Entah
sudah seberapa sering teman-teman di kampus mengajakku ikut pengkaderan keagamaan yang diadakan di kampus.
Semuanya kutolak baik yang mengajak secara baik-baik maupun “kekerasan”. Bukan, bukan saya diajak duel
maut. Hanya saja mereka membawa-bawa nama surga untuk “memaksaku” ikut. Tapi
saya mah gitu orangnya…..semakin dikerasi semakin membebal. Semakin diancam eh
malah balik nantang.
Namun
mungkin ini yang namanya hidayah belum datang. Padahal hampir semua teman
seangkatanku telah ikut baik itu di P*** maupun **I (gak mau nyebut nama ah…).
Termasuk para sahabatku. Makanya, mereka pun diminta untuk terus membujuk dan
mengajakku.
“Ayolah
Ria, buktikan dong kalau kamu cinta agamamu…..” salah satu rayuan maut
sahabatku.
“Lho,
memangnya cara mencintai agama kita hanya dengan cara ikut acara kalian?”
jawabku menantang
“Tidak
juga sih, tapi …..”
“Nah
tuh, kamu sendiri bilang tidak. Itu artinya ada cara lain mencintai islam. Saya
pakai cara lain saja deh….”
Kalau
sudah begini, para sahabatku pun mengangkat bendera putih. Menyerah.
Tapi…..
ketika saya memutuskan ikut acara yang diadakan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di
kampus kami, mereka malah tercengang. Bukannya senang karena saya sudah mau mempelajari agama saya, saya malah
ditakut-takutin.
“Kok
ikut di sana sih. Di sana aliran keras, lho. Apa kamu kuat? Temannya temanku ada yang
sampai gila gara-gara gak kuat. Udah, ikut yang biasa-biasa saja”
“Di
sana suka mengharamkan sesuatu. Semua tidak boleh.”
“Di
sana gak boleh pacaran. Kamu sendiri kan yang bilang, apa serunya hidup ini
tanpa cowok. Nah lho, ntar kamu gak boleh kecengin cowok-cowok cakep lagi……”
“Udah
deh, gak usah aneh-aneh. Ikut di kami aja, gak banyak aturannya…”
Tapi
seperti yang saya katakan di atas, semakin ditentang saya akan semakin
tertantang. Yang ada di kepala saya saat itu adalah…..oke, kalau yang akan saya
ikuti sesat maka saya yang akan membongkar kesesatannya. Songong banget ya....
Singkat
cerita saya pun ikut pengkaderan LDK tersebut. Sejauh ini aman-aman saja. Iya
sih, gak ada cowok cakepnya. Tapi karena saat itu tekad saya ingin mengkaji
agama saya lebih dalam lagi sangatlah besar sehingga gak ada pikiran tuk memikirkan cowok. Saya
malah gak sadar kalau acara yang diadakan selama beberapa hari ini semuanya
diisi oleh cewek, para peserta maupun pematerinya.
“Gimana
di sana. Ustadz-nya cakep gak? Senior cowoknya keren, gak” para sahabatku mulai
menginterview-ku setelah acara selesai dan saya kembali ngumpul-ngumpul bareng mereka.
“Gak
ada ustadz, gak ada senior cowok….”
“Masa
sih. Lha, kamu gak bisa cuci mata dong….”
“Hehehehe.....”
“Kok
malah ketawa sih. Eh, hati-hati ya, temannya temanku ada yang sampai gila
lho…..”
“Hehehehe…..”
"Huh, dasar....."
Alhamdulillah,
setelah pengkaderan, kami kemudian dibagi menjadi beberapa group kecil. Group
tersebut disebut liqo atau halaqah. Dalam satu group ada pembinanya
masing-masing yang disebut murabbi untuk laki-laki dan murabbiyah untuk perempuan.
Nah, murabbiyah inilah yang nantinya
selain bertugas mengajarkan islam juga membina hubungan secara lebih personal
dengan para mutarabbiyahnya, ya kami yang baru-baru ini. Artinya hubungan kami nantinya bukanlah hanya sebatas hubungan antara guru dengan murid
namun lebih kepada hubungan kakak kepada adiknya. Murabbiyahku saat itu adalah
Kak Fulanah, seorang mahasiswi fakultas ekonomi semester akhir.
Qadarallah,
kebersamaan kami hanya terjalin selama beberapa kali pertemuan. Satu persatu teman liqo-ku berguguran hingga akhirnta tersisa 3 orang, saya, May dan April. Akhirnya liqoku dilebur ke liqo lain dan murabbiyahku diganti dengan Kak Fadilah (bukan
nama sebenarnya), seorang mahasiswi fakultas teknik.
Setelah mempelajari islam secara intensif itulah, saya tersadar ternyata pengetahuan agama saya
betul-betul minim. Ya, meski saya memeluk islam sejak
lahir namun nyatanya saya tidak tahu apa-apa tentang agama yang dibawa Nabi
Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam ini.
Bak
musafir bertemu mata air jernih, saya pun menghabiskan hampir seluruh waktuku dengan
thalibul ilmi, menuntut ilmu. Alhamdulillah, ternyata salah seorang tetanggaku selama juga ikut kajian Islamiyah. Dari beliau lah saya juga banyak belajar.
Beberapa kali saya diajak ikut daurah, kajian maupun tabligh akbar.
“Itu
ustadznya yang tadi ceramah…”
tunjuk Yu Uti, tetanggaku. Saat itu kami sedang menunggu angkot usai kajian dan
di ujung jalan, agak jauh dari tempat kami seorang lelaki berjubah putih
berjalan seorang diri.
“Ayo,
kita samperin. Kan bisa sekalian tanya-tanya isi kajiannya tadi…”
Aku
pun menarik Yu Uti.
“Hush,
tidak boleh…..” Yu Uti malah menghentikan langkahku. Beliau kemudian menjelaskan konsep
khalwat dan ikhtilat secara singkat. Saat itulah saya tiba-tiba teringat ucapan temanku…”Ikut
di sana gak bisa kecengin cowok kece lho. Ikut di sana banyak aturannya lho…”
Apa
setelah mengetahui hal itu saya mundur? Alhamdulillah tidak. Saya malah makin
penasaran. Saya semakin giat dan terus bersemangat belajar dan belajar.
Pokoknya dimana ada kajian…di situ ada saya.
Alhamdulillah
semua sudah kulewatkan. Meski kejadian tersebut telah berlangsung beberapa
tahun yang lalu tapi rasanya semuanya masih tetap segar dalam ingatan. Satu persatu
wajah orang-orang yang ikut mengambil bagian dalam proses hijrahku tetap terpatri
manis dalam catatan kehidupanku meski kami telah terpisah bahkan banyak yang entah di mana kini.
Dari Sahabat Ibnu ‘Abbas
radhiallahu anhuma berkata, “Siapa yang mencintai dan benci karena Allah,
berteman dan memusuhi karena Allah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
diperoleh dengan demikian itu. Seorang hamba tidak akan dapat merasakan
kenikmatan iman walaupun banyak melakukan shalat dan puasa sampai dirinya
berbuat demikian itu. Sungguh, kebanyakan persahabatan seseorang itu hanya dilandaskan
karena kepentingan dunia. Persahabat seperti itu tidaklah bermanfaat bagi
mereka.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan termuat dalam Kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab)
Ai Imam Al Hasan Al
Bashri juga berkata dalam Jaami'ul 'Ulum wal Hikam, “Sesungguhnya
hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai Allah lewat hamba-Nya
dan mencintai hamba Allah karena Allah. Di muka bumi, ia pun memberi nasehat
pada orang lain.”
Karenanya,
jika rasa rindu pada mereka tiba-tiba datang menyeruak, saya hanya bisa
mendoakan mereka dan berbisik……”Aku mencintai kalian karena Allah……”
Tulisan ini diikutkan dalam Irawati Hamid First Giveaway “Momen yang Paling Berkesan & Tak Terlupakan”
26 Comments
semoga istikomah dalam menggapai cinta-Nya ya mba
BalasHapusAamiin. Terima kasih mba, langsung komen padahal baru aja publish. I love it....
HapusIntinya adalah ikutilah kata hatimu ya Mbak, hehe.
BalasHapusKarena kata hati tak pernah salah, kata orang sih.....
HapusKarena kata hati tak pernah salah, kata orang sih.....
HapusApa sih? P***? PSSI? :). Mau nebak PKS kok bintangnya 4? Apa ya? Penasaran ihihi. :). Jadi Mbak sekarang ikut kajian apa? #komen gak nyambung.
BalasHapuslha saya kajian di PSSI? waduh, bakalan jadi Bambang Pamungkas, dong. Saya dulu di Wahdah Islamiyah, mba. Sekarang sudah lama tidak tarbiyah lagi....
HapusPermasalahan dalam berteman itu kalo nggak pinter-pinter seleksi teman, bisa-bisa kita terhasut dengan mereka yang mungkin ajakannya kurang baik ya mbak. Islam indah, dalam hal berteman pun juga sudah diterangkan dengan baik hadisnya :D
BalasHapusKalau ingat pergaulan dulu, saya bersyukur sekali masih dijaga Allah. Soalnya temanku dari yang super bandel sampai super alim. Alhamdulillah ala kulli hal
Hapussemoga selalu istiqomah yaaa
BalasHapusgood luck juga untuk lombanya
cakeeep tulisannya :))
Aamiin. Terima kasih mba
Hapusjadi ada yang tujuannya cuci mata ya pas LDK atau datang ke kajian? hihi.. Semangat Mba..semoga selalu istiqomah. :)
BalasHapusBanyak mba,hihihi. Aamiin. Terima kasih ya
Hapusalhamdulillah jadi punya kesempatan buat mengenal islam lebih banyak lagi yaaa mba :)) Semoga istiqomah dan jadi ilmu yg bermanfaat :))
BalasHapusAlhamdulillah mba. Aamiin. Terima kasih ya mba...
HapusAlhamdulillah mba. Aamiin. Terima kasih ya mba...
Hapussuka tulisannyaaa..., gutlak ya mba... :)
BalasHapusTerima kasih mba....
HapusTerima kasih mba....
HapusJaman kuliah aku ngga pernah ikutan yg seperti ini, padahal tertarik. Ikuti kata hati dan mengambil jalan sesuai tuntunan Allah emang selalu yg terbaik :) Good Luck!
BalasHapusAlhamdulillah dikasi kesempatan mempelajari islam. Terima kasih mba
Hapussemoga selalu istiqomah yah Mba Haeriah dan terimakasih sudah berpartisipasi di GA-ku :*
BalasHapusAamiin, terima kasih mba Ira.
HapusBertahum-tahun ada dalam bahtera dakwah itu indaaaaaaah... berteman dengan orang-orang yang pertanyaannya seputar : " sudah satu juz hari ini?", atau "bagaimana kabar imanmu? " ; mereka harta berhargaaaa banget.
BalasHapusI miss the moment....hikz, udah lama gak tarbiyah
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging