MENULARKAN KEBIASAAN MEMBACA DAN MENULIS PADA ANAK

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Selasa, September 19, 2017




Kesukaanku membaca sejak kecil, jika diurut-urut mungkin tertular dari kebiasaan kakek yang juga sangat suka membaca.  Mengapa saya katakan mungkin? Karena kedua orangtuaku sepanjang pengamatanku tidak pernah menghabiskan waktu luang mereka dengan membaca. Mungkin bukan karena keduanya tidak suka membaca.
Namun (mungkin)  karena kesibukan mencari nafkah dan mengurus sembilan orang anak sehingga Bapak maupun Mamaku tidak pernah terlihat membaca. Gimana mau membaca, duduk-duduk cantik aja sulit, hehehe.

Kondisi ini sangat berbeda dengan kakekku, ayah dari mamaku yang kupanggil Puang. Beliau yang seorang kiai sekaligus mantan ketua pengadilan agama senantiasa menghabiskan waktu luangnya dengan membaca dan menulis. 

Mungkin karena beliau tidak perlu dipusingkan dengan urusan mencari nafkah karena uang pensiunannya setiap bulan mampir sendiri di rekening. Lagipula setiap kali ada panggilan ceramah, biasanya terselip juga amplop yang jika dihitung-hitung jumlahnya cukup lumayan. 
*maklum, matre nih cucunya...

Puang sangat suka membaca dan menulis. Kedua aktivitas tersebut bahkan sanggup beliau lakoni hingga jauh malam bahkan di sela-sela waktu mengerjakan shalat malam dan menunggu waktu shalat Subuh tiba.

Saya tahu kebiasaan tersebut karena saya paling sering dimarahi kakek saat bermalam di rumahnya. Saya yang kala itu paling suka nonton film di televisi sampai larut malam, sering kedapatan kakek yang terbangun tengah malam untuk shalat Tahajud. Tentu saja saya kena semprot.

"Lebih baik tidur daripada mengerjakan pekerjaan yang tidak ada gunanya." omel Puang sembari menyuruhku masuk kamar. Tidur.

Karenanya, keluargaku agak terkejut ketika di  awal-awal perkuliahan saya mulai menulis dan satu persatu tulisanku menghiasi lembaran koran dan majalah. Bisa dimaklumi karena mereka tidak tahu kalau saya gila membaca dan bisa menulis. Selama ini saya selalu membaca buku (selain buku pelajaran) tanpa sepengetahuan orang tuaku. Mereka menganggap membaca buku, selain buku pelajaran, hanya akan memperbodoh pembacanya (saya maksudnya). 

Cerita selengkapnya tentang hal itu, saya curahkan di sini..... Ketika Bacaan Meracuniku. Mampir yuk....

Dan keterkejutan yang sama juga terjadi ketika beberapa tahun kemudian saya mulai menerbitkan buku dan alhamdulillah ada yang masuk kategori best seller.

Kamu menulis buku juga? Hebat, padahal menulis buku itu pekerjaan professor, loh. Oh ya, Kamu bayar berapa untuk bisa bikin satu buku?” demikian komen salah seorang tanteku ketika saya memamerkan buku-bukuku yang sudah terbit.

Komentar tanteku persis seperti komentar orang-orang pada umumnya, kalau menerbitkan buku itu pakai biaya. Alhamdulillah, semua bukuku diterbitkan secara mayor jadi saya tidak perlu mengeluarkan biaya penerbitan malah saya yang dapat duit dari penerbit. Nulis, yuk...

Koleksi Buku Karyaku

Namun, sebenarnya yang paling saya inginkan dari menulis buku dan yang menjadi motivasi utama saya menulis buku adalah keinginan untuk menyebarkan kebaikan terutama kebaikan, keistimewaan, kemuliaan serta keutamaan agama yang saya anut, Agama Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin.

Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim)

"Demi Allah, sungguh Allah memberi petunjuk terhadap seorang laki-laki melalui dirimu adalah lebih baik bagimu daripada kamu memperoleh unta merah." (HR Bukhari dan Muslim)


Dengan keutamaan menulis tersebut membuatku kemudian ingin menularkannya kepada anak-anakku. Alhamdulillah, kelima anakku sangat suka membaca. Menurutku, hal ini sudah sangat bagus karena untuk menjadi seorang penulis maka yang pertama-tama harus dilakukan adalah suka membaca, rajin membaca dan cinta membaca.

Baca juga tulisanku tentang Kutukan Penulis

Membuat Anak Cinta Membaca

1.   Menjadi Role Model

Hal pertama dan utama yang harus dilakukan para orang tua yang ingin mengajarkan sebuah kebaikan kepada anak-anaknya adalah keduanya terlebih dahulu melakukan hal tersebut. Istilahnya kedua orang tua harus menjadi role model terlebih dahulu, menjadi contoh dan mengajarkan keteladanan.

Misalnya kedua orang tua ingin anaknya suka membaca, maka berilah keteladanan dengan senantiasa membaca buku di depan anak-anak. Meski tidak mutlak juga sih, buktinya saya sangat jarang melihat kedua orang tuaku membaca namun nyatanya dalam perkembangannya, saya tumbuh menjadi anak yang sangat suka membaca. Tap alhamdulillah, saya menemukan role model itu pada diri Puang Rahimahullah.

2.   Rutin Membeli Buku

Membeli buku secara rutin juga dapat menjadi sebab anak suka membaca. Belilah buku-buku dengan gambar-gambar yang menarik yang tentunya akan dapat disukai anak. Untuk anak yang masih kecil, sediakan board book atau buku kain yang tidak gampang sobek dan dapat dibersihkan jika terkena kotoran.   

3.   Rutin Ke Toko Buku

Memanfaatkan saat weekend dengan mengunjungi toko buku dapat membuat anak suka membaca dan cinta buku tentunya. Biarkan anak memilih sendiri buku yang diinginkannya. Tentu saja, orang tua harus terlebih dahulu menyeleksi buku yang dipilih anak. Sekiranya buku tersebut kurang cocok bagi si anak, orangtua dapat memberikan pertimbangan dan memberi solusi alternative bacaan yang baik untuk anak.

Bukan apa-apa sih, saat ini banyak beredar buku yang sekilas diperuntukkan bagi anak namun ternyata konten buku tersebut bukan untuk anak-anak. Hal ini terutama terjadi pada komik yang kaya akan gambar-gambar menarik yang dapat membuat putra putri kita langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Terlebih terkadang, entah di sengaja atau tidak, ada-ada saja komik dewasa yang nyasar di jajaran rak buku untuk anak.

Waspadalah... waspadalah.

4.   Rutin Ke Perpustakaan

Untuk membuat anak suka membaca tidak selalu identik dengan membeli buku yang terkadang membutuhkan modal yang tidak sedikit. Masih ada acara lain yang dapat dilakukan yakni dengan mengunjungi perpustakaan dan menjadi anggota perpustakaan.

Bahkan saat ini, perpustakaan juga sudah ada yang berbentuk digital loh. Salah satunya ijakarta. Saya dan anak-anak juga sering meminjam buku, tepatnya ebook, di aplikasi yang dapat diunduh di hp android. 



5.   Membuat Perpustakaan Pribadi


Buku-buku yang sudah dibeli dapat dikoleksi lalu dipajang  secara rapi dan teratur   di rumah. Istilahnya, membuat perpustakaan pribadi di rumah. Koleksi buku yang tersusun rapi tersebut dapat membuat semangat membaca anak-anak tumbuh dengan baik.

Demikian beberapa cara yang telah saya lakukan demi menumbuhkan semangat membaca dan kecintaan anak-anak pada buku. Berikut adalah cara yang sedang saya lakukan demi menumbuhkan kecintaan anak-anak untuk menulis.

Membuat Anak Cinta Menulis


1.   Menanamkan Kecintaan Akan Membaca
Agar anak-anak bisa dan suka menulis, pertama-tama mereka harus suka membaca terlebih dahulu. Caranya, sudah saya sebutkan pada point-point di atas.

2.   Memancing Daya Imajinasi Anak
Imajinasi sangat dibutuhkan dalam proses menulis. Biarkan anak berimajinasi sebebas-bebasnya bahkan untuk hal yang tidak masuk akal sekalipun. 
Misalnya kisah persahabatan tikus dan kucing, anak naga yang tersesat di belakang rumah, dan sebagainya.

3.   Mengikuti Workshop Menulis Untuk Anak

Mengikutsertakan anak dalam pelatihan menulis (online) khusus anak juga pernah saya lakukan. Selain agar anak mendapatkan materi dari pakarnya, anak juga dapat lebih bersemangat karena di luar sana juga banyak anak-anak yang senang dan ingin bisa menulis seperti dirinya.  

4.   Membuat Blog
Kelima anakku telah kubuatkan blog, demi menumbuhkan kecintaan mereka untuk menulis. Meski untuk saat ini, yang paling aktif menulis adalah anak nomor empatku, Khaulah. Blog yang bercerita tentang kesehariannya. Blog yang saat ini kurang dioptimalkan kembali karena kesibukannya menjelang ujian sekolah.

Sementara keempat saudaranya masih enggan untuk mengisi blog yang kubuatkan. Malah anak ketigaku justru lebih sibuk gonta ganti template blog-nya daripada mengisinya dengan tulisan. Anak kedua-ku baru dua kali mengisi blognya, tentu saja dengan hal yang paling disukainya, tip nge-game. Begitupun dengan si Sulung, baru ada satu postingan tentang bintang sepak bola kesukaannya, Ronaldo.  

Adapun anak kelimaku yang masih balita, tentu saja belum bisa membaca dan menulis.  Untuknya saya yang menuliskan di blog-nya yang kuberi nama Istana Kecil Hilyah. Alhamdulillah, Hilyah sangat suka dengan blog-nya. Apalagi template blog yang kubuatkan adalah hasil pilihannya sendiri. 

5.   Menulis
Yang paling pertama dan utama untuk bisa menulis tentu saja adalah mulailah menulis. Anak-anakku kadang mengeluh di awal. Mereka bingung mau menulis apa.

Jadi, saya bilang menulis apa saja dan berapa saja. Tentang apa saja yang disukai atau tidak disukainya, tentang apa yang baru saja terjadi di sekolahnya, tentang perasaannya saat dimarahi ummi, dan sebagainya.
Tak jarang, saya memberi mereka gambar-gambar lucu dan indah untuk memancing imajinasi. Atau membantu mereka dengan memberikan kalimat pertama dan mereka yang menyambung cerita selanjutnya.



Tentu saja masih banyak cara lain yang dapat dilakukan para orang tua yang ingin menularkan kebiasaan baik, membaca dan menulis kepada anak-anaknya. 

Teman-teman ada yang punya cara lain? Sharing, yuk...


***



"Tulisan ini diikutkan dalam program Postingan Tematik (PosTem)  Blogger Muslimah Indonesia untuk Bulan September 2017.

#PostinganTematik
#BloggerMuslimahIndonesia

  • Share:

You Might Also Like

30 Comments

  1. Masih susah ngajak anak ke perpustakaan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo diajakin lagi, Mba. Perpustakaan sekarang bukan melulu yang ada cuma buku loh, banyak juga yang udah ada mainan atau hal-hal menarik lainnya buat anak.

      Hapus
  2. Duh keren banget sih Mbak sudah menyiapkan blog untuk anak-anaknya. Semoga jika suatu saat aku dikaruniai anak, aku juga bisa menularkan kebiasaan menulis pada mereka. aamiin

    BalasHapus
  3. Subhanallah ..salut dengan pengalamannya Mbak..Hebat!
    Poin di atas lengkap euyy:)
    Saya yang belum bikinin anak blog dan ikut workshop kepenulisan anak..Great idea. Thanks Mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo mba anaknya dibikinin blog. Cari yang tamplate lucu-lucu biar anaknya senang. Terima kasih udah mampir...

      Hapus
  4. Mbak Haeriah luar biasa hebat...... Sudah menulis banyak buku Best seller di penerbit mayor pula. Lebih terpukau lagi ternyata kesukaan membaca ditularkan pula ke anak anaknya, dibikinin Blog pula.

    4 jempol deh mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak hebat kok mba, biasa aja. Alhamdulillah, senang ya melihat anak-anak suka membaca.

      Hapus
  5. Anak2ku paling suka kalau kuajak ke perpus dan toko buku mbak. Alhamdulilah di rumah ada pojok membaca jg :D
    Cuma kalau menulis blm, mereka bisanya masih sebatas coret2 hehe
    TFS
    Btw aku punya bukumu lho mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, senang ya melihat anak-anak suka membaca. Suka membaca itu merupakan bekal untuk nantinya bisa menulis. Buku yang mana nih mba April? Trus gimana kesannya? Semoga bermanfaat ya...

      Hapus
  6. keren nih mbak. patut diacungi jempol. Trnyata pengaruh puang pd mbk sngt kuat yaa. sukses slalu buat kelima anak mbk. salam buat mereka, buat khaulah jga hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, melihat orang tua senang membaca dan menulis, lama-lama kita juga ikut-ikutan. Insya Allah, disampaikan salamnya...

      Hapus
  7. Wah, anak-anaknya sudah punya blog. Jadi kepikiran mau bikinin si sulung yang 7 tahun juga. Keren ah, idenya. :0

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo mba, dibikinin. Anaknya insya Allah bakal suka.

      Hapus
  8. Terima kasih tipsnya kak. Ditunggu karya-karya berikutnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama. Doakan semoga bisa istiqomah menulis lagi...

      Hapus
  9. Maaf salah sebut nama. Maksud saya mbak Haeriah 🙈

    BalasHapus
  10. Tipsnya keren. Mudah2an bisa dipraktikin kalo udh punya bocah

    BalasHapus
  11. Subhanallah Mbak keren karyanya sudah banyak, semoga virus semangat menulisnya menular ke saya.

    BalasHapus
  12. aku ingin membuat perpustakaan pribadi yang terbuka untuk umum. Setidaknya untuk para tetangga supaya minat baca anak-anak semakin tinggi. Doakan ya, Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Impian yang sama, Mba. Semoga cita-cita kita itu segera terwujud

      Hapus
  13. punya pepus pribadi itu impuanku sejak lama. dan hampir sama dengan Mba Hae, kakekku juga suka sekali membaca, termasuk bapak. Beda dengan mamak yang sering jengah jika melihat anaknya baca buku karena juka sudah baca buku jadi sulit diminta membantu pekerjaan rumah. muehehe.

    barakallah, bukunya terbit mayor, semoga saya juga tertular. aamiin... Kmrn dapat hadiah bukunya Mba Hae dari ODOP BM tapi belum sempat baca :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyik pastinya ya mba kalau punya perpustakaan. Rencana nanti kalau dah balik indonesia dan punya rumah sendiri, saya pengen bikin taman bacaan buat warga sekitar. Saling mendoakan ya mba biar impian2 itu bisa terwujud.

      Hapus
  14. Perpustakaan pribadi, impian sejak lama nih :)
    Keren tipsnya mba.
    Terima kasih sharenya.

    BalasHapus
  15. Wah hebat kecil-kecil udah dibiasakan untuk menulis. Semoga bisa menular buat nerbitin buku heheh Amiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, mohon doanya aunty biar si kecil bisa menerbitkan buku.

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging