Bentor merupakan singkatan dari becak motor.
Sebuah sarana transportasi yang
merakyat. Kusebut merakyat karena selain murah juga mampu menjangkau ke
berbagai sudut dan pelosok tempat. Lagipula karena digerakkan dengan tenaga
motor jadinya bentor lebih cepat dibanding becak yang masih mengandalkan tenaga
kayuhan kaki tukang becak.
Satu lagi ciri khas bentor di kotaku yang kadang bikin
bete. Full music. Kebisingan bentor sangat terasa di awal-awal
kehadirannya di kotaku. Gimana gak bikin bete, bisa saja secara tiba-tiba keheningan
rumah terusik dengan lewatnya bentor di depan rumah. Bikin kaget apalagi kalau
si empunya rumah punya bayi ataupun anggota keluarga yang lagi sakit. Huah,
ngeselin banget kan….
Alhamdulillah, saat ini sudah jarang bentor full music yang beroperasi. Yang berisik itu biasanya terjadi di tempat pangkalan bentor. Mau tahu jenis music yang paling sering diputar? Betul sekali..... dangdut. Tarik Mang.....
Alhamdulillah, saat ini sudah jarang bentor full music yang beroperasi. Yang berisik itu biasanya terjadi di tempat pangkalan bentor. Mau tahu jenis music yang paling sering diputar? Betul sekali..... dangdut. Tarik Mang.....
Nah, cerita tentang bentor, saya punya satu kisah
yang cukup mengesankan. Ceritanya begini……
Malam itu saya pulang dari rumah mama. Seperti
biasa, angkutan transportasi yang kupilih adalah bentor. Maklum, setelah masa
becak berlalu, bentor merupakan sarana transportasi favoritku. Bukan apa-apa
sih, soalnya saya gak bisa bawa kendaraan, hehehe
Setelah melalui proses tawar menawar (hm sebenarnya
gak ditawar sih soalnya Pa’ Bentor langsung setuju dengan harga yang saya
ajukan. Oh ya, Pa’ Bentor itu sebutan untuk pengendara bentor di Makassar).
Seketika bentor pun full muatan. Si kecil
Khaulah dan Hilyah menemaniku duduk cantik di atas bentor. Biasanya sih sepanjang perjalanan saya hanya
ngobrol bersama anak-anak. Maklum sepanjang perjalanan banyak pelajaran yang
bisa diajarkan kepada anak-anak. Namanya anak-anak, setiap apa yang dilihat
pasti ditanyakan. Dipikirnya Umminya tahu segala hal.
“My Mom is my heroine” begitu pikir
anak-anakku.
Alhamdulillah…..
Tiba-tiba
Alhamdulillah…..
Tiba-tiba
“Sudah lamaki tinggal di *S *u*un?”
tiba-tiba Pa’Bentor bertanya dari belakang. Ya iyalah, kalau dari depan namanya
supir taksi. Pa' Bentor menyebut alamat rumah orang tuaku.
Saya terkejut. Dijawab gak ya….
“Iye, dari lahir malah….” Jawabku kemudian. Dalam hati saya berpikir, "iseng kamma ki Deng..." (terj, iseng amat sih Daeng...)
“Kalau begitu kenalki dengan Haeriah?”
Ups, seketika saya terkejut. Pa’ Bentor ini siapa
ya? Perasaan gak kenal. Tapi kok.....
Tanpa sengaja, seketika ingatanku melayang ke masa beberapa tahun silam. Dulu juga, saat masih kuliah sempat ditanyain hal serupa oleh Daeng Becak saat saya menumpang di becaknya. Usut punya usut ternyata Daeng Becak itu karyawan salah satu restoran cepat saji yang juga (katanya) terkadang nyambi sebagai Daeng Becak buat cari tambahan. Dia tahu saya karena saya dan beberapa orang teman pernah makan di tempatnya.
Huhuhu, itulah masalahku dari dulu. Paling sulit mengingat tampang orang, apalagi yang baru kukenal.
Tanpa sengaja, seketika ingatanku melayang ke masa beberapa tahun silam. Dulu juga, saat masih kuliah sempat ditanyain hal serupa oleh Daeng Becak saat saya menumpang di becaknya. Usut punya usut ternyata Daeng Becak itu karyawan salah satu restoran cepat saji yang juga (katanya) terkadang nyambi sebagai Daeng Becak buat cari tambahan. Dia tahu saya karena saya dan beberapa orang teman pernah makan di tempatnya.
Huhuhu, itulah masalahku dari dulu. Paling sulit mengingat tampang orang, apalagi yang baru kukenal.
“Iya kenal…” jawabku kemudian. Penasaran juga akhirnya pengen tahu siapakah dia. Sementara itu Khaulah langsung memandangku bingung. Pastinya ia tahu siapa yang dimaksud.
“Katanya Haeriah sudah kawin dengan *ri*ob ya?”
"Hah, kawin dengan anggota *ri*ob?" jeritku dalam hati. Terkejut bukan main.
Oalah, hoax dari mana ini. Hoax kayak gini memang sering menimpa kami, para (mantan) gadis yang tinggal di seputaran barak. Iya sih, kami jadi sering berinteraksi dengan mereka tapi untuk hubungan yang lebih serius, tunggu dulu. Tipeku bukan lelaki berseragam.
Oalah, hoax dari mana ini. Hoax kayak gini memang sering menimpa kami, para (mantan) gadis yang tinggal di seputaran barak. Iya sih, kami jadi sering berinteraksi dengan mereka tapi untuk hubungan yang lebih serius, tunggu dulu. Tipeku bukan lelaki berseragam.
“Haeriah memang sudah kawin tapi bukan dengan
*ri*ob. Suaminya dosen" buru-buru saya meluruskan hoax tersebut. Gawat kan kalau sampai hoax itu menyebar. Bisa-bisa se-Indonesia termakan oleh hoax tersebut. Hihihi....
"Kita kenal Haeriah di mana?” selidikku kemudian.
"Kita kenal Haeriah di mana?” selidikku kemudian.
“Saya Fulan, teman sekolahnya di SMEA. Waktu
sekolah saya tiap hari lewat depan rumahnya kalau mau dan pulang sekolah.
Seringnya saya bareng Iwan, teman sekelasnya. Kalau saya kelas AK 1 sementara
Haeriah dan Iwan sekelas” panjang lebar Pa’ Bentor itu menjelaskan.
Otakku berputar cepat. Kalau Iwan sih saya kenal tentu saja. Dulu saya dan teman-teman sering main di rumahnya soalnya keluarganya menyenangkan banget. Tapi kalau si Fulan ini....
Meski sudah setengah mati berpikir, memoryku tak juga bisa menampilkan sosok yang dimaksud. Namun ups…..bukannya nama ini tadi sore disebutkan Santi, tetangga dan juga teman sekolahku dulu. Sore tadi kami sempat ngerumpi dan salah satu topik pembicaraan adalah Santi menanyakan kabar Fulan padaku. Dipikirnya saya tahu karena Fulan merupakan sahabat Iwan, teman sekelasku. Tapi saat Santi bercerita tentang Fulan, memoryku juga tidak bisa menyimpulkan siapa dan bagaimana sosok Fulan itu.
Meski sudah setengah mati berpikir, memoryku tak juga bisa menampilkan sosok yang dimaksud. Namun ups…..bukannya nama ini tadi sore disebutkan Santi, tetangga dan juga teman sekolahku dulu. Sore tadi kami sempat ngerumpi dan salah satu topik pembicaraan adalah Santi menanyakan kabar Fulan padaku. Dipikirnya saya tahu karena Fulan merupakan sahabat Iwan, teman sekelasku. Tapi saat Santi bercerita tentang Fulan, memoryku juga tidak bisa menyimpulkan siapa dan bagaimana sosok Fulan itu.
“Santi masih tinggal di belakang?” Pa’
Bentor itu akhirnya menyebut nama Santi. Klop deh, berarti Pa' Bentor ini memang alumni SMEA juga. Herannya kok ia dan Santi saling kenal padahal keduanya juga tidak sekelas. Fulan AK 1 sebagaimana sudah saya sebutkan
di atas sementara Santi AP 1.
“Masih, sudah kawin juga. Anaknya empat”
jelasku.
Kami diam beberapa saat.
Kami diam beberapa saat.
“Maaf, jangan-jangan kitami Haeriah. Maaf,
saya tidak kenal karena bercadarki….”
Hahaha, akhirnya ketahuan juga. Saya pun mengaku.
Pa’ Bentor itupun melanjutkan kisah dirinya. Katanya ia pernah mempunyai
hubungan istimewa dengan salah seorang teman sekelasku. Sayangnya hubungan
mereka kandas. Akhirnya keduanya menikah dengan orang yang berbeda.
Pa’ Bentor eh Fulan juga bercerita mengapa ia
kemudian menjadi Pa’ Bentor. Katanya ia pernah dua kali jatuh bangun
membangun usahanya. Alhamdulillah, dua
usaha yang dirintisnya berhasil dan sukses. Qadarallah, kedua usahanya kemudian
hancur dikarenakan konflik internal antara warga tempatan dan warga pendatang yang membuatnya kemudian harus angkat
kaki dan kembali ke kampung halamannya, Makassar dan memulai lagi semuanya dari nol.
Tentu saja, ada perasaan trenyuh mendengar kisah
perjalanan hidup temanku ini. Meski saya masih tetap tidak mengenalnya hingga
kemudian bentor tiba di tujuan tapi tentu saja saya yakin dia tidak bohong.
Baik tentang siapa dirinya maupun kisah perjalanan hidupnya.
Tentu saja kisah tersebut saya kabarkan di Group
WA SMEA AK 2 tempat kami, para alumni AK 2 berkumpul di dunia maya. Benar saja,
banyak yang mengenalnya. Bahkan si mantan jadi tersipu-sipu karena secara tidak
langsung saya kembali membuka lembaran lamanya. Pembicaraan pun kembali menjadi
seru.
Hidup memang penuh misteri. Kita tidak tahu akan
jadi seperti apa kita dikemudian hari nanti. Namun satu hal yang patut dan
sangat saya syukuri, di perjalanan hidupku Allah memberiku hidayah yang
akhirnya mengubah drastis hidupku. Satu yang kupinta dan senantiasa kupanjatkan
dalam doa…
”Ya Allah, semoga hamba-Mu bisa senantiasa
istiqomah di Jalan-MU hingga ajal datang menjemput.”
Aamiin, Ya Rabbal Aalamiin………
5 Comments
wah kebetulan sekali ya mbak hihi, Salam kenal ;)
BalasHapusiya, gak nyangka kalau tukang bentornya ternyata teman sekolah dulu. Salam kenal kembali
Hapusaaamin, aku belum pernah naik bentor. Di kota tempat aku tinggal pernah lihat, sekarang becak sudah pada didorong dengan kendaaraan sepeda motor, entahlah bisa dikatakan bentor atau tidak,
BalasHapusBentor itu becak motor yaitu becak yang dimodifikasi/digerakkan dengan tenaga motor. Kalau sempat, cobalah naik bentor dan rasakan sensasinya. Asyik kok, hehehe
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging