SIAPA BILANG BELAJAR MENGENDARAI MOBIL GAMPANG?
By HAERIAH SYAMSUDDIN - Senin, Maret 20, 2017
“Maaf
Bu, kalau boleh tahu, sejak kapan bisa mengendarai mobil?” tanyaku iseng pada pengemudi yang duduk
tepat di depanku.
Sore itu
aku dan iparku menikmati layanan Grab sehabis berbelanja di Pasar Toddopuli, salah satu pasar tradisional di Kota Makassar. Pasar ini tidak terlalu jauh letaknya dari rumah kami.
Kali ini rupanya ada yang istimewa dari Grab, layanan taxi online yang beberapa hari ini mulai kuakrabi karena selain pelayannya memuaskan juga harganya lebih murah. Kalau biasanya drivernya laki-laki nah kali ini perempuan. Asyik juga sih, bisa sekalian diajak ngobrol. Soalnya risih juga kan kalau ngajak ngobrol driver laki-laki. Ntar disangka emak-emak ganjen, lagi. Hihihi…
Kali ini rupanya ada yang istimewa dari Grab, layanan taxi online yang beberapa hari ini mulai kuakrabi karena selain pelayannya memuaskan juga harganya lebih murah. Kalau biasanya drivernya laki-laki nah kali ini perempuan. Asyik juga sih, bisa sekalian diajak ngobrol. Soalnya risih juga kan kalau ngajak ngobrol driver laki-laki. Ntar disangka emak-emak ganjen, lagi. Hihihi…
“Udah
lama, Bu. Sejak SMA” jawab Ibu Driver yang
kutaksir usianya lebih tua sedikit dariku.
Bagiku, seorang
perempuan yang bisa membawa kendaraan sendiri tuh keren banget. Jadi, si ibu hebat euy, mana udah bisa bawa mobil
sejak SMA. Lha dakuh? Jangankan mobil, motor aja belum bisa-bisa sampai
sekarang. Kalau sepeda sih (kayaknya masih) bisa. Terakhir kali naik sepeda waktu masih abg. Huhuhu….
“Biasa
aja, Bu. Banyak yang lebih keren dari saya” balas si
ibu merendah.
“Ngg…, kalau
lagi bawa mobil kayak gini, pernah gak sih kepikiran gimana kalau lagi dijalan
trus nabrak orang trus orangnya dibawa ke rumah sakit trus ibu masuk penjara….”
Tiba-tiba
saya disikut dari samping. Iparku terlihat risih, “Apa-apaan sih Kak…..”
Ups, baru
saya tersadar. Ih, saya lebay ya?
“Jangan
negative thinking dong, Bu. Kalau yang begituan dipikir terus ya gak bakalan
bisa bawa mobil deh sampai mati…..” jawab si
Ibu Driver menjawab kelebayanku.
Hihihi,
benar juga ya. Pantas saja saya gak bisa nyetir sampai sekarang. Belum apa-apa
pikirannya udah jauh, kalau gak di rumah
sakit ya penjara. Waduh.......
Di lain
kesempatan, saya kembali naik Grab dan lagi-lagi drivernya perempuan. Gak mau membuang
kesempatan, kembali saya tanya-tanyain si Mba Driver yang secara penampilan
terlihat trendy. Gaya perempuan masa kini.
“Saya
baru sebulan bawa Grab, Bu….” Jawab si
Mba Driver menjawab pertanyaan basa basiku.
“Kalau
saya gak pernah berpikir yang negative saat bawa mobil. Yang penting
berhati-hati dan banyak-banyak berdoa”
Hahaha,
lagi-lagi mulut ini gatal untuk menanyakan hal yang sama. Dan jawabannya
lagi-lagi sama.
Stop berpikir yang tidak-tidak
Pertanyaan
“lebay” itu sebenarnya kutanyakan bukan tanpa alasan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
sebenarnya kutujukan untuk diriku sendiri. Pertanyaan yang sebetulnya saya
sudah tahu jawabannya hanya saja saya butuh penguat. Penguat agar saya juga
bisa berani dan segera kembali belajar mengendara mobil yang sudah pernah saya
coba sekali.
Wah, kalau ingat ketika untuk pertama kalinya duduk di belakang setir rasanya malu sendiri. Entah berapa kali saya berteriak, berusaha menghalau nervous yang mendadak menyerang.
Gimana kalau tiba-tiba mobilnya melaju kencang hingga nabrak orang. Gimana kalau mobilnya jungkir ke laut (saat itu saya latihan di dekat laut). Gimana....gimana gimana. Huhuhu. Suami sampai berkali-kali harus menghalau pikiran negatif itu. Anak-anak berulang kali protes acapkali saya berteriak, "Ummi, jangan lebay, dong..."
Wah, kalau ingat ketika untuk pertama kalinya duduk di belakang setir rasanya malu sendiri. Entah berapa kali saya berteriak, berusaha menghalau nervous yang mendadak menyerang.
Gimana kalau tiba-tiba mobilnya melaju kencang hingga nabrak orang. Gimana kalau mobilnya jungkir ke laut (saat itu saya latihan di dekat laut). Gimana....gimana gimana. Huhuhu. Suami sampai berkali-kali harus menghalau pikiran negatif itu. Anak-anak berulang kali protes acapkali saya berteriak, "Ummi, jangan lebay, dong..."
Mungkin itulah penyebab saya sampai saat ini masih belum juga bisa mengendarai kendaraan, baik itu motor
apalagi mobil. Padahal jika dilihat dari faktor keluarga, dari sembilan bersaudara hanya saya yang kondisinya
paling menyedihkan, gak bisa bawa kendaraan. Tidak heran, saya yang paling
sering digoda.
“Gak
bosan bareng Pak Bentor melulu?” (Pak Bentor adalah sebutan untuk pengemudi
bentor. Bentor merupakan salah satu jenis angkutan umum di kotaku. Bentor
termasuk jenis favoritku)
Pak Suami juga sudah beberapa kali membujukku untuk mau (kembali) belajar mengendarai mobil.
“Mumpung
masih di Malaysia, jalanan yang bagus dan sunyi banyak sehingga enak dibuat latihan” alasan beliau.
Tak lupa
suami seringkali menceritakan bagaimana beliau bisa bawa mobil untuk bisa memotivasiku. Katanya hanya
empat kali latihan, beliau sudah berani nyetir mobil ke jalan raya. Dan sedikit
demi sedikit beliau pun semakin lincah mengemudi mobil hingga sekarang.
Tapi
entahlah, saya masih takut….
Maka
ketika anak sulungku berlibur ke Malaysia, hanya dengan tiga kali latihan, si
sulung juga sudah bisa mengemudi mobil sendiri. Iya sih, masih di “lokasi” latihan
karena kami belum berani melepasnya di jalan raya. Tapi setidaknya, mobil merah
kami sudah bisa dibawanya dengan lancar.
“Tuh kan,
gampang….” ujar suamiku kembali.
Huhuhu,
kok gampang banget sih mereka. Apa karena keduanya laki-laki, ya? Makhluk yang
(katanya) lebih rasional ketimbang perempuan. Karena rasional yang dominan maka pikiran-pikiran negatif itu tidak mengusik mereka. Iya sih, banyak juga perempuan yang kini bisa mengendarai kendaraan sendiri tapi tetap saja lebih banyak perempuan yang
tidak bisa mengendarai kendaraan sendiri, salah satunya saya.
Jadi, Mak Irna Oktaviana, menurutku gender cukup berpengaruh bagi mudah atau susahnya belajar berkendara. Buktinya saya, tetangga dan teman-teman perempuan saya juga banyak yang seperti itu (maklum, habis survey di lapangan).
Tapi bukan berarti perempuan gak bisa bawa mobil, buktinya ada Alexandra Asmasubrata. Tapi ya itu tadi...... kan gak sebanyak dan seberani laki-laki pada umumnya.
Jadi, menurutku belajar mengendarai mobil itu gak gampang. Menurutmu?
Tapi bukan berarti perempuan gak bisa bawa mobil, buktinya ada Alexandra Asmasubrata. Tapi ya itu tadi...... kan gak sebanyak dan seberani laki-laki pada umumnya.
Jadi, menurutku belajar mengendarai mobil itu gak gampang. Menurutmu?
11 Comments
aku sih sebenrnya bisa mba bawa mobil, tapiiiii aku trauma ;p... soalnya aku pernah kecelakaan , dan lumayan parah.. mobil sih ancur total, tp untungnya aku selamat.. dan sejak itu, aku g prnh nyentuh mobil lg.. itu kejadiannya di aceh, yg mana jalanannya sepi bgt kalo dibanding jakarta... apalagi jkt yg semrawut ;p.. mkinlah aku ga pgn bawa mobil sendiri... mending pake supir ato aku naik taxi deh..
BalasHapusItu juga yang sangat saya khawatirkan, Mba. Kalau di Malaysia sih teratur, disiplin, gak kebayang saat pulang ke kampung. Apalagi Makassar saat ini sudah mirip Jakarta. Kendaraan padat, semrawut, macet di mana-mana. Huhuhu, lebih aman memang naik taxi atau disupiri aja......
Hapussekarang kan sudah banyak mobil matic yang women friendly lah.
BalasHapustapi kalau saya pilih bawa dan lebih senang setir mobil manual. harus ada kemauan kuat dan tentunya nyali besar mbak (baca : nekat) . hehehe...
dua puluh empat tahun yang lalu sayapun pernah merasa takut nyetir, jangankan pegang mobilnya, dengar ibu saya minta diantar naik mobil aja sudah panas dingin kembang kempis. lama kelamaan menyenangkan, bisa jadi sopir antar jemput anak dan gantian nyetir dengan suami saat kami sekeluarga mudik dari kota bandung ke kota malang. dan satu lagi, tentunya nggak selalu tergantung sama suami, butuh apa-apa berangkat sendiri, nggak perlu nunggu pengaalan suami heheh...semangat mbak
Mba Suci keren deh, huah pengen banget mba bisa nyetir sendiri. Padahal kalau bisa nyetir kan gak ngerepotin orang lain lagi. Sering sih, kasihan lihat suami nyetir sendiri dari Terengganu-Kuala Lumpur kalau ngantar anak2 liburan. Tapi rasa takut ini kok gak mau hilang sih....
HapusMohon doanya mba, biar saya bisa nekat supayan sukses bisa nyetir sendiri.
Aku kebanyakan hanya nyetir mobil untuk antar jemput anak sekolah, mba. Itu pun nggak tiap hari. Rasanya lebih praktis buat naik gojek aja, duduk manis eh nyampe. Atau naik commuterline. Akhirnya ya skarang makin malas nyetir. Tapi memang harus ada kemauan berani buat nyetir sih mba :)
BalasHapusNiat awalnya buat itu aja dulu mba, antar jemput anak sekolah kalau suami gak ada di rumah. Tapi kok ya yang namanya keberanian susah banget melekat padaku. Hikz...
HapusMba aku juga belum lancar motor nih hahaha, tapi sedang mengumpulkan niat untuk belajar mobil karena mobil kan nggak butuh keseimbangan kayak motor, semoga bisa terealisasi tahun ini. Aamiin :D
BalasHapusAamiin. Doa yang sama untukku juga dan untuk semua perempuan yang sedang mengumpulkan keberanian untuk belajar mobil.
HapusSukaa...
BalasHapusSuka banget nyetir.
Apalagi kalo mobilnya kaya di headernya mba..
Makin gak turun-turun kali yaa..?
Hehee..
Kalo uda bisa, jadi kemaruk, mba.
Trust me!
^^
Beneran, Mba? Mau dong kemaruk nyetir soalnya saya dan anak2 suka benget jalan2 meski gak jelas mau kemana. Kadang suami suka kesal kalau ditodong nyupirin ke tempat yang gak jelas, hihihi
HapusSaya bisa nyupir, awalnya terpaksa. Suami masuk RS, anak paling kecil 4 bln dan saya harus wira-wiri rumah-RS.
BalasHapusAwalnya ya takut, saya tulis koq di blog, Gigi Dua Sepanjang Jalan.
Naik motor dulu bisa. Trus ga berani lagi, karena jatuh, gegara bemo di depan ngerem mendadak.
Sekarang, sejak ada Grab dan Uber, males nyupir. Ga kuat macet dan semrawutnya LL di Bandung...
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging