PADA SEBUAH BENTOR

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Rabu, Maret 15, 2017


Bentor merupakan singkatan dari becak motor. Sebuah sarana transportasi yang  merakyat. Kusebut merakyat karena selain murah juga mampu menjangkau ke berbagai sudut dan pelosok tempat. Lagipula karena digerakkan dengan tenaga motor jadinya bentor lebih cepat dibanding becak yang masih mengandalkan tenaga kayuhan kaki tukang becak.


Satu lagi ciri khas bentor di kotaku yang kadang bikin bete. Full music. Kebisingan bentor sangat terasa di awal-awal kehadirannya di kotaku. Gimana gak bikin bete, bisa saja secara tiba-tiba keheningan rumah terusik dengan lewatnya bentor di depan rumah. Bikin kaget apalagi kalau si empunya rumah punya bayi ataupun anggota keluarga yang lagi sakit. Huah, ngeselin banget kan….

Alhamdulillah, saat ini sudah jarang bentor full music yang beroperasi. Yang berisik itu biasanya terjadi di tempat pangkalan bentor. Mau tahu jenis music yang paling sering diputar? Betul sekali..... dangdut. Tarik Mang.....

Baca juga cerita mudik menegangkanku di sini.

Nah, cerita tentang bentor, saya punya satu kisah yang cukup mengesankan. Ceritanya begini……

Malam itu saya pulang dari rumah mama. Seperti biasa, angkutan transportasi yang kupilih adalah bentor. Maklum, setelah masa becak berlalu, bentor merupakan sarana transportasi favoritku. Bukan apa-apa sih, soalnya saya gak bisa bawa kendaraan, hehehe

Setelah melalui proses tawar menawar (hm sebenarnya gak ditawar sih soalnya Pa’ Bentor langsung setuju dengan harga yang saya ajukan. Oh ya, Pa’ Bentor itu sebutan untuk pengendara bentor di Makassar).

Seketika bentor pun full muatan. Si kecil Khaulah dan Hilyah menemaniku duduk cantik di atas bentor.  Biasanya sih sepanjang perjalanan saya hanya ngobrol bersama anak-anak. Maklum sepanjang perjalanan banyak pelajaran yang bisa diajarkan kepada anak-anak. Namanya anak-anak, setiap apa yang dilihat pasti ditanyakan. Dipikirnya Umminya tahu segala hal.

My Mom is my heroine” begitu pikir anak-anakku.

 Alhamdulillah…..

Tiba-tiba

Sudah lamaki tinggal di *S *u*un?” tiba-tiba Pa’Bentor bertanya dari belakang. Ya iyalah, kalau dari depan namanya supir taksi. Pa' Bentor menyebut alamat rumah orang tuaku.

Saya terkejut. Dijawab gak ya….

“Iye, dari lahir malah….” Jawabku kemudian. Dalam hati saya berpikir, "iseng kamma ki Deng..." (terj, iseng amat sih Daeng...)

Kalau begitu kenalki dengan Haeriah?”

Ups, seketika saya terkejut. Pa’ Bentor ini siapa ya? Perasaan gak kenal. Tapi kok.....

Tanpa sengaja, seketika ingatanku melayang ke masa beberapa tahun silam. Dulu juga, saat masih kuliah sempat ditanyain hal serupa oleh Daeng Becak saat saya menumpang di becaknya. Usut punya usut ternyata Daeng Becak itu karyawan salah satu restoran cepat saji yang juga (katanya) terkadang nyambi sebagai Daeng Becak buat cari tambahan. Dia tahu saya  karena saya dan beberapa orang teman pernah makan di tempatnya. 

Huhuhu, itulah masalahku dari dulu. Paling sulit mengingat tampang orang, apalagi yang baru kukenal. 

Iya kenal…” jawabku kemudian. Penasaran juga akhirnya pengen tahu siapakah dia. Sementara itu Khaulah langsung memandangku bingung. Pastinya ia tahu siapa yang dimaksud.

Katanya Haeriah sudah kawin dengan *ri*ob ya?”

"Hah, kawin dengan anggota *ri*ob?" jeritku dalam hati.  Terkejut bukan main.

Oalah, hoax dari mana ini. Hoax kayak gini memang sering menimpa kami, para (mantan) gadis yang tinggal di seputaran barak. Iya sih, kami jadi sering berinteraksi dengan mereka tapi untuk hubungan yang lebih serius, tunggu dulu. Tipeku bukan lelaki berseragam. 

Haeriah memang sudah kawin tapi bukan dengan *ri*ob. Suaminya dosen" buru-buru saya meluruskan hoax tersebut. Gawat kan kalau sampai hoax itu menyebar. Bisa-bisa se-Indonesia termakan oleh hoax tersebut. Hihihi....

"Kita kenal Haeriah di mana?” selidikku kemudian.

Saya Fulan, teman sekolahnya di SMEA. Waktu sekolah saya tiap hari lewat depan rumahnya kalau mau dan pulang sekolah. Seringnya saya bareng Iwan, teman sekelasnya. Kalau saya kelas AK 1 sementara Haeriah dan Iwan sekelas” panjang lebar Pa’ Bentor itu menjelaskan.

Otakku berputar cepat. Kalau Iwan sih saya kenal tentu saja. Dulu saya dan teman-teman  sering main di rumahnya soalnya keluarganya menyenangkan banget. Tapi kalau si Fulan ini....

Meski sudah setengah mati berpikir, memoryku tak juga bisa menampilkan sosok yang dimaksud. Namun ups…..bukannya nama ini tadi sore disebutkan Santi, tetangga dan juga teman sekolahku dulu. Sore tadi kami sempat ngerumpi dan salah satu topik pembicaraan adalah Santi menanyakan kabar Fulan padaku. Dipikirnya saya tahu karena Fulan  merupakan sahabat Iwan, teman sekelasku. Tapi saat Santi bercerita tentang Fulan, memoryku juga tidak bisa menyimpulkan siapa dan bagaimana sosok Fulan itu.

Santi masih tinggal di belakang?” Pa’ Bentor itu akhirnya menyebut nama Santi. Klop deh, berarti Pa' Bentor ini memang alumni SMEA juga. Herannya kok ia dan Santi saling kenal  padahal keduanya juga tidak sekelas. Fulan  AK 1 sebagaimana sudah saya sebutkan di atas sementara Santi AP 1.

Masih, sudah kawin juga. Anaknya empat” jelasku.

Kami diam beberapa saat.

Maaf, jangan-jangan kitami Haeriah. Maaf, saya tidak kenal karena bercadarki….”

Hahaha, akhirnya ketahuan juga. Saya pun mengaku. Pa’ Bentor itupun melanjutkan kisah dirinya. Katanya ia pernah mempunyai hubungan istimewa dengan salah seorang teman sekelasku. Sayangnya hubungan mereka kandas. Akhirnya keduanya menikah dengan orang yang berbeda.

Pa’ Bentor eh Fulan  juga bercerita mengapa ia kemudian menjadi Pa’ Bentor. Katanya ia pernah dua kali jatuh bangun membangun  usahanya. Alhamdulillah, dua usaha yang dirintisnya berhasil dan sukses. Qadarallah, kedua usahanya kemudian hancur dikarenakan konflik internal antara warga tempatan dan warga pendatang yang membuatnya kemudian harus angkat kaki dan kembali ke kampung halamannya, Makassar dan memulai lagi semuanya dari nol.


Tentu saja, ada perasaan trenyuh mendengar kisah perjalanan hidup temanku ini. Meski saya masih tetap tidak mengenalnya hingga kemudian bentor tiba di tujuan tapi tentu saja saya yakin dia tidak bohong. Baik tentang siapa dirinya maupun kisah perjalanan hidupnya.

 Baca juga tentang wejangan bapakku di sini 

Tentu saja kisah tersebut saya kabarkan di Group WA SMEA AK 2 tempat kami, para alumni AK 2 berkumpul di dunia maya. Benar saja, banyak yang mengenalnya. Bahkan si mantan jadi tersipu-sipu karena secara tidak langsung saya kembali membuka lembaran lamanya. Pembicaraan pun kembali menjadi seru.

Hidup memang penuh misteri. Kita tidak tahu akan jadi seperti apa kita dikemudian hari nanti. Namun satu hal yang patut dan sangat saya syukuri, di perjalanan hidupku Allah memberiku hidayah yang akhirnya mengubah drastis hidupku. Satu yang kupinta dan senantiasa kupanjatkan dalam doa…

Ya Allah, semoga hamba-Mu bisa senantiasa istiqomah di Jalan-MU hingga ajal datang menjemput.”

Aamiin, Ya Rabbal Aalamiin………



  • Share:

You Might Also Like

5 Comments

  1. wah kebetulan sekali ya mbak hihi, Salam kenal ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, gak nyangka kalau tukang bentornya ternyata teman sekolah dulu. Salam kenal kembali

      Hapus
  2. aaamin, aku belum pernah naik bentor. Di kota tempat aku tinggal pernah lihat, sekarang becak sudah pada didorong dengan kendaaraan sepeda motor, entahlah bisa dikatakan bentor atau tidak,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bentor itu becak motor yaitu becak yang dimodifikasi/digerakkan dengan tenaga motor. Kalau sempat, cobalah naik bentor dan rasakan sensasinya. Asyik kok, hehehe

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging