SUAMIKU, LELAKI TERBAIK PEMBERIAN TUHAN
By HAERIAH SYAMSUDDIN - Jumat, April 14, 2017
Menjawab tantangan terakhir event Blogger Muslimah Sisterhood
yang sebentar lagi genap sebulan, kali ini kelompok kami mengangkat tema
“Melihat Kelebihan Pasangan” yang diusulkan oleh Ukhti Anggarani Ahliah Citra.
Maka, saya akan menulis tentang kelebihan pasanganku. Mohon maaf kalau ada kesan pamer. Namanya juga memuji, pastinya disebutkan yang indah-indah bukan? Kalau disebut yang jelek-jeleknya itu sih namanya menghina. Hihihi.
So, jangan kaget ya kalau saya bakalan memujinya setinggi langit. Gak apa-apa kan, kan suami sendiri. Yang masalah tuh kalau memuji suami orang lain, apalagi sampai setinggi langit. Hm, bisa gawat urusannya.
Udah ah.....yuk mulai memujinya......
Suamiku, Lelaki Terbaik Pemberian Tuhan
“Bukankah cinta datang untuk menyatukan dua hati yang berbeda…….”
Kalimat di atas adalah penggalan bait-bait lagu cinta zaman
dahulu. Saya lupa siapa penyanyinya
serta apa judulnya. Yang jelas kalimat cinta di atas mewakili saya dan
pasanganku banget.
Yap, saya dan pasanganku (enakan nyebut suami aja kali ya.....) bukanlah
dua orang yang mempunyai sifat, kebiasaan maupun keinginan-keinginan yang sama.
Sebaliknya, kami bertolak belakang. Karenanya yang sering terjadi, saya maunya
A suaminya maunya B. Kalau sudah begini, salah satu harus mengalah dong. Kalau
tidak.......bahtera ini tidak akan sampai di angka 19, tahun ini dan semoga till death do us part (ampun,
lagu lagi).
Aamiin.
Suami Sholeh
Insya Allah, dia suami yang sholih. Sepak terjangnya sebagai
seorang dai di sebuah kota kecil di pelosok negeri selama delapan tahun telah
membuktikannya. Semoga apa yang telah dibangun menjadi amal-amal jariyah
nantinya. Amal yang akan terus mengalir meski pemiliknya tak ada lagi di muka
bumi ini. Aamiin.
Suami Cerdas
Dari dulu, hanya ada satu hal yang mampu membuatku meleleh pada
lawan jenis. Bukan, bukan dari tampangnya yang ganteng sehingga mirip artis
(saya gak ngerti artis jadi gak nyebut nama. Masa saya harus nyebut Bokir, hanya
karena cuma itu yang saya kenal). Bukan juga dari kekayaannya yang membuatnya
mampu membeli apa saja yang diinginkannya.
Lalu apa dong?
Sst, satu hal yang mampu membuatku meleleh adalah kecerdasannya.
Entah, kalau bertemu orang pintar (bukan dukun loh) saya suka klepek-klepek.
Abaikan wajahnya yang kata orang culun. Abaikan penampilannya yang mirip
gembel. Pokoknya kalau si cerdas itu sudah menunjukkan isi kepalanya, semua
lewat......
Alhamdulillah, keinginanku terkabul. Suamiku cerdas, meski ia
tak harus culun dan berpenampilan gembel. Kecerdasannya terbukti bukan hanya
ketika beliau berhasil menyelesaikan pendidikannya sampai jenjang tertinggi. Kecerdasannya terbukti ketika
ia berhasil menelorkan jurnal demi jurnal internasional yang membuat
teman-temannya melongo. Kecerdasan yang membuatku hanya bisa mengurutkan dada ketika menyadari nominal yang didapatkannya dari tulisannya jauh dari nominal tulisanku. Yang penulis itu saya atau kamu sihhhhh? Hikz....
Sebenarnya kecerdasannya telah terlihat ketika beliau ditugaskan di medan dakwah. Caranya menyelesaikan konflik
demi konflik di medan dakwah sangat cantik.
Caranya membangun mimpi di sana juga sangat indah. Saat
itulah saya tersadar kalau beliau bisa lebih dari sekadar itu. Alhamdulillah,
keyakinan tersebut benar. Kini beliau telah menasional bahkan sesekali mendunia.
Suami Pengertian
“Ummi ingin kembali menekuni dunia tulis menulis”
tanya suami menegaskan di suatu malam yang syahdu. Saat itu kami hanya dapat
bercengkrama di malam hari. Sepanjang pagi, siang hingga petang ia harus
berjibaku dengan tugas-tugas hariannya di kampus. Menyelesaikan tugas-tugas penelitiannya
yang seakan tak ada habis-habisnya.
Saya mengiyakan.
Besoknya, laptop pribadinya
dihibahkan padaku. Alhamdulillah, beliau mendapat fasilitas laptop untuk menunjang kerjanya sebagai asisten
professor, kala itu. Itu pun sebenarnya tidak terlalu digunakannya karena di
meja kerjanya (yang berada satu ruangan dengan professornya) juga tersedia satu
unit komputer.
Beberapa hari kemudian suami menyediakan fasilitas
wifi di rumah.
“Biar cari bahannya bisa lebih lancar” alasannya.
Puncaknya ketika saya mengerjakan naskah buku Para Abdullah di
Sekitar Rasulullah dan Tiket ke Surga, 1001 Amalan Ringan Berpahala Besar Bagi
Perempuan. Kedua buku tersebut pengerjaannya hampir bersamaan meski kemudian
terbitnya selisih hampir 2 tahun.
“Untuk memudahkanmu mendapatkan bahan-bahan tulisan” ucap suamiku sembari meletakkan setumpuk buku
di hadapanku. Buku-buku tersebut dipinjamnya dari perpustakaan kampus.
Buku-buku yang menjadi referensiku dalam menyelesaikan dua naskah yang sedang kukerjakan.
So sweet, kan?
Suami Cekatan
Ada sebagian suami yang enggan membantu istrinya mengerjakan
pekerjaan rumah. Tapi tidak dengan suamiku. Beliau ringan tangan dan cekatan membantuku mengerjakan tugas
harianku. Tanpa segan, ia akan membersihkan lantai yang kotor meski baru saja kembali dari kantor. Tanpa banyak
bicara ia akan segera “menyeret” anaknya
yang pipis atau eek sembarangan ke kamar mandi plus terkadang sekalian
membersihkannya.
Kecekatan suamiku sangat terlihat saat saya hamil. Lima kali
hamil, lima kali pula saya mengalami masalah dengan ngidam. Parahnya, ngidam
tersebut berakhir tak lama sebelum waktu melahirkan tiba.
Tahu tidak ngidamnya apa? Ngidamnya pengen makan yang aneh-aneh
plus gak bisa lihat, mencium apalagi makan nasi. Satu lagi, selama hamil saya
gak bisa masuk dapur. Dipaksakan? Seketika isi perutku berhamburan keluar. Huek….
Lalu bagaimana suami dan anak-anakku makan? Nah, di sinilah
kecekatan suamiku sangat berperan. Beliau mengambil alih hampir semua tugasku. Memasak, mencuci, menyapu bahkan membersihkan bekas-bekas muntahanku.
Masya Allah.
Sebenarnya, masih banyak lagi kelebihan suamiku yang bisa saja
kuceritakan di sini. Tapi sudahlah, nanti ada yang eneg. Kasihan kan kalau sampai saya harus menyediakan kresek.
Nanti ada yang bilang....
Suami kok
dipuji setinggi langit. Suami kok sempurna banget, itu suami apa malaikat?
Hehehe. Gak kok, suamiku tetap manusia biasa dengan sejuta kekurangannya. Tapi kalau kelebihannya trilyunan trus ngapain dipikirin kekurangannya yang sejuta. Betul kan?
7 Comments
Bersyukur ya punya suami yang baik.
BalasHapusJadi inget suami yang lagi di luar kota :D
Alhamdulillah, Mba. Mba Lianny LDR-an juga? Dulu saya 4 tahun LDR-an, alhamdulillah sudah setahun ini kumpul kembali dengan keluarga.
HapusAlhamdulillah Mba bisa dapat suami terbaik seperti itu.
BalasHapusAlhamdulillah
HapusAlhamdulillah ya mbak, Allah pasti memberikan suami terbaik :)
BalasHapusSuami ideal adalah suami yang saling mengisi dengan istri ya mba. Semoga Mba Haeriah bahagia selalu :)
BalasHapusAamiin. Terima kasih doanya, Mba
HapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging