Kami
telah memutuskan untuk segera pindah rumah. Lokasi rumah sewa yang kami tempati saat
ini membuat anak-anak sulit berangkat ke sekolah ketika abahnya tidak di rumah.
Sudah beberapa kali hal itu terjadi, kasihan kan sekolah anak-anak…..
Beberapa
hari yang lalu, kami berkesampatan mencari rumah sewa sesuai kriteria tersebut.
Saat itu kami menemukan dua rumah sewa. Tak lupa kami mencatat nama dan nomor
telepon pemilik rumah yang ditempelkan di depan rumah tak berpenghuni tersebut.
Sesampainya
di rumah, kami segera menelpon pemilik rumah masing-masing. Alhamdulillah rumah
pertama masih kosong. Harga yang diberikan 600 RM per bulan no perabot. Kami kemudian menghubungi
nomor pemilik rumah kedua. Harap-harap, rumah kedua lebih murah. Namun ternyata
rumah tersebut telah berpenghuni dan lebih mahal, 700 RM per bulan no perabot.
Namun
kami belum memutuskan apakah akan mengambil rumah pertama. Hingga beberapa hari
kemudian suami memberitahukan kalau rumah tersebut telah berpenghuni. Suami
memperkirakan demikian karena di depan rumah terdapat sejumlah pakaian yang
dijemur.
Untuk
memastikannya, kami kembali menelpon pemilik rumah. Kata pemilik rumah,
rumahnya belum laku. Suami pun menduga dia salah mengira rumah. Akhirnya kami
memutuskan untuk segera mengambil rumah tersebut. Namun sebelumnya kami
harus melihat bagian dalamnya terlebih
dahulu. Jangan sampai tergiur harga murah namun kualitas mengecewakan.
Berbekal
kunci rumah yang suami dapatkan dari
adik pemilik rumah, kami segera menuju rumah tersebut. Sampai di sana,
kami bingung. Ada dua rumah yang serupa, satu rumah kosong namun kami tak
melihat papan nama pemilik rumah sebagaimana yang kami lihat dulu. Satunya lagi
rumah yang sepertinya kosong namun ada jemuran di halamannya.
Daripada
menduga-duga, suami kemudian mencoba
mencocokkan beberapa anak kunci ke mata kunci gembok rantai yang mengikat pagar
besi. Namun tak satu pun anak kunci yang cocok. Kami pun memastikan kalau rumah
tersebut bukan rumah yang kami maksud.
Sebelum
pulang, suami bergegas menuju rumah yang ada jemurannya. Rumah itu hanya
berjarak dua rumah dari rumah yang kami datangi.
“Itu
mi rumahnya. Jemuran-jemuran tersebut
menutupi papan nama pemilik rumah” jelas suamiku setelah kembali dari rumah
tersebut.
Kami
pun bergegas ke rumah tersebut. Pantas saja, kami tidak menemukannya. Mungkin
tetangga menitipkan jemurannya di rumah ini, pikir kami. Saat mencocokkan
kunci, klop….kami pun bisa masuk.
Kami
pun segera mensurvey rumah tersebut. Ada tiga kamar, sebagaimana yang
dijelaskan pemilik rumah. Ada dua kamar mandi, ada dua kipas angin gantung di
dua kamar, halaman depan, belakang dan samping yang lumayan luas. Kami merasa
cocok. Rumahnya lumayan tinggal dibersihkan saja.
“Bolehlah
sampai 530 RM, saya tidak berani lebih rendah dari itu Karena yang lalu saya menetapkan harga 450 RM dan
jiran menegur saya.” Demikian pemilik rumah memutuska usai suami menego harga
rumah sewa.
Curhatan
si pemilik rumah membuat ingatanku melayang kepada jemuran yang terasa janggal
keberadaannya. Bagaimana tidak, jemuran tersebut dipasang di depan rumah,
beberapa jengkal dari pintu dan jendela. Padahal biasanya jemuran dijejer di
samping atau bahkan belakang rumah. Lagipula papan nama pemilik rumah
diletakkan dekat jendela sehingga keberadaan jemuran tersebut menghalangi siapapun
untuk melihat papan nama tersebut. Sst, satu lagi keanehannya. Sepertinya pakaian
yang dijemur itu sama dengan pakaian yang dijemur saat kami berkeliling mencari
rumah sewa tersebut. Masa’ sih orang menjemur sampai semingguan gak
diangkat-angkat.
“Tetangga
yang aneh…….” Desisku.
Pikiran
buruk berkelebat sehubungan dengan ucapan pemilik rumah, tetangga serta
jemuran. Jangan jangan……ah, jangan ber zuudzon duluan.
Mungkin
saja, si tetangga hanya memanfaatkan halaman rumah yang kosong karena halaman
di rumahnya gak cukup buat jemurannya yang mungkin seabrek. Mungkin saja, si
tetangga tidak sengaja melakukan semua itu sehingga papan nama pemilik rumah
tertutupi oleh jemurannya. Mungkin saja, si tetangga menghimbau pemilik rumah
agar harga yang diberikan jangan terlalu murah sehingga dapat mematikan usaha
rumah sewa yang lainnya.
Daripada
mikirin itu, lebih baik saya memikirkan mau ditanami apa halaman belakang yang
kosong. Yang ada di kepala sih mau menanam cabe, tomat, dan bawang. Yang lainnya
mau nyari info di Google dulu. Kamu ada ide?
8 Comments
Selamat Siang Bu Haeriah,
BalasHapusSaya sedangg blogwalking dan menemukan blog anda.
Kenapa tidak mencoba http://hidup.my/?
Saya Soraya dari http://serumah.com.
Saat ini trend berbagi ruangan/roomsharing sangat gencar. Kami berinisiatif untuk membuat situs pencari teman sekamar/roommate agar orang-orang yang ingin menyewa rumah dapat berbagi tempat tinggal dan mengurangi biaya pengeluaran untuk tempat tinggal. Berawal dari ide tersebut, website serumah.com diluncurkan pada awal tahun 2016.
Saat ini saya membutuhkan bantuan anda untuk menuliskan artikel review mengenai serumah.com di situs blog anda. Kami sangat menghargai jika Anda bersedia untuk memberikan review terhadap website kami dan menerbitkannya di blog anda.
Mohon hubungi saya jika ada pertanyaan lebih lanjut. Saya ucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatannya.
Soraya F.
Cataga Ltd.
soraya.serumah@gmail.com
http://serumah.com/
Terima kasih mba Soraya udah mampir dan kesempatan yang diberikan. Selamat ya atas diluncurkannya serumah.com. Semoga kehadiran situs tersebut dapat memberi manfaat yang banyak bagi kita semua, terutama para pencari teman sekamar/roommate. Sukses ya mba...
HapusKok jadi ikutan parno ya mbak sama tetangganya itu. Udah coba ditanyakan mbak kenapa narub jemuran disana dengan baju yang sama?
BalasHapusmasalahnya kita gak tahu tetangga yang mana yang naruh jemuran di situ. Yang jelas, ketika kita udah mau masuk rumah tuh jemuran besi yang lumayan berat plus jemurannya sudah raib entah di mana. Padahal saya sempat berpikir jemuran besi tersebut bagian dari properti rumah. Lumayan kan gak perlu bikin jemuran baru lagi
HapusJadi penasaran kenpa ko bisa jemur disitu sama jemuran yg sama ehehe ditunggu cerita selanjutnya y mba :)
BalasHapusitulah mba, makanya suami beberapa kali bolak balik daerah situ dan tidak menemukan rumahnya gara2 jemuran tersebut.
Hapuswaah, kamu tinggal di terengganu ya mba :).. dulu pas masih kuliah di penang, aku sekali ke terengganu , ke rumah kawan yg kebetulan org sana .. :). iya sih, itu tetangga aneh2 aja ya jemur baju kok di depan rumah gitu sampe nutupin... berhari2 pula.. tapi setelah kamu sewa di sana, dia ga berani lg numpang jemur kan mbak :D
BalasHapusGimana mau numpang menjemur lha jemuran besinya ternyata udah gak ada, hehehe. Btw, kawannya di terengganu daerah mana, mba?
HapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging