimpan barang terbaik, sy kogh jadi ngakak ya mbak hehe. Itu kayaknya salah satu job emak2 deh. :D
    Duh ada aja yg ilang, tapi sama kita mah ketemu aja. Aku juga suka membaca mbak, makanya suka nulis di blog :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging