Balada Roti Canai. Awalnya Tak Suka, Kini Malah Kesengsem

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Minggu, Januari 20, 2019



"Ini apaan?" tanyaku agak ilfill melihat selembar adonan tepung melebar yang telah dibakar diletakkan di piring kaleng dengan tiga jenis kuah yang berbeda di sampingnya.  Gimana gak ilfill, coba? Sudah  lembaran adonannya sama sekali tidak menarik (menurutku, lho), piringnya yang dari  kaleng aluminium mengingatkanku pada piring napi atau pasien di rumah sakit. Hufhh.


"Ini roti canai. Makanan khas dan kebanggaan Malaysia." suamiku buru-buru menjelaskan. 

Meski ilfill, saya pun memaksakan diri untuk merobek sedikit roti tersebut. "Rasanya aneh, kayak makan kertas.

"Coba dimakan dengan kuahnya. Enak, kok" bujuk suamiku lagi. Terlihat, ia sangat menikmati roti canai yang ada di depannya.

Saya pun mencoba satu persatu kuah yang ada di piring tersebut. Rasanya kok aneh. Kayak ada nehi-nehi-nya gitu alias berasa Bollywood mode on.

"Lha, inikan makanan khas India juga. Kayaknya di Arab juga ada" jelas suamiku menjawab tanyaku barusan.

"Ya, sudah kalau tidak suka. Kamu coba nasi lemak aja, ya? Kalau yang ini pasti Kamu suka." Suami kemudian memanggil abang-abang pelayan kedai makan yang kami tempati bersantap pagi itu. Suami kemudian memesan nasi lemak, sementara sisa roti canai-ku dipindahkannya ke piring yang ada di hadapannya. Yess, beliau yang menghabiskan sisa canaiku. 

Itulah pengalamanku  ketika pertama kali melihat dan menyantap roti canai. Saat pagi hari, ketika semalam tadi kami sekeluarga tiba di negeri jiran untuk menetap di sana selama waktu yang belum bisa diprediksi (nyatanya, kami menetap di sana selama 3 tahun). 

Bagi lidahku yang terbiasa dengan kuliner khas Bugis Makassar, rasa dan penampakan roti canai cukup aneh. Karena kesan pertama tidak menggoda, selanjutnya saya pun enggan memesan roti ini meski setiap kali itu pula harus menyaksikan suguhan suamiku menikmati hidangan tersebut dengan nikmatnya. Suamiku telah menetap selama setahun lebih dulu sehingga lidahnya telah terbiasa dengan kuliner tersebut.


Meski suami dan anak-anak bisa "berdamai" dengan rasa roti canai, tetapi tidak denganku. Dan, ketika saya dan anak-anak memutuskan untuk kembali menetap di tanah air pada tahun 2013, rasa roti canai belum juga bisa berdamai dengan lidahku. 

Dan, ketika di tahun 2016 kami kembali menetap di Malaysia (meski di negeri yang berbeda), mula-mula saya masih belum bisa jatuh cinta pada canai. Namun, entah mengapa, setelah beberapa lama berselang kok sepertinya ada rasa kangen pada adonan roti yang dibakar tersebut.

"Makan canai, yuk..." ajakku pada suami di suatu siang yang terik. (Negeri yang kutempati saat ini adalah Terengganu, sebuah daerah pesisir pantai. Jadi, jangan heran kalau udaranya lumayan panas)

"What, canai? Gak salah dengar?

"Iya..."

"Ampun deh, mana ade orang makan canai siang-siang begini. Canai tuh tuk makan pagi atau makan petang. Lagian, kenapa tiba-tiba mau makan canai. Bukannya Kamu gak suka?" tanya suamiku keheranan.

"Gak tahu, pokoknya mau makan canai aja. Ya udah, kalau gitu ntar sore kita ke kedai canai."

"Sip...siapa takut"

Sorenya, kami pun menuju kedai makan yang menjual canai. Kata suami dan anak-anak, roti canainya top deh. Anakku paling suka canai keju sementara suamiku lebih suka canai telur. Nah, saat itulah saya juga baru tahu kalau ternyata canai tuh ada beberapa varian-nya. Ada yang original (orang-orang lebih sering menyebutnya "roti kosong"), ada canai cheese dan canai telur.

Canai telur yang nyummi


Betul kata suami dan anak-anak, rasa roti kosong maupun canai cheese dan telurnya enak banget. Apalagi, kuah sambalnya juga mantap. Kata suami, kedai ini milik orang Arab, jadi mungkin itu yang menyebabkan rasa canai-nya agak beda dengan yang lain. 

Satu hal yang menyebalkan, pelayanannya lelet banget. Jadi disarankan buat yang kelaparan, lebih baik cari kedai lain deh. Bukan apa-apa sih, takutnya kalian pingsan kelaparan duluan gara-gara pesanannya gak juga keluar. Hehehe.


Sayangnya, kedai ini tak bertahan lama. Dengar-dengar, terkendala masalah izin karena pemiliknya bukan warga tempatan. Setelah ditutup, beberapa lama kemudian dibuka lagi tapi sepertinya pemiliknya bukan yang dulu karena pelayannya beda dan rasanya juga beda. Qadarallah, kedainya tutup juga dan hingga kini belum dibuka kembali.


Sejak itu, saya mulai suka dengan roti canai. Dari tidak suka menjadi kesengsem, hehehe. Biasanya, kami menikmati  canai saat petang di Rasa Village MyDin Mall, adapun kalau pagi cukup di kedai dekat rumah. Roti canai, kuliner khas Malaysia yang murah meriah dan nyummi. 

Ah, Canai. Ternyata saya  butuh waktu lama untuk bisa jatuh hati padamu.

  • Share:

You Might Also Like

66 Comments

  1. Ada nehi-nehi-nya...hihi. Keponakan saya sekarang juga di Malaysia, katanya juga aneh pas baru makan menu khas Malaysia...roti canai gini juga banyak di Turki, kalau pakai sup kacang hijau hangat gitu lumayan. Mungkin Bun Hae harus bikin sendiri dan buka kedainya juga..hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ketularan nenek nehi, Mak Eros di DT, hehehe.

      Ponakannya di Malaysia bagian mana? kali aja dekat, kan bisa kenalan. Btw, saya gak pintar masak jadi gak mungkinlah buka kedai makan. Saya jadi pengunjung kedai makan aja, ah.

      Hapus
  2. Hidup di negerinya upin ipin harus menyesuaikan makanan ala mereka ya, mbak. Di tempat saya makan roti dikasih kuah belum umum ya .. hehe. Jadi pengen ikutan nyoba ni

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget, Mba. Dicoba aja, lama-lama nanti akan terbiasa.

      Hapus
  3. Bungkusssss transfer ke indonesia, saya makanan apa aja dimakan asal halal wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. keburu basi, mba Rini. Mending mba Rini terbang ke sini aja, ntar ditraktir canai, deh.

      Hapus
  4. Si bungsuku juga sejak cicip roti canai di Medan dulu jadi favoritnya sampai sekarang.

    BalasHapus
  5. Aku jaranggggggg banget makan roti canei mba soalnya termasuk roti yang susah di dapat udah gitu harganya mahal lagi hahahha. Tapi kalau aku udah langsung suka sih roti canei waktu pertama kali coba. Waktu itu ada temen orang arab bawa ke sekolah. Langsung suka ama rasanya. Tapi jujur ya penampakannua bener nggak menggoda hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, di sini mah 1 ringgit udah dapat roti canai kosong plus saus 3 macam rasa. Murah meriah banget.

      Hapus
  6. Mbak Haeriah ini kebalikanku. Kalau aku dr awal lgs doyan malahan suka banget. Mau yang asli yang dimakan sama kare atau yg udah dimodif selera lokal semua aku doyan. Dan nurun bangt sama anak-anakku. Kadang aku beli yg frozen, Mbak. Jadi tinggal ngagetin aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beberapa waktu yang lalu, saya sempat bawa oleh-oleh ke kampung roti canai frozen, tapi gak ada yg suka. Hehehe

      Hapus
  7. Aku suka roti canay. Malahan yg di Malaysia lebih enak drpd canay di sini. Jadi kalau kebetulan kami ke Malaysia, saya beli tuh frozen canay, bawa ke Bandung. Hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang rasanya beda, Mba. Di Makassar juga ada kedai Malaysia, tapi rasanya beda. Enakan yang ori...

      Hapus
  8. Aku suka canai tapi yang kosong dan dimakan begitu saja. Lidah ini rasanya masih butuh waktu untuk menyesuaikan juga kalau harus menikmati canai beserta kuahnya. Dududu, rasanya menurutku sih nggak nyambung ya, Bun. Ah, biasalah. Lidah ini rasanya lebih cepat menyatu dengan mie ayam, bakso, atau cireng, hahaha ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak bungsuku kalau makan canai, dimakan begitu aja gak pakai saus. Dia juga gak suka sausnya.

      Hapus
  9. Kirain itu makanan khas India, hehe di Malaysia ada ternyata. Saya juga lihat tampilannya kurang menarik, ternyata kuahnya yang bikin enak, ya 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya memang dari India. Kalau liat penampakannya memang susah untuk jatuh cinta pada pandangan pertama....

      Hapus
  10. Roti canai sama Roti Cane itu sama nggak sih mba? Roti cane kan khas india itu. Kalo canai ini khas malaysia yah.. hmm di Bandung ada nggak yah? Penasaran ingin nyoba, semoga buka cabang di indo nih segera heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama aja kayaknya. Iya, mba sepertinya memang berasal dari India. Semoga di Bandung segera dibuka kedai makan khas negeri jiran...

      Hapus
  11. Kalau saya sama makanan jarang nolak, apalagi kalau harganya murah... kalau mahal mikir-mikir dulu mau makan, takut ntar jadi ketagihan, bisa repot dompet saya, hehe...
    Eh, ini apa sama dengan roti maryam ya, Mbak. Kalau roti maryam anak-anak lumayan suka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya beda sedikit, kalau roti maryam kayaknya lebih tebal sementara canai lebih tipis. Itu sih menurut perkiraanku karena saya tahunya roti maryam dari lihat gambarnya aja, belum.pernah nyoba.

      Hapus
  12. Makan apa aja boleh la yang penting halal heheh

    BalasHapus
  13. Roti canai itu enak bangeet. Dulu jamannya kuliah ada matkul namanya inovasi dan bisnis, jualan aku sama teman2 cilok dan roti canai ini. Laris manis tanjung kimpul. Omset 2 hari 9 juta, wkwk. kaya raya kita wkwkwk ~ Ku kangen jadinya sama roti canai heu ~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi peluang bisnis, tuh. Sok atuh, jualan canai lagi....

      Hapus
  14. kalau di Indonesia kan kadang ada, tuh yang jual roti canai. Kira-kira rasanya sama, gak, yaa dengan yang di malaysia atau yg di arab??? belum pernah nyoba, sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rotinya mungkin sama, bedanya di kuah aja. Mungkin, kalau pakai kuah asli agak kurang cocok dengan lidah kita...

      Hapus
  15. roti canai itu awalnya agak aneh. tapi lama-lama enak. enaknya gimana yaa... hmmm susah diungkapkan dengan kata-kata. wkwkwk

    BalasHapus
  16. Saya pertama kali mencicipi canai saat tugas ke Banda Aceh. Pas lokasinya dekat tempat kos dan jadi tempat nongkrong pekerja dari luar daerah. Sejak itu, saya suka kangen roti canai. Tapi sayang di Bandung belum menemukan penjual canai seenak di Aceh. Kuahnya saat itu hanya satu macam kuah kari saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kelebihan canai Malaysia karena kuahnya beragam, jadi bisa dipilih suka yang mana....

      Hapus
  17. Jadi penasaran samarasaroti canai, kalau di Indonesia belinya dimana ya bun?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di Makassar sudah ada kedai Malaysia, gaka tahu kalau d kota lain...

      Hapus
  18. Hihihi, akhirnya jatuh hati ya Mbak pada canai ini..
    Aku kenal canai pertama kali waktu tinggal di Langkat, Sumatera Utara, karena di sana banyak keturunan India..jadi gampang nyari makanan ini. Dan dari awalnya ngerasa aneh eh lama-lama doyan juga.
    Sekarang sering beli yang frozen di supermarket atau beli yang segar di beberapa bakery yang sedia di Jakarta

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih, susah dakuh mah tuk jatuh cinta pada pandangan pertama. Ternyata, di Sumut juga banyak yg jual, ya...

      Hapus
  19. Waah...saya masih blm bisa makan roti canai..waktu haji saya selalu diberi makanan tersebut yg dimakan dg yogurt, tp teman2 sekamar aja yg makan. Saya ga suka...hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasanya memang aneh di lidah kita, Bunda. Saya pun kalau gak terbiasa mungkin juga gak bakalan suka.

      Hapus
  20. Saya belum pernah makan roti canai, euy. Mirip gak rasanya dengan roti Maryam?
    Soalnya kalo roti Maryam mah favorit saya.
    Trus penyajian canai emang selalu di piring napi begitu ya? Hehe
    Judul tulisan ini mirip dengan filosofi orang Jawa: witing tresno jalaran soko kulino (suka karena terbiasa)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata, dakuh penganut paham filosofi Jawa itu, mba. Hehehe

      Hapus
  21. kalo aku makan pertama kali
    pas kerja di jakarta dulu mb
    yaaaa agak aneh awalnya

    tapiiii
    setelah beberapa kali
    apalagi pake dicocol kuahnya itu
    ehh kok nagih
    eh kok gak bisa berhenti ngunyah

    BalasHapus
  22. Cinta bukan pada pandangan pertains ya mba. Tapi bisa juga terpengaruh anak Dan suami yang demen Sana Canai Neni nehi itu. Thx Sdh infonya jd tahu varian canai...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, nih. Ternyata, canai pun banyak variannya...

      Hapus
  23. Nehi ... nehi ... ingat sinetronnya Mak Eros, nehi kan? Hahaha...
    Betul juga yah, bentuknya aneh dan sangat tidak mengundang selerah, tapi kayaknya saya suka. Semua roti-rotian apalagi yang dibakar saya suka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, artinya bu Dawiah harus segera ke negeri Jiran, nih biar bisa mencoba rasa aslinya...

      Hapus
  24. Wah saya jadi penasaran sama rasa dan variannya
    Saya belum pernah makan canai nih
    Itu harus sepaket sama kuah gulainya ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau penyajiannya memang sepaket, mba. Tapi kalau gak mau dicocol kuah juga gak apa-apa.

      Hapus
  25. Aduh Kakkk... kemarin waktu ke KL dan terengganu belum sempat mencicipi. Harus segera balikkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah, kok bisa sih gak nyobain kuliner khas ini. Yess...artinya harus balik lagi...

      Hapus
  26. Setelah kehilangan baru menyukai y mb
    Canai sama kek maryam g sih mb
    Kok sekilas mirip

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya mirip, deh. Tapi gak tahu juga sih, soalnya belum.pernah nyoba maryam.

      Hapus
  27. Mbak Hae... Saya senang banget dgn makanan ini. Kebetulan di Pontianak banyak yg jual. Saking senengnya dafi kecil..waktu walimahan saya..ini menjadi salah satu menu yang dihidangkan buat para tamu😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kebayang tamunya senang banget disuguhi roti canai....

      Hapus
  28. Wahhh.. saya nih yang belum pernah ngerasain roti canai :D , jadi ga bisa membayangkan..

    BalasHapus
  29. Roti canai ini favo aku banget mba. Jadi pengen icip langsung hehe. Btw emang bener yah, yg tadinya benci eeeh jadi cinta haha :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo segera ke negeri jiran. Langsung nyoba aslinya...

      Hapus
  30. Aku pun belum pernah makan roti cane mba. Mungkin emang penyajiannya pakek piring kaleng ya jadi kurang menarik. Mungkin kalo udah nyoba bisa juga jatuh hati aku hehehe

    BalasHapus
  31. wah makanan favorit saya apalagi pake kari kambing, nyaamm. eh by the way apakah roti canai sama dengan roti prata mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beda, Pak. Roti canai lebih tipis dan makannya dengan saus. Kalau parata lebih dekat ke rotu naan, rotinya lebih tebal dan enak dimakan dengan ayam tandoori.

      Hapus
  32. Ada nehi nehi-nya. Aku auto ketawa di bagian ini mba.

    Sekarang roti canai juga mulai dikenal di Indonesia. Tapi sepertinya agak sedikit divariasikan sama lidah Indonesia deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Efek kebanyakan nonton Dunia Terbalik, nih... Asyik dong, jadi gak perlu jauh-jauh ke negeri jiran kalau hanya ingin menikmati canai. Memang sih, kalau kuahnya sendiri rasanya kurang cocok di lidah kita.

      Hapus
  33. Kesukaankuh ... coba pas anget2 gitu ditaburi gula pasir mbak. Dibuat teman minum teh ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ditaburi gula pasir, jdinya roti tisu. Roti tisu enak juga,lho.

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging