Terkadang kalau kepepet
lapar, bisanya cuma makan mie instan campur nasi. Itupun beli di warung
sebelah rumah. Nikmat dan lapar pun hilang. Tapi nikmatnya akan terasa beda dibanding kalau kita mampu memasaknya
sendiri. Menu, rasa, dan meracik bumbunya sendiri. Lebih nikmat lagi karena
kita sendiri yang mengerjakan proses memasak itu. Susah payah itu yang
mendatangkan nikmat yang special. Selain itu, kita juga dapat ilmu baru tentang
masak-memasak.
Begitulah mungkin sedikit pemisalan, antara
kesuksesan instan dan sukses karena proses. Orang yang sukses karena ada proses,
maka akan menghargai tinggi sebuah proses dari pada hasil akhir. Orang yg
“dewasa” karena proses, lebih mengerti tentang karakter hidup dibanding orang
“dewasa” secara instant. Tidak heran model pendidikan di Jepang dan Finlandia,
diantara dua negara terbaik dalam pendidikan karakter, selalu mengutamakan
“proses” dibanding hasil. Mereka memberi nilai tinggi dari setiap proses yang
dilakukan, hasil akhir urusan belakang. Sukses adalah tahapan proses.
Produk dari
sebuah “proses” lebih bisa memahami setiap celah kehidupan dibanding produk
“instan”. Yang cuma ingin sukses tapi tidak mau bersusah payah...
(Diambil dari https://btpnote.wordpress.com/2016/10/07/proses/)
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging
Haeriah Syamsuddin
Ibu rumah tangga yang suka menulis dan mengedit tulisan. Saat ini telah menghasilkan beragam tulisan, baik berupa buku, artikel, pesanan tulisan (ghost writer), maupun editing.
Informasi selanjutnya bisa menghubungi email: haeriahsyamsuddin@gmail.com.
Selamat menikmati sajian di blog ini. Semoga suka.
3 Comments
Ya Mbak benar sekali, teman saya yang di Jepang banyak cerita tentang perbedaan pola pendidikan dengan di Indo.
BalasHapusitulah kekurangan kita lebih menitikberatkan pada hasil bukan pada proses.
HapusMoga kita banyak belajar dari sesuatu yg lebih baik yaaa mba. Proses...menghargai proses ^^
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging