Sekilas Tentang Sindrom Baby Blues

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Sabtu, Desember 21, 2019


Dikaruniai seorang bayi yang mungil setelah sembilan bulan sepuluh hari berada dalam rahim merupakan sesuatu yang sangat membahagiakan bagi seorang ibu. Kelahiran seorang anak menjadi satu momen yang sangat dinanti. Kini, terjawab sudah masa penantian yang panjang itu. Ibu telah dipertemukan dengan bayi mungil yang kini dapat dilihat dan disentuhnya langsung.

Sayangnya, pada sebagian ibu,  ada yang kemudian dijangkiti perasaan yang “aneh”.  Tiba-tiba, perasaan si ibu menjadi lebih sensitif. Perasaanya berubah menjadi mudah sedih, gampang menangis, cepat tersinggung, dan merasa selalu tertekan. Jika ada ibu yang mengalami hal demikian, kemungkinan si ibu mengalami sindrom baby blues.

Selain dikenal dengan nama ini, sindrom ini juga dikenal dengan banyak istilah, seperti maternity blues,  postpartum blues atau postpartum distress syndrome. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa sindrom baby blues adalah gangguan emosi ringan yang terjadi pada seorang ibu. Gangguan ini biasanya terjadi dalam kurun waktu dua minggu setelah melahirkan. Namun, saat paling buruk adalah di masa 3 atau 4 hari pasca melahirkan.

Gejala Sindrom Baby Blues

Sesuai dengan istilahnya, yakni blues  yang artinya keadaan tertekan, sindrom ini ditandai dengan munculnya beberapa dampak gangguan emosi,  seperti mudah merasa sedih atau marah.Di atas telah disebutkan beberapa gejala sindrom baby blues. Gejala-gejala tersebut di antaranya adalah: 

1.   Ibu merasa  mudah sedih dan bisa menangis, meski  tanpa alasan yang jelas;
2.   Ibu merasa mudah kesal dan tersinggung;
3.   Ibu kehilangan kepercayaan diri atau bahkan tidak memiliki rasa percaya diri sama sekali;
4.   Ibu merasa mudah lelah, tetapi sulit beristirahat;
5.   Dampak dari semua itu, ibu mulai enggan memperhatikan bayinya sendiri.


Penyebab Sindrom Baby Blues

Beberapa hal ditengarai merupakan penyebab terjadinya sindrom ini, di antaranya adalah :

1.    Ketidaksiapan Menjadi Ibu

Tak selamanya bayi anteng dan lucu. Tangisannya yang tak henti bisa menyebabkan ibu terganggu

Menjadi seorang ibu nyatanya tak semudah membalik telapak tangan. Hal inilah yang sering dilupakan banyak perempuan yang hamil dan kemudian melahirkan. Para ibu itu tidak siap menghadapi kenyataan bahwa memiliki bayi akan disertai dengan peningkatan tanggung jawab. 

Bila selama ini  ibu hanya mengurus dirinya sendiri, kini ada bayi yang sangat bergantung padanya. Akibatnya, ibu harus mengasuh bayinya sepanjang hari, siang dan malam sehingga tak jarang ibu harus merelakan waktu istirahatnya demi mengasuh sang buah hati tercinta. Harapan bahwa bayi akan lucu dan anteng sepanjang hari, tetapi kemudian berubah menjadi makhluk yang sangat menganggu karena terus menerus menangis bisa juga menjadi pencetus sindrom ini.

Masalah yang juga biasa menjadi pencetus sindrom ini adalah kenyataan ketika  bayi lahir di luar espektasi, seperti berat badan di bawah normal, bayi lahir tidak sempurna, jenis kelamin tidak seperti yang diharapkan, dan sebagainya.

Permasalahan yang lain juga bisa berasal dari ibu itu sendiri. Permasalahan seperti ASI yang tak kunjung keluar, payudara menjadi bengkak, maupun perubahan bentuk badan.

2.   Mengalami Trauma

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak”, seperti inilah ungkapan yang sepertinya tepat untuk menggambarkan kondisi kesedihan yang terjadi tanpa mengenal waktu, tempat, dan pada siapa akan terjadi. Selayaknya, ketika seorang perempuan sedang hamil, ia harus senantiasa merasa senang dan bahagia. Namun apalah daya, ketika takdir berkata lain, mau tidak mau ia harus menerimanya dan berakhir menjadi sebuah trauma.

Seorang ibu yang pernah mengalami trauma melahirkan atau mengalami hal tragis saat sedang hamil juga riskan terkena sindrom ini. Hal yang sama juga bisa terjadi dengan ibu yang mengalami depresi saat sedang hamil.

3.   Faktor Hormonal

Kedua faktor di atas adalah faktor-faktor yang bersifat kejiwaan. Selain faktor kejiwaan, sindrom baby blues juga bisa dipicu akibat terjadinya perubahan hormon di dalam tubuh seorang ibu. Perubahan ini akan mempengaruhi kestabilan emosi ibu.

Perlu diketahui bahwa selama masa kehamilan, hormon (estrogen dan progresteron) akan mengalami peningkatan. Namun, hormon-hormon ini akan mengalami penurunan tajam pasca melahirkan, yakni dalam tempo 72 jam setelah melahirkan. Mau tidak mau, perubahan drastis ini tentu akan membawa pengaruh pada seorang ibu yang baru saja melahirkan. Kondisi hormone yang telah stabil selama sembilan bulan harus menurun drastis pasca melahirkan.

Penanganan Baby Blues

Sebenarnya, wajar-wajar saja bila seorang ibu mengalami baby blues pasca melahirkan. Seiring dengan waktu, sindrom yang sifatnya temporer ini akan berlalu dengan sendirinya. Namun demikian, lakukan beberapa hal di bawah ini untuk menangani masalah baby blues.

1. Selalu Libatkan Allah

Sebagai seorang muslimah, sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu melibatkan Allah Azza wa Jalla dalam setiap perbuatan dan kondisi apa pun. Untuk itu, mintalah taufiq dan kemudahan dalam menjalankan kewajiban sebagai seorang ibu.

Selain itu, selalu kedepankan husnudzon dan ikhlas menjalani semua kewajiban sebagai seorang ibu. Yakinlah, semua rasa sakit dan kesulitan yang dialami tidak akan sia-sia karena Allah telah menyiapkan pahala yang berlipat ganda.

Satu hal yang tak boleh dilupakan adalah meskipun sedang nifas, bukan berarti kita jauh dari Allah. Untuk itu, isi waktu dengan senantiasa berdzikir, terutama dzikir pagi dan petang agar kita senantiasa berada dalam penjagaan-Nya.  

2. Beristirahat yang Cukup

Seperti telah disebutkan bahwa melahirkan adalah proses yang sangat melelahkan. Untuk itu, ibu jangan lupa beristirahat yang cukup. Ketika si kecil tidur, gunakanlah waktu tersebut untuk beristirahat di dekatnya.

3. Jangan Segan Meminta Bantuan

Jangan segan meminta bantuan suami untuk bersama merawat si kecil

Tentu saja, ibu yang baru melahirkan tidak akan bisa beristirahat dengan baik jika tidak mendapatkan bantuan dari orang-orang yang ada di sekelilingnya, terutama dari pihak suami. Karenanya, seorang ibu tidak perlu memaksakan dirinya menjadi seorang super mom. Ia tak perlu segan dan malu meminta bantuan pada orang-orang sekitarnya.

Begitupun seorang suami, janganlah memberikan istri beban yang berat dengan menanggung sendiri urusan perawatan bayi. Ingat, istri Anda telah berjuang hidup mati untuk melahirkan buah hati berdua. Jadi, sudah selayaknya Anda memberikan perhatian dan bantuan yang diperlukan, meski tanpa diminta sebelumnya.

4. Bergabung Bersama Komunitas

Saat ini, telah banyak berdiri komunitas-komunitas yang bisa memberi dampak positif bagi para ibu, seperti komunitas ibu baru melahirkan.  Di dalamnya para anggota bisa bebas sharing dengan menceritakan pengalaman maupun permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian, ibu bisa belajar dari pengalaman-pengalaman yang diceritakan maupun menanyakan hal-hal yang masih menjadi tanya tanya sehingga ibu bisa merasa lebih tenang.  


Sindrom baby blues memang biasanya akan hilang dengan sendirinya. Namun, tanpa penanganan yang tepat, sindrom ini bisa saja berlanjut sehingga ibu mengalami sindrom yang lain, yakni  Post Partum epression (PPD) atau depresi pasca persalinan. Bila sudah begini, ibu harus mendapatkan penanganan yang lebih serius agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

***
(Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia')



  • Share:

You Might Also Like

9 Comments

  1. Bisa juga kan teh synfrom baby blues ini karena faktor eksternal? Misalnya suami yang nggak pengertian atau mertua dan tetangga yang nyinyir. Soalnya faktor dulu aku hampir baby blues karena dari luar. Wakti itu aku serumah ama mertua biar ada yang bantuin. Aku dibantuin tapi aku tertekan ama tuntutan beliau ibu harus begini dan begitu, terus aku ga boleh tidur siang juga dan aku nggak punya privacy juga. Aduhhh rasanya aku makin lelah saat itu. Eh jadi curcol 🙈

    BalasHapus
  2. Butuh banget dukungan keluarga ya pasca melahirkan itu...

    Pasti banyak perubahan buat seorang ibu yang baru saja melahirkan. Bukan soal fisik, tapi juga psikis. Banyak membaca, sering sharing, dan lebih banyak berserah mungkin beberapa cara yang bisa dilakukan agar terhindar sindrom ini.

    Saya jadi ingat waktu melahirkan dua anak kembar. Pertama kali dan tidak tahu kalau bakalan kembar. Haaaaa, kalau dipikir betapa stressnya waktu itu. Melahirkan tanpa persiapan apapun.

    Tapi tekad ingin kuat untuk mereka, itulah yang jadi kekuatannya.

    He, maaf ujungnya jadi curcol juga😁

    BalasHapus
  3. Pertama kali melahirkan, aku juga mengalami baby blues. Kayaknya saat itu aku belum terlalu siap menjadi ibu dan sering dikritik ibu2 lain, jadi stress deh.

    BalasHapus
  4. Memang kuncinya adalah, adanya dukungan dan perhatian tulus dari suami dan keluarga, terhadap ibu yang baru melahirkan. Memang benar Mbak, semuanya berawal dari saat masih hamil. Dukungan penuh cinta, akan membuat ibu menjadi lebih nyaman, diperhatikan dan banyak yang membantu, jika dia merasa lelah. Saya sendiri juga merasakan perubahan emosi pasca melahirkan. Maunya diperhatikan terus.

    BalasHapus
  5. Iya sih, kadang pas mens saja sensinya udah parah. Apalagi melahirkan yang juga mempertaruhkan nyawa. Itulah mengapa, kita nggak boleh menghakimi ibu yang terkena syndrome ini ya kan?

    BalasHapus
  6. ya allah baca soal baby blues jadi inget saudara yang kena baby blues. dukungan suami dan orang-orang terdekat emang penting banget, kadang bener baby blues itu bukan sekedar soal iman tapi soal imam. Semoga tidak ada lagi bayi-bayi korban baby blues orang tuanya, dan semoga makin banyak para suami, orang tua dan mertua yang lebih mengerti akan kondisi para ibu pasca melahirkan. Amin

    BalasHapus
  7. Psikis seorang ibu pasca melahirkan memang perlu diperhatikan, sayangnya kebanyakan orang-orang terdekat lebih peduli pada tingah polah si bayi daripada kelelahannya si ibu.

    Sarannya oke banget mb. Semoga banyak ibu2 pasca melahirkan yg terbantu dengan artikel ini.

    BalasHapus
  8. Wah sepertinya butuh perhatian khusus dari suami dan keluarga ya mama-mama yg terkena baby blues. Smoga kita semua bs mengatasi dengan cara yang positif seperti saran mb Haeriah.

    BalasHapus
  9. Memang yaa syndrome baby blues ini tak bisa dianggap remeh itu sebabnya istri yg baru melahirkan harus banyak diperhatikan dan disupport terus

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging