Tak
ada yang paling menggembirakan bagi seorang muslim selain menyambut kedatangan
hari raya khususnya hari raya Iedul Fitri. Setelah sebulan berpuasa, menahan diri yang biasanya dihalalkan di siang hari demi meraih ridho dan rahmat-Nya.
Ternyata pahala puasa berbeda lho dengan pahala
amal ibadah lainnya. Pahala puasa akan dibalas sendiri oleh Allah. Dalam sebuah
hadits disebutkan:
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh
manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh
ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa.
Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.
Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang
yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia
berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Bagi kami, aku, suami dan kelima anakku hari raya
juga membawa kebahagiaan tersendiri. Di moment inilah, keluarga kami berkumpul
lagi sebagaimana keluarga lain yang utuh. Lho, memangnya keluargaku hancur gitu
sampai gak utuh?
Jadi gini, sejak suamiku melanjutkan study nya di
negeri tetangga, kami terpaksa LDR an. Yang senasib denganku, pasti tahu deh
serunya (susahnya kali) LDR an. Paling terasa sesaknya LDR an kalau kita lagi
sakit. Boro-boro ada yang perhatiin. Yang ada malah, kita harus cepat-cepat
sembuh soalnya kasihan anak-anak jadi gak ada yang perhatiin.
Nah, moment lebaran inilah yang senantiasa dimanfaatkan suamiku tuk balik kampung, berkumpul bersama keluarga besar di Makassar. Alhamdulillah sejak berpisah tak
satu lebaran pun yang terlewat tanpa kehadiran suami tercinta.
Namun tidak seperti keluarga lain yang dapat
menunaikan shalat ied bersama, kami biasa melaksanakannya di dua tempat yang
berbeda. Sebagai seorang dai, jauh hari sebelum hari ied suami biasanya
mendapat tugas untuk membawakan khutbah ied di masjid atau tanah lapang yang
telah ditentukan oleh yayasan tempat kami biasa mengikuti kajian.
Sebenarnya bisa saja saya ikut bersama suami.
Namun ketiga putriku yang masih kecil membuat langkahku terbatas. Belum lagi
dua putraku yang lain. Sementara kendaraan andalan kami hanya motor. Kebayang
kan ajaibnya jika kami pergi bersamaan, sekeluarga gitu (gak mungkin jugalah, memang muat?)
Sebagai solusinya, kedua anak laki-laki ikut
dengan abahnya. Yah sekalian pembelajaran agar saat dewasa kelak, Insya Allah mereka juga akan menjadi dai, sudah punya bekal. Setidaknya pernah ngeliat abahnya di atas mimbar. Nah, kalau ketiga putriku pastinya ikut bersamaku.
Ketiga Putriku Bersama Mami Mertua |
Alhamdulillah,
pelaksanaan shalat ied dilaksanakan tak jauh dari lingkungan rumah kami. Sudah menjadi kebiasaan bertahun-tahun,
masyarakat lingkungan rumahku mengerjakan shalat ied di sepanjang jalan raya
yang berdekatan dengan masjid. Kebetulan jamaah masjid senantiasa membludak
sehingga meluber sampai keluar. Mau tak mau, jalan raya yang ada di depan
masjid digunakan sebagai untuk menampung jamaah yang tidak mendapatkan tempat
di masjid. Tentu saja, jalan raya tersebut telah ditutup bagi pengguna
kendaraan bermotor sejak selesainya shalat subuh.
Saya dan ketiga putriku melaksanakan shalat ied
di tempat itu. Lokasinya yang tidak jauh dari rumah membuat saya dapat menuntun
anak-anak dengan tenang tanpa harus terburu-buru. Cukup keluar dari lorong
(rumah kami di dalam lorong) maka sampailah di tempat pelaksanaan shalat ied.
Tinggal memilih tempat yang ternyaman (di tengah jalan ataukah di emperan ruko
yang berjejeran sepanjang jalan). Setelah itu melempangkan tikar atau koran di
bawah sajadah lalu duduk menunggu pelaksanaan shalat ied dimulai.
Saat berjalan menuju tempat pelaksanaan shalat, tak
jarang kami sekalian bertegur sapa dengan para tetangga. Bahkan bila ada yang
telah siap, maka kami sekalian menuju
tempat shalat bersama-sama.
Moment ini juga mempertemukan kami, para tetangga
yang justru di hari-hari biasa jarang bertemu atau bertegur sapa karena kesibukan
masing-masing. Belum lagi para tetangga yang sehari-hari berada di luar kota
bahkan luar negeri dan di momen ini memanfaatkannya untuk berkumpul bersama
keluarga besar.
Bila sudah begitu, akan banyak cerita mengalir.
Sepanjang jalan hingga menunggu pelaksanaan shalat ied cerita seakan tak ada
habis-habisnya. Belum lagi salam-salaman, cipika cipiki maupun undangan jamuan
makan yang beterbaran di momen indah itu. Semua berkumpul, semua bergembira di
hari yang mulia ini.
Balon Dan
Anak-Anak
Kegembiraan juga dirasakan anak-anak. Momen lebaran adalah saat mereka tampil secantik atau setampan mungkin. Pakaian baru dan sepatu baru menemani langkah-langkah mereka menuju tanah lapang.
Kegembiraan anak-anak itu bertambah ketika beberapa penjual balon memamerkan jualan mereka. Balon beraneka bentuk meliuk-liuk ditiup udara pagi. Balon berbentuk menyerupai tokoh-tokoh kartun menjadi favorit anak-anak. Ada tokoh Upin Ipin, Frozen, Boboboy, dan sebagainya.
Kegembiraan anak-anak itu bertambah ketika beberapa penjual balon memamerkan jualan mereka. Balon beraneka bentuk meliuk-liuk ditiup udara pagi. Balon berbentuk menyerupai tokoh-tokoh kartun menjadi favorit anak-anak. Ada tokoh Upin Ipin, Frozen, Boboboy, dan sebagainya.
Penjual Balon Panen |
“Saya mau yang balon sapi” pekik Hilyah begitu matanya menangkap sosok penjual balon lengkap dengan jualannya.
Sebagaimana anak-anak lainnya ketiga anakku juga
tergoda dengan balon-balon beraneka bentuk tersebut. Meski demikian, Nusaibah
(10 th) dan Khaulah (7 th) tidak tertarik untuk membelinya. Katanya balon-balon
itu hanya cocok untuk anak kecil. Berbeda dengan Hilyah (2 th) yang langsung
merengek meminta dibelikan balon begitu kami keluar dari ujung lorong.
“Ada balon terbang” pekik Khaulah sembari menunjuk
ke langit.
“Di sana juga ada” tambah Nusaibah menunjuk ke
arah yang lain.
Aku dan Hilyah segera melihat ke arah yang
ditunjuk. Beberapa pasang mata juga melihat ke arah langit. Satu persatu balon
beraneka bentuk menyemarakkan langit. Rupanya
balon-balon itu terlepas dari pemiliknya.
“Lho, balon Hilyah mana?” Nusaibah yang terlebih
dahulu menyadari kalau balon berbentuk sapi yang tadi diikatnya di tas sudah
tidak ada lagi.
“Aih balonnya terbang” celutuk salah seorang ibu
yang berada tepat di belakang kami.
Benar saja, balon berbentuk sapi kepunyaan Hilyah
pelan-pelan naik menjauhi kami. Sebenarnya kami masih bisa menjangkaunya namun
barisan jamaah shalat yang duduk di depan kami membuat kami tak punya pilihan
lain selain memandang balon itu menjauh.
Tentu saja yang paling sedih adalah Hilyah.
Matanya mulai berkaca-kaca melihat balonnya yang semakin menjauh. Sebelum air matanya jatuh
dan ia mengamuk, saya segera membujuknya. Memintanya mengiklaskan balon tersebut.
“Dadah balon” ucap Hilyah mengharu biru. Sebuah
janji telah kusematkan di
hatinya. Saya akan menggantikan balon tersebut tapi
nanti setelah shalat ied karena saat itu shalat ied akan segera dimulai.
Usai melaksanakan shalat ied, aku kemudian
meminta Nusaibah dan Khaulah untuk kembali membeli balon. Kali ini Hilyah
meminta balon bentuk burung. Terlihat para penjual balon tak lagi dikerubuti para calon pembeli balon
sebagaimana di awal pelaksanaan shalat ied. Balon-balon yang dijual juga sudah
berkurang, tidak sebanyak tadi.
Para jamaah juga sebagian besar telah
bersiap-siap untuk meninggalkan tempat duduknya. Adapun kami, saya selalu
menekankan anak-anak untuk menunggu hingga khatib menyelesaikan khutbahnya
sebelum kami ikut bersiap pulang.
Alhamdulillah, selesai sudah pelaksanaan shalat
iedul fitri kali ini. Harus buru-buru kembali ke rumah nih sebelum suami dan
anak laki-laki tiba terlebih dahulu. Beragam agenda telah menunggu untuk
dilaksanakan. Terutama agenda halal bihalal, mendatangi satu persatu rumah orang tua
dan kerabat dekat. Agenda rutin yang wajib untuk dikerjakan.
Anak-anak juga sudah tidak sabar untuk segera
berkunjung ke rumah kerabat. Bertemu para opa, oma, om dan tante serta sepupu-sepupu mereka. Dan yang paling utama, mandapatkan angpau yang akan memenuhi
dompet mereka. Hore, kita kaya……
Salah Satu Momen Kumpul-Kumpul Yang Selalu Dinanti |
Momen lebaran memang senantiasa menghadirkan keceriaan
bagi siapa saja. Oh ya jangan lupa, buat kalian yang berada di Jakarta dan
sekitarnya jangan sampai ketinggalan untuk bergabung di satu momen seru, event dari Diaryhijaber
yaitu Hari Hijaber Nasional yang akan dilaksanakan pada:
Tanggal :
07 Agustus 2016 - 08 Agustus 2016
Tempat :
Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat
Jangan Sampai Ketinggalan.
0 Comments
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging