Jadi Ibu Jangan Baperan, Yuk Nikmati Peran Ini Dengan Bahagia

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Senin, Desember 23, 2019


Anaknya kok kurus banget, emang gak dikasi makan sama ibunya?”

“Melahirkan secara caesar?Pasti ibunya manja, gak mau sakit dikit biar bisa melahirkan normal!”

“Ya ampun, ini anak manusia kan? Kok dikasi susu sapi, sih?”

Edebre

Edebre

Edebre

Tiga hal di atas adalah secuil bahan mom war yang pernah, kini, dan mungkin hingga akhir zaman akan terus bergema. Semakin berlalu masa, semakin beragam saja topik yang seru untuk diperdebatkan. 


Mom war yang secara harfiah berarti perang ibu-ibu merupakan sebuah “perang” dengan cara saling menyerang antar  ibu-ibu yang memiliki cara pandang maupun pola asuh yang berbeda dengan ibu-ibu yang lain. Masing-masing merasa apa yang mereka terapkan dan percayai adalah yang terbaik. Sebaliknya, semua yang berbeda, dianggap salah sehingga perlu untuk diperbaiki agar mengikuti apa yang mereka percayai.


DiIansir dari laman arrahman.id,  istilah Moms War mulanya  digunakan untuk menggambarkan kondisi seorang ibu yang bekerja dan ibu yang tinggal di rumah. Istilah ini menjadi populer pada tahun 1986 setelah Leslie Morgan Steiner menerbitkan  buku yang berjudul, Mommy Wars: Stay at Home. Rupanya "pertikaian" ini terus berlanjut dan tidak berhenti hanya pada satu topik tersebut. Bahkan, topik perang pun semakin beragam, seperti ASI vs susu formula,  popok kain vs diaper sekali pakai, bahkan homeschooling vs sekolah tradisional. Kreatif banget nih, ibu-ibu.


Sebenarnya, perbedaan-perbedaan tersebut bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan. Toh, semua ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Apa yang menjadi pilihan mereka, itulah yang terbaik, sesuai dengan pertimbangan demi pertimbangan yang ada.

Lagipula, kita tidak bisa menilai dan mendikte orang lain hanya karena kita melihat lewat kacamata sendiri. Boleh jadi, apa yang terbaik untuk kita, bukanlah pilihan yang terbaik untuk ibu yang lain. Kecuali kalau si ibu itu pada dasarnya memang suka perang, sih. Ini lain masalah lagi.

Nah, untuk menangkis perang ibu-ibu itu, kita harus punya senjata untuk menghadapi mom war tersebut agar kita tetap menjadi smart mom yang happy always forever. Berikut ini beberapa jenis “amunisi” yang harus kita punyai.

1. Ibu Harus Cerdas


Jadi ibu jangan bego agar tidak mudah diombang-ambing oleh masukan demi masukan dari orang-orang di sekitar kita yang belum tentu kebenarannya dan juga belum tentu sesuai dengan kita.

Untuk itu, kita harus belajar banyak hal. Belajar tak harus melalui sekolah-sekolah formal (dan kayaknya sampai saat ini belum ada sekolah untuk menjadi ibu). Belajar bisa melalui berbagai macam caranya, salah satunya dengan bergabung bersama komunitas-komunitas yang bisa memberi dampak positif.

Dengan memiliki pengetahuan yang mumpuni, ibu akan siap setiap saat menangkis gempuran metode maupun pola asuh ibu lain yang datang menyerang. Bahkan, bisa jadi, kita yang malah mempengaruh ibu-ibu tersebut dan membuka mindset-nya yang selama ini seolah bak katak dalam tempurung.  
2. Percaya Diri
Ibu yang memiliki pengetahuan mumpuni akan membuatnya menjadi lebih percaya diri. Ia tahu kalau yang dilakukannya adalah yang terbaik, baik bagi dirinya maupun anak-anaknya.
Meski demikian, ia juga tidak mau dan tidak mudah men-judge ibu lainnya yang tidak sepemahaman dengannya. Baginya, setiap ibu memiliki alasan tersediri atas pilihannya dan biasanya mereka telah siap dengan konsekuensi dari pilihan tersebut.
3. Berhenti Membanding-bandingkan

Tak jarang, seorang ibu membandingkan diri maupun keluarganya dengan diri dan keluarga orang lain. Akibatnya, rumput tetangga terlihat lebih indah dari rumput yang ada di halaman sendiri. Si ibu kemudian merasa kalau kehidupan orang lain lebih baik dan lebih bahagia daripada kehidupan yang dijalaninya.
Si ibu pun baper. Bawaannya jadi gak jelas. Akibatnya, si ibu jadi tidak fokus pada keluarga yang menjadi tanggung jawabnya karena waktunya habis hanya untuk membandingkan diri, mengeluh, bahkan menyesali nasib.


Mom war memang akan selalu ada dan seiring dengan semakin beragamnya permasalahan yang ada, topiknya juga akan semakin meluas. Namun, sebaiknya ibu tidak perlu turut serta dalam "pertarungan" tersebut. Menjadi ibu merupakan karunia dan nikmat yang tak terkirakan. Jangan merusak nikmat itu dengan hal-hal yang hanya akan merusak kebahagiaan. Apa pun itu, ibu bekerja atau full time mom, ASI atau SUFOR, pakai jasa ART atau tidak, caesar atau normal, dan beragam lainnya. tak masalah. Lebih baik kita nikmati saja peran yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan ini agar kebahagiaan kita menular kepada anak-anak, keluarga, maupun lingkungan kita.

Bagaimana ibu? Sudahkah merasa bahagia hari ini?
*

(Tulisan diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing "Perempuan Menulis Bahagia')

  • Share:

You Might Also Like

11 Comments

  1. Meski belum menjadi seorang ibu, saya bahagia kak hari ini setelah membaca tulisan kakak. Heheh... Jadi terinspirasi juga, sebab nggak hanya Mom War, sebagai single sepertinya ada single war juga. Hehhehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Manusia memang kreatif, ya...semua bisa dijadikan bahan war, hehehe

      Hapus
  2. Saya bahagia banget hari ini dan semoga di hari-hari selanjutnya. Saya sehat, anak-anak sehat. Mereka hepi pergi ke sekolah, saya masih sempat mengantarkan, mencium dan memeluk mereka di depan gerbang sekolah.

    Hujan turun, udara segar, jadi bisa beraktivitas tanpa kegerahan. Sebentar lagi akhir pekan dan besok saya bisa menghirup udara luar rumah karena mau melakukan perjalanan ke Bandung.

    Jadi, nggak layak deh kalau saya nggak bahagia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah, benar banget, terlalu banyak nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Maka, sudah sepantasnya kita bersyukur dan berbahagia karenanya.

      Hapus
  3. Namanya juga hidup. Ada aja masalah dan konfliknya. Apalagi ibu. Emakku aja tu, masih sering membandingkan anaknya. Kadang bilang, "Ning, teman-temanmu udah nikah semua. Udah pada punya anak. Lha kamu masih nunggu apa?"

    Eh curhat... Hehehe

    Intinya yuni sepakat untuk nggak baperan, meski belum jadi ibu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak baperan di segala hal dan segala kondisi ya, mba?

      Hapus
  4. Setuju! Berhenti membanding-bandingkan. Kitanya engga apa². Eh, orang lain yg sibuk.

    BalasHapus
  5. Bahagia itu sederhana kan, dg tersenyum aja bisa membuat semua dunia bahagia. Ga usah mikirin omongan orang, santai & nikmati hidup.

    BalasHapus
  6. Bahagia itu sederhana kan, dg tersenyum aja bisa membuat semua dunia bahagia. Ga usah mikirin omongan orang, santai & nikmati hidup.

    BalasHapus
  7. Yup mbak, semua ibu adalah terbaik.
    Karunia terindah yang sudah Alloh Swt berikan buat kita.
    Harusnya ya disyukuri, bukan saling merasa terhebat. Karena sejatinya semua ibu memang hebat, hehe

    BalasHapus
  8. Setuju mba jd ibu jgn baperan. Rugiii jd sakit hati muluu..Tetap semangat menjadi ibu yg hebat

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging