Nah,
karena banyak, jadinya saya mau cerita semuanya biar adil. Jadi ada cerita lucu,
sedih, menggembirakan . Jadi lengkap kan rasanya. Nano-nano aja lewat.....
Waktu
itu, saya dan keempat anakku (yang kelima belum lahir) mengunjungi Benteng Fort
Rotterdam, salah satu benteng peninggalan penjajah Belanda di Makassar.
Ketika
sedang asyik melihat dan menikmati pemandangan benteng yang saat sebelum
menikah hampir tiap hari kudatangi tuk latihan teater bareng teman-teman di
salah satu sanggar seni di Makassar tiba-tiba saya melihat satu sosok yang
sangat akrab bagiku. (maaf, kalau harus tarik napas yang panjang buat baca kalimat ini......)
“Hai, Eni......”
Refleks saya berteriak nyaring menyapa dan memanggil dari jauh sosok berkerudung coklat tersebut. Tak lupa tanganku melambai memberi isyarat agar ia menungguku.
Refleks saya berteriak nyaring menyapa dan memanggil dari jauh sosok berkerudung coklat tersebut. Tak lupa tanganku melambai memberi isyarat agar ia menungguku.
“Hei,
Ria......”
Perempuan itu juga berteriak tak kalah nyaringnya. Kulihat ia menahan langkah-langkahnya yang bersiap menuju bagian lain Benteng Fort Rotterdam.
Perempuan itu juga berteriak tak kalah nyaringnya. Kulihat ia menahan langkah-langkahnya yang bersiap menuju bagian lain Benteng Fort Rotterdam.
Saya
tentu saja sangat gembira. Setelah sekian lama, akhirnya saya akan bertemu
salah seorang soulmate-ku di zaman kuliah dulu. Nur Aeni yang lebih dikenal
dengan panggilan Eni Metal karena kegemarannya dengan music beraliran metal.
Namun,
semakin langkahku mendekati perempuan itu bukannya kegembiraan yang kurasakan
namun saya mendadak gusar. Waduh, sepertinya ada yang tidak beres nih.....
“Kita
panggilka? Ada apa, ya?” tanya perempuan itu setelah kami berdekatan.
Saat
itu saya bisa melihatnya dengan jelas dan pastinya ia pun bisa melihatku dengan
jelas.
“Eh
anu, saya kira kita temanku. Apalagi kita juga berhenti waktu kupanggil Eni......” Jawabku
penuh rasa malu. Tidak salah lagi, saya salah orang, bo. Huhuhu.
“Kan
namaku Ani , makanya saya berhenti“ jawabnya
“Saya
juga salah orang kok, kukira kita temanku. Namanya Ria.....sambungnya.
“Namaku
juga Ria......” Jawabku.
Kami
pun tertawa ketika menyadari kesalahan kami masing-masing. Hikmahnya, saya
dapat kenalan baru. Dan saya pun tahu kalau ada orang lain yang mirip diriku
dan namanya juga Ria. Hihihi.
Pent- Kita artinya kamu. Dipakai sebagai penghormatan kepada orang lain, biasanya kepada orang yang lebih tua atau orang yang baru dikenal.
Kisah
sedih yang ingin kutulis adalah saat sahabatku pergi untuk selamanya. Akibat
deraan kanker payudara yang menggerogotinya sejak kami masih kuliah. Sayangnya duka itu disembunyikannya. Hanya Niar,
sahabatku yang lain yang tahu. (Saat kuliah, saya punya gank yang terdiri dari
saya, Eni, Niar, Ira dan Asma)
Hanya
Niar yang dipercayainya untuk berbagi duka. Termasuk yang menemaninya berobat
hingga kemudian Asma pindah ke Nunukan karena diterima menjadi PNS di sana.
Dan
di awal milenia, Asma pun menghembuskan napasnya yang terakhir. Bersama suami
dan anak sulungku yang saat itu masih bayi, saya melayat ke rumahnya. Ternyata
di sana sudah ada Niar, Eni dan Ira. Ketiganya bahkan ikut memandikan
almarhumah. Sebenarnya saya pun ingin ikut memandikan, sayangnya si kecil
sedang rewel sehingga saya tak bisa lepas darinya.
Kalau
mengingat semuanya, mengingat persahabatan kami rasanya waktu berlalu sangat
cepat. Masih teringat saat saya sering main ke rumahnya yang luas dan
sejuk, merasakan kelezatan masakannya,
merasakan nikmatnya cemilan khas kampung yang dibawa ibunya. Ah banyak sekali
kenangan manisku bersamanya.
Bagaimana dengan ketiga sahabatku yang lain? Kini, kami semua telah berkeluarga dan tak ada yang menetap satu kota. Bahkan tak ada yang di Makassar, tempat kami dulu menuntut ilmu. Saya di Malaysia, Niar di Kalimantan, Eni di Sinjai dan Ira di Sulawesi Tenggara. Pada berjauhan ya?
Kejadian
Menggembirakan
Setelah
berlinangan air mata di atas, baiklah kini kita melangkah ke kisah
menggembirakan selanjutnya. Kisah yang membuatku ingin kembali mengulang kisah
tersebut.
Jadi
kisahnya begini, suatu hari salah seorang teman fb memberitahukan kalau ada penerbit yang mencari penerjemah. Penerbit tersebut menginginkan penerjemah yang bukan hanya tahu bahasa asli buku yang akan diterjemahkan namun juga pernah menetap di negerinya. Alhasil, teman itu menghubungiku karena kami sama-sama pernah menetap di negeri tersebut.
Tentu saja, saya langsung mengiyakan kabar yang dibawanya. Alhamdulillah, sebelumnya saya telah pernah mengerjakan pekerjaan yang sama. Menerjemahkan buku salah seorang motivator terkenal di negeri jiran.
Tentu saja, saya langsung mengiyakan kabar yang dibawanya. Alhamdulillah, sebelumnya saya telah pernah mengerjakan pekerjaan yang sama. Menerjemahkan buku salah seorang motivator terkenal di negeri jiran.
Meski telah mengiyakan, saya tak langsung diterima. Setelah melewati serangkaian test, akhirnya saya
dinyatakan memenuhi kualifikasi. Alhamdulillah.
Baca juga kisahku optimis membangun mimpi
Baca juga kisahku optimis membangun mimpi
“Sst,
Mba, katanya fee mba dulu bisa buat beli motor baru, ya?” tanya si mba itu
padaku. Ia tahu saya pernah
menerjemahkan sebelumnya. Dan info besarnya fee diperolehnya dari teman
yang dulu satu proyek denganku.
“Iya
sih” jawabku lugas.
“Mudah-mudahan
fee proyek ini sebesar itu juga ya, Mba. Huah, rasanya mimpi bisa dapat
sebanyak itu. Entah harus nulis berapa banyak buku buat dapat sejumlah nominal
tersebut.....”
"Aamiin"
"Aamiin"
Kami
pun berdoa dengan doa yang sama.
Dan,
alhamdulillah doa kami terkabul. Tahu tidak berapa fee yang kami dapatkan? (Hm,
kasi tahu gak ya?). Hm, gak boleh dikasi tahu sih soalnya rahasia perusahaan.
Yang jelas nominalnya gede, lebih gede dari nominal proyek pertama. Alhamdulillah.
Makanya,
gak salahkan kalau saya berharap dapat proyek gede seperti itu lagi. Tolong
diaminkan ya teman-teman. Aamiin.
*
Tulisan ini tanggapan atas tulisan mba Anis Khoir dalam event Blogger Muslimah Sisterhood.
12 Comments
Salah manggil. Nah aku juga sering salah gandeng temen jaman dulu �� aduh maluuu...
BalasHapusHah, sampai salah gandeng? Waduh, kebayang malunya....
HapusKalau sudah rejeki memang nggak akan kemana ya mbak. Selamat buat fee gedenya, hehehe. :D
BalasHapusAlhamdulillah, Mba.
HapusAamiin, semoga aku juga dapat proyek yg dapat fee untk persiapan pensiun. Tulisannya keren.
BalasHapusAamiin. Tak ada yang tak mungkin, Bu. Allah Maha Kaya.
HapusBener banget mba klo ingat2 kejadian lucu pasti bakalan ketawa geli sendiri. Ak juga sering gitu mba. Bahkan perah ketawa2 gelinya pas lagi di angkutan umum.
BalasHapusTernyata banyak juga ya yang sering salah orang. Kebayang lucunya, deh....
HapusBaca tulisan sedih jadi kerasa ikut sedih mba :(
BalasHapusSemua keadaan itu ujungnya ada hikmahnya ya. Btw katanya kembaran kita mmg ada ya. Sampai detik ini saya belum ketemu. Gita siwi yang lain. Hahaha
BalasHapusPernah dengar juga sih ada yang ngomong kayak gitu. Semoga cepat ketemu kembarannya, Mba...
Hapuskejadian lucunya emang lucu mba kadang mata ini siwer liat orang dan dg PD manggil taunya salah hahaha..
BalasHapusi feel u mba kehilangan sahabat gank itu sakit *alfatihah u/ mb Asma
dan yg menggembirakan aku turut hepi alhamdulilah kesedihan mba dikikis dg project :) keren bgt mba 😍
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging