HAID, TANDA KAMU SUDAH DEWASA, NAK

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Rabu, September 20, 2017



Alhamdulillah, tepat di tanggal 18 september 2017 kemarin, putri sulungku mendapatkan haid pertamanya.  Ini berarti 4 hari sebelum usianya genap 12 tahun.


Ummi, ada bercak coklat di pakaian dalamku” adu putriku usai pulang dari sekolah.
Deg, saat itu saya langsung berpikir bahwa mungkin ini sudah saatnya. Putriku sudah baligh dan ini adalah haid pertamanya.
Bukannya itu noda es krim, kamu kan baru saja makan es krim. Siapa tahu tadi kamu duduk di kursi yang ada tumpahan esnya” saya mencoba membantu putriku menganalisa.
Putriku segera mengelak.
Kamu bercel ya?” goda adiknya yang langsung dibalas dengan sambitan bantal. 
Huhuhu
Saya segera menyuruhnya mengganti pakaian dalamnya. Karena nodanya masih sedikit, saya belum menyuruhnya memakai pembalut. 
"Gimana, bercaknya masih ada?" tanyaku menjelang petang.
Putriku mengiyakan. Namun hingga tengah malam, bercak yang keluar tidak juga bertambah.
Keesokan Harinya
Hari ini saya "membebaskan" putriku mengerjakan shalat Subuh setelah benar-benar yakin bahwa bercak kecoklatan yang ada di pakaian dalamnya adalah tanda-tanda dimulainya haid pertamanya.
"Jadi, saya harus pakai pembalut" 
Saya mengiyakan. Hari ini putriku harus ke sekolah. Tentu saja, saya tidak akan membiarkannya "kebanjiran". Meski bercaknya masih sedikit namun siapa tahu apa yang akan terjadi nanti. Lebih baik saya mempersiapkannya dengan memintanya memakai pembalut. Alhamdulillah, persediaan pembalut di rumah masih ada sehingga saya tidak harus terbirit-birit ke kedai depan rumah yang buka agak siang, sekitar jam sepuluh pagi.

Saya pun mengajarinya bagaimana cara memakai pembalut. Tak lupa, saya juga mengajarinya bagaimana membuang pembalut yang telah dipakainya, kapan ia harus mengganti pembalut, bagaimana ia harus membersihkan pakaian dalamnya yang terkena noda darah, dan sebagainya.  
Baca Juga Aku Dan Hujan
Alhamdulillah, cerita haid pertama putriku tidak perlu diwarnai dengan kepanikan karena jauh hari sebelumnya saya senantiasa mengingatkannya kalau ia sebentar lagi akan baligh. 
Tak lupa saya menjelaskan apa dan bagaimana baligh itu. Bahwa ketika seseorang telah baligh maka ia bukan anak kecil lagi. Semua tingkah lakunya akan dicatat malaikat. Jika berbuat baik maka dicatat pahala. Sebaliknya jika berbuat jahat akan dicatat dosa.
Padanya juga kujelaskan bahwa kini menutup aurat telah menjadi kewajiban. Kalau selama ini, kami tidak terlalu ketat mengawasi hijabnya maka kini tidak lagi. Auratnya telah wajib untuk ditutup. Pun, dalam pergaulan, ia harus lebih bisa menjaga diri  dengan lawan jenis.
"Anak-anak semakin besar. Rupanya kita sudah semakin tua...." desah suamiku ketika anak-anak telah berangkat ke sekolah.
"Alhamdulillah, semoga kita bisa menjadi orang tua yang baik buat mereka."
Duh, tiba-tiba kok rasanya pengen mewek. Teringat bagaimana ketika mereka masih bayi, balita, masih sedang lucu-lucunya. Teringat akan semua kerepotan yang dulu sempat membuatku stress karena harus menangani empat orang anak yang berjarak kelahiran cukup berdekatan, mana sendirian serta jauh dari keluarga (anak kelimaku lahir ketika kakak-kakaknya sudah besar dan kehidupan perekonomian kami lebih baik).
Tiba-tiba kangen, saat si sulung senantiasa "surprise" karena teman-teman TK-nya selalu bisa menebak bekal yang dibawanya. (Ya iyalah bisa ketebak, si sulung maunya cuma bawa bekal nasi dengan telur ceplok dan kecap setiap hari dan gak mau yang lain)
Tiba-tiba kangen, saat si nomor dua yang doyan makan. Saat itu ia  ngotot menghabiskan makanannya padahal  sudah sangat mengantuk di dalam baby walker-nya. Alhasil, ia makan sambil kepalanya berulang kali terjatuh namun ia akan kembali makan dan kembali kepalanya terjatuh.
Tiba-tiba kangen, saat si nomor tiga sekaligus putri sulungku itu yang saat itu masuk Sekolah Rendah,  menangis meraung-raung karena takut dengan guru kelasnya. Ibu gurunya yang berdarah India dengan penampilan khas perempuan India, bertubuh tinggi besar dan berkulit gelap. Tapi lama kelamaan, putriku justru sangat sayang dengan gurunya tersebut karena ternyata hatinya tak segarang penampilannya.
Tiba-tiba kangen, saat si nomor empat sangat susah diajari tidur di kamarnya sendiri. Tengah malam, ia sering bangun dan diam-diam berada tepat di atas kepalaku yang sedang terlelap. Entah berapa lama ia di sana. Yang jelas ia baru akan kembali tidur di sampingku saat saya terbangun dan mempersilahkannya tidur di dekatku atau kembali menggiringnya ke kamarnya.
Bagaimana dengan si nomor lima? Ah, dia masih balita. Tentu saja semua tingkah lakunya masih sedang unyu-unyu-nya. Jadi, belum saatnya untuk dikangeni. Hehehe.

Selamat ya putriku tersayang, hari ini kamu telah memasuki satu fase baru lagi dalam kehidupanmu. Semoga kamu senantiasa sehat, dan tumbuh menjadi anak yang sholihah. Aamin.


*








  • Share:

You Might Also Like

12 Comments

  1. Wah, selamat ya Mba, putrinya udah dewasa. hehe. Btw, asik juga tuh si sulung makannya simple banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Mba. Si sulung memang picky eater. Maunya makan yang itu lagi itu lagi. Heran juga, kok gak bosan dianya.

      Hapus
  2. wah,,selamat ya mbak,,
    kebetulan saya juga punya anak 2 yang mau menjelang dewasa. sangat bermanfaat tulisan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Diajarinnya dari sekarang aja, Pak. Jadi nanti pas dapat haid pertama udah gak keget lagi.

      Hapus
  3. Saya belum bisa membayangkan bapernya kalau lihat si Eci juga tumbuh dewasa, tidak lengket lagi sama mamanya.
    semoga putrinya jadi anak yang solehah kak dan membanggakan orang tuanya

    BalasHapus
  4. Jadi inget kepanikan saat dapat tamu itu pertama kali. Selamat ya Kak. Putri sulungnya udah dewasa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Zaman dulu juga saya panik minta ampun. Kirain sebentar lagi Malaikat Maut datang menjemput gara-gara berdarah gak jelas. Iye, terima kasih, Ndy.

      Hapus
  5. Aku kog jadi deg deg an sendiri yak bayangin gimana nanti klo anakku yg bungsu mengalami haid pertamanya. Haduuh siap ngga ya akunya wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. I feel you, Mba. Disiapin mulai dari sekarang biar gak nervous abis, hehehe

      Hapus
  6. Iya Mbak, saat anak2 sudah tumbuh remaja seperti sekarang ini seringkali kangen pada masa2 kerepotan mengasuh mereka saat masih imut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih, ternyata semua kerepotan yang dulu dirasa sangat menganggu bahkan bikin stress ternyata nga-ngenin.

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging