Salam
Merdeka,
Pertama
kali nge-blog, saya sudah meniatkannya untuk bersenang-senang. Bersenang-senang
menulis, bersenang-senang mengutak-atik template, bersenang-senang memajang
foto dan kesenangan-kesenangan lainnya. Semuanya demi menuntaskan kepuasanku
pada dunia tulis menulis. Dunia yang ku-jatuhcintai sejak kecil.
“Blog
itu semacam diary kalau di zaman abg dulu “ begitu pendapatku ketika
pertama kali mengenal blog dan dibuatkan blog oleh salah seorang rekan sesama
guru (saat itu saya masih mengajar di sebuah SDIT di Makassar).
Maklum
di zaman abg dulu, saya paling suka nulis diary. Diary-ku banyak dan beragam
bentuk. Ada yang mungil dengan lembaran kertas berwarna pastel lembut dan
wangi. Ada yang bergembok. Bahkan ada buku agenda harian yang kusulap menjadi
diary dengan tujuan agar setiap hari selama setahun kejadian demi kejadian yang
terjadi padaku dan di sekelilingku tercatat dengan jelas.
Tujuan
saya hanya satu, saya tak ingin satu hari terlewatkan tanpa saya mencatat
moment yang terjadi. Gak harus moment penting sih. Moment kurang penting bahkan
tidak penting sekalipun, dipenting-pentingkan saja.
“Semacam
saksi sejarah. Mana tahu, suatu hari nanti saya jadi orang terkenal.”
Hahaha,
dasar abg. Pikirannya gak jauh dari urusan terkenal, sok-sok artis gitu loh.
Maklum bacaanku kala itu majalah-majalah remaja semacam Gadis, Anita Cemerlang,
Mode, dan majalah sejenis lainnya.
Tapi
itu dulu, semakin ke sini, ternyata nge-blog tak hanya bisa menjadi pemuas
hasrat narsisku seputaran dunia tulis menulis. Beberapa waktu belakangan ini saya
tersadar kalau ternyata blog juga bisa menghasilkan materi yang lumayan. Dengan
catatan, jika diseriusi.
Alhamdulillah,
meski belum bisa dikategorikan sebagai blogger professional namun saya juga
sudah bisa mencicipi nikmatnya potongan kue jatah blogger. Gak banyak sih tapi
ada lah.
Kebagian
jatah kue yang sedikit itu membuat saya sempat berpikir bahwa mungkin saja saya
bisa mendapatkan lebih banyak jatah jika lebih serius mengelola blog. Terus
terang saja, bukan sekali dua kali, saya tergiur dengan pendapatan teman-teman
blogger yang bikin ngiler.
Tapi
melihat perjuangan, jatuh bangun, konsisten serta kerja keras mereka maka saya
cukup tahu diri. Saya belum melakukan usaha sebagaimana yang mereka lakukan. Saya
sadar diri, dengan kondisi blog yang kembang kempis maka tentu saja penghasilan
dari blog juga kembang kempis. Bukankah, hasil tak pernah mendustakan usaha?
Lalu
kalau saya sudah tahu konsekuensi tersebut, mengapa saya tidak serius mengelola
blog biar bisa menggendutkan isi rekening seperti blogger professional lainnya.
Jawabannya karena ya itu tadi, saya ngisi blog tergantung mood. Kalau lagi good
mood ya blognya diseriusin. Sebaliknya kalau lagi bad mood ya blognya
dianggurin. Bad habit dan jangan dicontoh ya, hihihi.
Meski
demikian, setiap kali telah menerima amanah baik berupa job placement post,
review maupun event postingan bareng, saya senantiasa berusaha untuk
menuntaskan semuanya. Kadang moody-ku datang menggoda dan membuat semangat
menulisku luntur. Tapi mengingat semua itu adalah amanah dan saya tidak ingin
masuk dalam jajaran sifat-sifat orang munafik maka amanah itu sebisa mungkin
saya selesaikan.
Karenanya,
saat ini saya membatasi diri untuk tidak mengobral diri lagi. Karena
belum sanggup komitmen sebagaimana para blogger professional makanya saya pun
membatasi diri mengambil job. Saya hanya akan mengerjakan atau mengisi blog-ku
dengan hal-hal yang kusanggupi dan kusenangi. Bila tidak, maka saya memilih untuk tidak mengambil atau menolak
apa-apa yang ditawarkan.
Inilah
kemerdekaan sebagai seorang blogger yang saya rasakan. Merdeka untuk menulis
apa yang kusenangi dan inginkan. Namun tentu saja harus siap dengan segala
konsekuensinya. Salah satu konsekuensinya adalah blog-ku begitu-begitu saja
dari dulu. Huahahaha... *nangis kejer
Intinya,
bagiku kemerdekaan sebagai blogger adalah bagaimana agar blog yang dibuat
menjadi rumah yang nyaman. Ia bebas menulis maupun mempersilahkan
sesuatu memasuki blog-nya, entah itu berupa iklan, review maupun komentar para
visitor. Ia berhak mengatur blognya sesuai selera, entah itu mengatur template,
foto bahkan jenis huruf yang akan menghiasi blog-nya. Pokoknya, ia adalah
penguasa di blog-nya sendiri.
Sebaliknya,
kalau blog membuat seseorang tidak nyaman, tidak lagi mampu mewujudkan dan
menumpahkan isi pikirannya maka blog itu telah memenjarakannya. Maka sebaiknya
berpikir kembali tujuan nge-blognya apa. Kasihan kan, kalau nge-blog bukannya
buat bersenang-senang malah bikin sakit hati. Duh..
Ini
menurutku, bagaimana menurutmu?
Salam
Merdeka
*Tulisan ini merupakan tanggapan atas tulisan Mak Diah Kusumastuti dalam event #KEBloggingCollab untuk kelompok Retno Marsudi
2 Comments
Hihihi "mengobral diri" :D
BalasHapusEmang ya harus menyesuaikan dengan kemampuan, tenaga, waktu dll ya mbak. Jdnya pilih2 yg sekiranya kita mampu handle :D TFS
Makna merdeka ya bebas tanpa ada tekanan, meskipun terkadang para blogger terikat kontrak atau deadline dari pekerjaan yang diterimanya namun dalam proses pengerjaannya fun dan fleksibel dengan catatan harus sudah selesai sebelum deadline. Alhamdulillah sampai detik ini masih asyik ngeblog.
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging