Salah satu sumber ujian bagi orang tua adalah anak. Allah Subhanahu wata’ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah ujian (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. At-Taghabun:15).
Salah satu
bentuk ujian tersebut adalah tantrum. Secara sederhana tantrum dapat diartikan sebagai kumpulan perilaku marah anak yang terjadi karena keinginannya tidak terpenuhi. Perilaku tersebut ditunjukkan dengan cara
menangis bahkan sampai meraung-raung, berteriak, menjerit, berguling-guling di
tanah bahkan sampai menjatuhkan atau melemparkan barang-barang. Perilaku ini biasanya akan terus
dilakukan anak hingga keinginannya terpenuhi.
Di usia
balita, tantrum merupakan hal wajar yang diperlihatkan anak. Namun para orangtua harus berhati-hati sekiranya tantrum
tersebut masih berlangsung hingga usia
sekolah (6-12 tahun). Karena tantrum
yang masih berlanjut di usia tersebut bisa saja merupakan indikasi adanya masalah pada anak yang disebut Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Baca juga: Berubah bersama Ibu Profesional
Baca juga: Berubah bersama Ibu Profesional
Agar tantrum
tak berlanjut dan tidak menjadi kebiasaan anak, maka ada tujuh langkah yang
dapat dilakukan para orang tua. Langkah-langkah tersebut adalah…
1.
Cari Tahu Penyebab Tantrum
Tentu saja
anak tantrum karena ada penyebabnya. Bisa karena marah, lapar, bosan, lelah
atau sedang frustasi. Hal ini dapat diketahui orang tua dari keseharian anak.
Dari hasil mengamati kebiasaan anak itulah orang tua dapat mengetahui penyebab
anaknya tantrum. Tentu saja setelah mengetahuinya, orang tua dapat mencegah
pencetus tantrum tersebut terjadi. Bukankah lebih mudah mencegah daripada
menghadapi ledakan tantrum?
2.
Kenali Gejala Awal
Tantrum
Sebelum
tantrum itu benar-benar terjadi, biasanya anak-anak akan menunjukkan
tanda-tanda awal. Untuk itu dibutuhkan kepekaan orang tua untuk mengenal
dan menganalisa tingkah laku anak-anaknya.
Gejala sebelum
tantrum terjadi dapat dilihat dengan misalnya anak mulai tidak sabaran
menyelesaikan sesuatu, mulai berkeluh kesah, berulang kali menghela napas atau
terlihat kesal.
Bila
tanda-tanda itu mulai terlihat maka segeralah orang tua beraksi. Alihkan
perhatian anak. Pengalihan ini dapat dilakukan dengan menawarkan sesuatu yang
menjadi kesukaan anak atau mengajaknya melakukan hal lain yang juga disukainya.
Baca juga: Membunuh bosan ala Saya
Baca juga: Membunuh bosan ala Saya
3.
Amankan Lokasi Tantrum
Namun nyatanya
bila anak sudah telanjur tantrum maka
langkah yang harus diambil adalah segera amankan posisinya. Posisi aman
ini diperlukan karena ketika anak tantrum maka biasanya anak akan berteriak,
berguling-guling bahkan ada yang melempar atau merusak apa saja. Biarkan saja
si anak dengan aksi tantrumnya.
Adapun bila
berada di luar rumah sementara langkah di atas tak dapat dilakukan maka yang
dapat dilakukan adalah segera memeluk dan menenangkan anak. Biarkan anak
menangis dalam pelukan anda. Usahakan agak menepi dari keramaian agar tidak
terlalu menarik perhatian. Abaikan omongan orang agar anda mengikuti kemauan
anak. Tetaplah tegas dengan prinsip yang anda pegang.
4.
Jangan Menuruti Keinginan Anak Saat Tantrum
Hal yang harus
senantiasa diingat adalah jangan pernah menuruti keinginan anak saat
sedang tantrum. Biarkan saja ia menangis
atau berguling-guling. Yang dapat anda lakukan hanyalah memastikan posisi anak
tetap aman meski sedang tantrum.
Menuruti
keinginan anak di saat seperti ini akan membuat anak belajar dan menjadikan
tantrumnya sebagai senjata untuk menekan orang tuanya. anak akan belajar bahwa
untuk mendapatkan keinginannya ia hanya perlu menangis, meraung-raung dan
sejenisnya. Anak tahu anda akan luluh nantinya.
Bagaimana bila
anda mulai tak sabar bahkan ikut tersulut emosi? Ingat, ikut marah atau bahkan
memukuli anak agar diam bukanlah solusi yang baik. Marah anda tidak akan
menghentikannya bahkan mungkin akan semakin menjadi-jadi. Kuncinya adalah anda
sabar menanggapinya.
Jika perlu
anda dapat menjauh dan hindari anak
selama beberapa saat. Hal ini berguna untuk menenangkan diri anda sehingga anda
bisa tetap berkepala dingin menghadapi tantrum anak.
5.
Ajak Bicara Anak
Setelah Tantrumnya Reda
Setelah
tantrumnya reda, tugas orang tua selanjutnya adalah segera memberikan ketenangan dengan memeluk serta membelai mereka. Tak lupa orang tua mengajak si anak
bicara sembari menjelaskan dan memberi pengertian bahwa tantrum bukanlah cara
yang baik untuk meminta sesuatu. Jika ingin sesuatu, anak dapat
mengungkapkannya langsung kepada orang tua dan orang tua akan mempertimbangkan
apakah permintaan itu layak dipenuhi atau tidak.
Sekiranya
permintaan anak belum atau tidak dapat dipenuhi, orang tua dapat memaparkan
alasannya. Beri anak penjelasan sederhana mengapa keinginannya belum atau tidak
dapat dipenuhi. Untuk itu berikan alternatif lain sebagai penggantinya.
6.
Jangan Menertawakan Tantrum
Ingat, tantrum
bukanlah hal lucu untuk ditertawakan. Hindari
menertawakan anak yang sedang tantrum. Meski terkadang tingkah anak saat
tantrum cukup menggemaskan. Bibir manyun, mata berkilat dan sikap tubuh
lainnya. Memberikan respon seperti ini akan membuat anak berpikir bahwa ia lucu
saat sedang marah sehingga tentu saja senjata ini akan terus dipergunakannya.
7.
Memberi Pengertian Pada Keluarga
Masih jamak
dalam masyarakat kita orang-orang yang mengalah dengan menuruti keinginan anak
yang sedang tantrum. Biasanya kalau orang tuanya tegas, datanglah kakek, nenek
atau om dan tantenya yang kemudian memilih menuruti keinginan anak. Alasannya
beragam, ada yang tak ingin ribut, malu didengar orang, malu dikira pelit atau gak bisa beliin anak
mainan dan sebagainya. Biasanya hal itu juga disertai alasan, namanya juga anak
kecil.
Tentu saja
kita tidak membenarkan hal tersebut. Hal ini sama saja dengan membiarkan anak
mendapatkan pembelaan atas sikapnya yang salah. Karenanya menjadi tugas
tambahan bagi para orang tua untuk ikut menjelaskan ketegasan yang telah
dipilih dan meminta mereka untuk ikut mendukung pilihan tersebut.
Demikian tujuh
point penting menghadapi tantrum anak. Ada yang ingin menambahkan? Sharing yuk....
8 Comments
Suami yang kadang masih suka bentak kalau anak lagi tantrum. Tapi memang bukan diam malah menjadi2 sih. Ini yang kadang bikin hati goyah dan segera menuruti permintaannya.
BalasHapusTapi seringnya di tempat umum, karena ngeri denger anak menjerit histeris terus diliatin orang. :)
Saya sering banget melihat anak tantrum depan umum, rupanya anak-anak itu tahu memainkan senjata mereka. Kalau pengalaman saya dengan suami, anak mau tantrum bagaimanapun tetap tidak akan kami penuhi keinginannya. Alhamdulillah, anak-anak jarang yang tantrum.
HapusSaya sudah lewati fase ini dari anak pertama. Semoga yang kedua nggak bikin jungkir balik lagi deh...
BalasHapusAamiin. Semoga gak ya mba, soalnya udah punya pengalaman dari anak pertama
HapusTapi kadang menyesal juga mba,saat tk menuruti anak tantrum minta jajan padahal di rumah ada banyak camilan sehat & buah.
BalasHapusJadi orang tua memang kadang harus tegaan kan demi kebaikan anak.
HapusAlhamdulillah, anak-anak saya tidak ada yang ngalamin tantrum. Kalau ngambek dikit wajar, lah. Memang benar, salah satu caranya adalah tidak menuruti kemauan mereka saat tantrum. Bahkan kami kadang suka (pura-pura) menganggap gak ada mereka. Jangankan tantrum, ketika ngambek trus dideketin aja kan suka makin cari perhatian. Jadi dicuekin dulu aja kalau udah dikasih tau tapi belum berhasil. Nanti juga mereka tenang dengan sendirinya ^_^
BalasHapusAlhamdulillah, samaan kita mba berarti. Lima anakku gak ada yang tantrum karena mau se-tantrum apapun mereka tetap aja dicuekin, hihihi. Dari sikap orang tua, si anak jadi berpikir daripada capek-capek tantrum mendingan langsung minta aja, bernegosiasi siapa tahu dikabulkan.
HapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging