Pengalaman Melakukan Isolasi Mandiri Pada Anak

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Minggu, April 26, 2020


Beberapa waktu lalu, kami terpaksa memulangkan dua anak yang berada di perantauan, si sulung kuliah di Bogor dan si nomor empat yang mondok di Depok. Langkah ini terpaksa diambil karena kami khawatir nasib kedua anak tersebut di tengah semakin merebaknya wabah COVID 19 ini. Apalagi, di kedua kota tersebut, kami tidak punya keluarga sehingga anak-anak akan benar-benar sendiri sekiranya nanti kebijakan pemerintah memberlakukan kebijakan lockdown atau karantina. 

Akhirnya, kami membelikan tiket kepulangan untuk kedua anak tersebut. Kami memilih maskapai Citilink setelah membaca status medsos salah seorang teman di dunia maya. Kata teman, maskapai tersebut menerapkan aturan pembatasan jarak antar penumpang sehingga menurut kami cara ini akan lebih aman bagi anak-anak daripada mereka menggunakan pesawat yang  semua kursinya terisi penuh. (Kami kurang tahu, apakah hanya maskapai ini yang menerapkan aturan ini atau semua maskapai telah menerapkannya saat itu.)

Agar lebih aman, kami juga membelikan kursi prioritas yang berada di bagian paling depan sehingga anak-anak tidak perlu melewati banyak orang. Kami juga berpesan agar anak naik belakangan saja karena toh tempatnya tidak akan berubah. Semuanya kami lakukan demi menjaga keamanan dan keselamatan anak-anak.



Keduanya dijadwalkan pulang ke Makassar pada tanggal 28 Maret 2020. Waktu tersebut kami pilih karena bertepatan dengan selesainya masa observasi selama 40 hari si nomor 4. Kebetulan juga, santri baru diberi kesempatan libur selama 3 hari, jadi sekalian anaknya kami jemput pulang saja. 

Sebenarnya, saya pinginnya anak-anak ngumpul di Malaysia aja, tempat saya, suami, dan si bungsu berada saat ini. Qadarallah, Malaysia telah memberlakukan lockdown sehingga tidak memungkinkan bagi anak-anak untuk pulang ke sini. Jalan terbaik adalah pulang ke Makassar, setidaknya di sana masih ada keluarga besar yang bisa mengawasi mereka. Selain itu, anakku yang nomor dua dan nomor tiga juga sudah berada di sana.

Baca Juga: Menularkan Kebiasaan Membaca dan Menulis Pada Anak

Sabtu, 28 Maret 2020


Pagi-pagi sekali, saya sudah menghubungi si sulung. Sekali lagi, saya memastikan kalau ia sudah siap untuk menjemput adiknya di Depok. Beberapa hari sebelumnya, kami sudah memintanya untuk sekalian mengepak semua barang yang ada di kost-annya. Kebetulan juga, kami sempat menitipkan beberapa barang di kostannya karena ada rencana kami sekeluarga akan pindah ke kota hujan tersebut. 

Jadi, sekiranya wabah ini terus berlanjut dan si sulung tidak mungkin untuk kembali ke kostan sementara kost-annya habis di bulan Juni, barang-barang dan motor si sulung akan diambil mahasiswa suami yang memang tingga di kota tersebut. 

Kalaupun terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, suami juga udah pasrah. Katanya,

"Harta bisa dicari, yang penting anak-anak bisa berada di tempat yang aman terlebih dahulu."

Duh, mendadak mewek....

Kembali ke si sulung ...

Si sulung meninggalkan kost-annya sekitar jam 8.00 pagi. Jalanan yang tidak seramai biasanya membuat perjalanannya lebih singkat. Sekitar pukul 9.00 pagi, si sulung tiba di pesantren si nomor empat. Saya pun segera menghubungi ustadzah si nomor empat dan memberitahukan kalau abangnya sudah tiba dan menunggu di luar.

Si nomor empat pun keluar. Qadarallah, mobil teman suami yang rencananya akan menjemput dan mengantar mereka ke bandara belum tiba di pondok. Usut punya usut, ternyata mereka pakai acara nyasar dulu sebelum tiba di tempat ini.


Sekitar pukul 10 pagi, keduanya berangkat setelah sebelumnya melewati dan memastikan mereka menaati prosedur yang kami tetapkan. Lagi-lagi jalanan yang sepi membuat perjalanan berlangsung lebih singkat dari biasanya. Sementara kami yang jauh, tak henti-hentinya menelepon dan mengirimkan SMS untuk memantau keduanya.

Alhamdulillah, sekitar jam 18 sore, keduanya tiba di Makassar. Di rumah, keluarga juga sudah menyiapkan "prosesi penyambutan". Sebelum masuk rumah, mereka diminta melepaskan pakaian luar dan membersihkan koper serta tasnya dengan cairan disinfektan. Setelah itu, mereka langsung menuju kamar mandi dan mandi bersih di sana. 

Kami sudah menyiapkan lantai dua sebagai ruangan isolasi mandiri selama 14 hari. Kebetulan ada dua kamar kosong yang bisa ditempati masing-masing anak. Adapun untuk urusan makan dan minum, anakku yang nomor dua dan nomor tiga yang akan menanganinya. Mereka akan meletakkan makanan dan minuman di ujung tangga sehingga tak ada yang bersentuhan fisik dengan kedua anak yang akan diisolasi tersebut.

Si Nomor Tiga Demam


"Khaulah demam!" lapor si sulung mengenai kondisi terbaru adiknya. Saat itu sudah memasuki hari kedua kedatangan mereka. 

Deg, mendadak dadaku terasa sesak, kepalaku pun terasa migren. "Ya Allah, apakah Khaulah terkena ...?"

"Hush, jangan berpikir yang tidak-tidak. Insya Allah, anak-anak baik-baik saja. Kita doakan mereka dari jauh" ujar suami yang melihatku mulai limbung.

Si sulung mulai memainkan perannya. Dengan penuh perhatian, dia merawat adiknya. Memberikan obat, menggosok punggung, betis, dan kening adiknya dengan minyak kayu putih, membuatkan teh hangat, dan memastikan adiknya merasa nyaman.

Tantenya juga mengabarkan kalau petugas puskesmas akan datang memantau demam Khaulah. Namun, yang ditunggu tidak juga datang. Mungkin sibuk di tengah wabah yang semakin hari semakin banyak memakan korban.

Ketika keesokan harinya, demam Khaulah tidak juga turun, terpaksa tantenya memberanikan diri naik dan memastikan kondisi keponakannya. Sebenarnya, saya sudah melarang karena takut terjadi apa-apa. Namun, katanya dia hanya sebentar di atas dan juga mengenakan masker serta memakai hand sanitizer.

Alhamdulillah, siang menjelang sore, panas Khaulah mulai turun. Dia juga sudah merasa enakan. Sebagai emak yang berada jauh darinya, mendadak lega banget.

Qadarallah, setelah demam mereda,  terbitlah diare. Ya, Khaulah kembali kena diare.  Oalah, saya pun kembali dilanda kecemasan.  Apalagi, saya sempat membaca artikel yang mengatakan kalau diare termasuk salah satu tanda-tanda terkena COVID 19. Rasa khawatir, cemas, dan panik membuatku ikut-ikutan lemas di sini.

Alhamdulillah, setelah tiga hari diare, Khaulah pun sehat kembali. Lega banget rasanya. 


Masa Isolasi Mandiri pun Usai



Setiap hari, saya dan suami selalu menghubungi anak-anak. Meminta dua anak untuk bersabar menjalani masa isolasi mandirinya dan meminta dua anak yang lain untuk bersabar memenuhi kebutuhan dua saudaranya yang katanya bak raja dan ratu karena semuanya serba dilayani.

Sementara saya di Malaysia, sangat rajin menghitung hari. Berharap hari segera berlalu dan masa 14 hari itu segera tiba. Masa-masa yang sangat menentukan apakah virus yang tak kasat mata itu ada atau tidak di tubuh anak-anakku.

Setelah masa 14 hari lewat, anak-anak berada dalam kondisi yang baik-baik saja. Alhamdulillah, puji syukur atas kesehatan yang diberikan-Nya kepada anak-anakku. Setelah itu, barulah saya bisa bernapas lega, bisa tersenyum lebar, dan  bisa tidur nyenyak. Anak-anak juga senang karena sudah bisa berkumpul kembali bersama keluarga yang ada di sana.

Namun, wabah ini belumlah berakhir dan entah sampai kapan semua ini akan berakhir. Kita hanya bisa berdoa semoga wabah virus ini segera berlalu dan kita selalu diberi kesehatan dan kesabaran menjalani masa-masa karantina di rumah aja.

Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.

*

  • Share:

You Might Also Like

54 Comments

  1. Smoga keadaan lekas membaik dan bisa segera berkumpul lagi ya mbak. Aminn
    Keponakan aku juga sepulangnya dari pondok langsung diisolasi mandiri mbak. Alhamdulilah tidak memiliki gejala apapun begitu sampai di kota langsung di tes suhu dan serangkaian tes lain sehingga cukup di karantina mandiri. Sekarang udah lebih dr 14 hari

    BalasHapus
  2. Duh Bun, berada jauh dari anak-anak dalam kondisi begini rasanya pasti nano-nano. Wajar banget kalau Bunda ingin anak-anak yang ada di Indonesia berkumpul dulu. Saya pun tahu ada banyak teman yang kondisinya sama. Terpisah dari anak-anak dan suami yang tengah menuntut ilmu atau belajar di luar negeri. Semoga wabah ini lekas usai dan setiap keluarga bisa berkumpul kembali. Aamiin.

    BalasHapus
  3. Doa bareng 2 agar wabah Corona selesai n jujur sy pun takut bila ada yang kena

    BalasHapus
  4. Gak kebayang gimana khawatirnya seorang Ibu yang jauh dari anak menghadapi kondisi itu
    Semoga wabah ini segera berakhir DNA kita bisa hidup normal kembali

    BalasHapus
  5. Syukurlah semua berakhir dengan baik ya kak, memang kesadaran kita untuk isolasi perlu lebih dipahami.
    Salut dengan kakak sebagai orang tua dan anak yang mampu menyelesaikan sema ini dengan tidak gopoh.
    Kwpanikan bisa teratsai, semoga dicontoh buat keluarga lain

    BalasHapus
  6. Kebayang Mbak berjauhan dari anak di pesantren di saat wabah begini. Anak-anak saya juga mulai ga betah, pengin main keluar soalnya banyak variasi di luar. Namun demi kepentingan bersama ya kudu nurut, semoga wabah segera berlalu dan kehidupan berlangsung normal kembali. Anak-anak sehat, ekonomi kuat.

    BalasHapus
  7. Wah masyaAllah, saya bacanya ikut deg-degan Bund, apalagi sampe demam, tapi Alhamdulillah baik-baik saja. kalau berjauhan begini, sebagai orangtua hanya bisa bantu doa dan semangat ya. Alhamdulillah putranya soleh-soleh, si kakak dan adik kompak dan sabar walaupun ga bareng orangtua. Sehat-sehat ya utk Bunda & keluarga.

    BalasHapus
  8. Ya Allah Mba. Ikut deg-degan baca ceritanya. Alhamdulillah semua berlalu dengan baik. Iya, semoga wabah ini pun segera berakhir.

    BalasHapus
  9. Peluk erat buat bun Hae. Salut selalu dengan bun hae yang bisa tetap berkoordinasi baik dengan anak-anak walaupun berpisah jarak. Semoga pandemi ini segera berakhir, sehingga bun Hae bisa segera berkumpul bersama anak-anak kembali

    BalasHapus
  10. Mbak, duh tak kebayang itu rasanya gimana. Pas lagi jauh dari anak, anaknya sakit dan di masa yang begini pula. Syukurlah sehat semua akhirnya ya. Dan semoga kita semua terhindar dari sakit ini. Mari doakan saja semoga pandemi ini segera berakhir

    BalasHapus
  11. Duh ini terjadi pada sulung yang Alhamdulillah karena Pandemik pulang ke rumah nggak kost dulu, tapi ya itu risiko shooting penuh was-was ditengah Pandemik ini

    BalasHapus
  12. Wah saya yg membaca juga ngikut dek dekan bu, memang pandemi ini begitu menakutkan, semoga semua keluarga sehat ya dan pandemi ini cepat berakhir :)

    BalasHapus
  13. Memang masa pandemi ini sangat menakutkan ketika anggota keluarga demam dan memiliki gejala. Semoga wabah ini berlalu dan anak-anak bisa kembali melanjutkan sekolah dan kegiatannya.

    BalasHapus
  14. Ga kebayang mbak saat merasakan anak demam di masa pandemik gini. Semoga wabah ini segera berakhir ya, semoga Allah senantiasa melindungi kita semua ya mbak, aamiin

    BalasHapus
  15. Salfok sama tempat tinggal Mba...ternyata tinggal di Malaysia ya Mba..hehe baru tahu. Rencana tinggal di Bogor kapan Mba..? Maaf kepo hahaha..

    BalasHapus
  16. iya nih kita jadi parno sendiri dengan adanya flu bernama covid-19. mau tak mau kita harus paham cara mengisolasi karena memang cara satu satunya sementara adalah mencegah, vaksinnya belum di temukan dan memakan waktu yang lama. hiks

    BalasHapus
  17. Saya membaca artikel ini ikutan deg-deg an, mba. Dalam situasi seperti ini dan kondisi anak2 yang berjauhan. Alhamdulillah masa 14 hari bisa dilewati dengan baik.
    Semoga kita semua selalu dalam lindungan sehat dan wabah ini cepat berakhir ya. mba.

    BalasHapus
  18. Ikut deg-degan bacanya, syukurlah anak-anak kembali sehat ya bun. Sekarang memang wajib waspada jika ada anggota keluarga yg sakit dan habis dari berpergian. Gejala yg paling terlihat memang demam tinggi dan diare. Semoga semua keluarga kita dilindungi Tuhan ya Bun. Terima kasih sharingnya.

    BalasHapus
  19. Pandemi COVID-19 ini memang membuat waswas. Perantau seperti saya sudah nggak mungkin mudik pas Lebaran nanti. Semoga pandemi ini segera berakhir

    BalasHapus
  20. Dampaknya begitu hebat ya. Tapi kadang masih ada, anak yang masih tidak terima. Untuk terus bermain diluar. Sangat susah sekali kalau di ingatkan. Semoga lekas berakhir.

    BalasHapus
  21. Anak2 remaja nih kuatirnya bosen pas karantina. Hahaha aku aja bosan setengah nati kok. Untungnya sudah berakhir yaa, keren anak2!

    BalasHapus
  22. Pasti cemas sekali kalau anak lagi dirantau pas suasana begini. Apalagi kalau daerah tersebut udah psbb, bahkan untuk cari makan lewat online delivery pun kita ragu. Serta tidaka da keluarga yang mengawasi kalau kenapa-napa. Alhamdulillah setelah masa isolasi, anak-anaknya sehat semua ya Kak.

    BalasHapus
  23. Ya Allah saya fikir Mbak juga ada di Makassar ternyata di Malaysia. Berarti mengawasi dari malaysia langsung untuk kepulangan kedua kakak beradik ini. Masya Allah. Semoga segera berkumpul dengan keluarga besar di Makassar Mbak.

    BalasHapus
  24. Semoga selalu dalam lindungan. Dengan hidup sehat inshaAllah badan kuat menghadapi virus ini.

    BalasHapus
  25. Alhamdulillah melegakan ya kak, semoga selamanya terhindar dari virus ini. Semoga keluarga sehat2 selalu ya kak dan jgn lupa tetap jaga pola makan

    BalasHapus
  26. Banyak pengalaman memang ketika menghadapi pandemi Covid 19 ini. Saya yakin kita semua bisa melaluinya. Semoga bisa cepat berkumpul bersama keluarga ya

    BalasHapus
  27. Pengalaman seperti ini menurut saya harus banyak dishare supaya banyak orang paham ya yang pada mau melakukan isolasi mandiri.

    BalasHapus
  28. bisa dicontoh ya konsep isolasi mandirinya di setiap rumah

    BalasHapus
  29. Butuh peran serta keluarga ya untuk isolasi mandiri ini.
    Semoga kita semua diberi kesehatan ya, dan pandemi ini segera berakhir

    BalasHapus
  30. Semoga adik2 selalu dalam lindungan Allah, Bund. Semoga pandemi ini juga segera berakhir

    BalasHapus
  31. Untunglah demam biasa . . Memang sakit di tengah pandemi ini semakin membuat parno. . Semoga kita diberi kesehatan dan dijauhkan dari sakit penyakit . . Amin

    BalasHapus
  32. Ya Allah, Mbak, dirimu strong banget. Gak kebayang aku harus jauh-jauhan kayak gitu dalam kondisi kayak gini pula. Tapi memang sudah pilihan terbaik, Mbak. Daripada saling mendatangi malah potensi risikonya makin besar. Semoga badai segera berlalu, biar bisa kumpul lagi. Amiin.

    BalasHapus
  33. Masyaallah Mbak saya terharu baca ceritanya di atas. Ga enak banget pastinya hanya bisa mengawasi dari jauh sedang 4 anak sedang berjuang dlm langkah pencegah. Alhamdulillah, hasilnya menggembirakan. Semoga bisa cepat kembali berkumpul bersama mereka ya Mbak.

    BalasHapus
  34. semoga kita semua dalam lindungaNya ya. apalagi di masa pandemi begini, sehat selalu untuk anak2nya :)

    BalasHapus
  35. Kalau ada anggota keluarga yang demam di masa pandemi ini pasti rasanya worry sekali...
    Makanya langkah pencegahan harus kita lakukan...
    Untunglah kisah anakmu berakhir baik ya mba.. :)

    BalasHapus
  36. Duh jadi terharu ya Mbak. Apalagi saat anak sakit dan posisinya jauh dari kita. Terharu sama si sulung. Semoga jadi anak yg sholeh. Dan semoga pandemi ini segera berlalu ya Mbak, aamiin

    BalasHapus
  37. saya dan keluarga waktu awal-awal ada berita wni positif semuanya lagi kena flu. jadi takut keluar karena saya kalau sudah flu sering bersin ga tau tempat XD alhamdulillah semuanya ga ada yang serius dan hanya flu biasa

    BalasHapus
  38. Ya Allah mbak... Aku ikutan nangis dan merinding baca kisah ini. Gak kebayang gimana rasanya pisah negara dengan anak-anak. Gelisahnya tak tertahan. Bisa-bisa nangis terus. Semoga kita semua disehatkan ya mbak. Aamiin....

    BalasHapus
  39. keren banget mba keluarga di Makassar mau fasilitasin buat isolasi mandiri. kebayang tapi mba jarak jauh dari anak terus sakit huhu. alhamdulillah sehat-sehat semua ya.

    Oiya mulai 4 Mei katanya lockdown di Malaysia mulai longgar ya mba?

    BalasHapus
  40. Pasti cemas ya, mbak dalam kondisi seperti ini anak anak jauh. Semoga wabah ini cepat berlalu. Kita bisa beraktifitas seperti biasa.

    BalasHapus
  41. Saya yang baca aja ikut tegang. Semoga anak2nya sehat terus mba. Semoga pandemi cepat usai ya

    BalasHapus
  42. Isolasi ini memang merupakan langkah yang sangat tepat untuk mencegah semakin merebaknya virus COVID-19 ini. Semua dimulai dari kita, sebisa mungkin jangan keluar rumah #staysafe #stayathome

    BalasHapus
  43. Tetap sabar dan yakin kak. Insya allah keadaan membaik dan normal lagi yak. Semoga kita semua dilindungi dan diberikan kesehatan oleh Allah Swt

    BalasHapus
  44. Wah, Mbak ternyata anaknya udah ada yang kuliah, ya? Pasti rasanya pengen benget berada bareng anak, apalagi pas lagi Demam. Semua juga berharap pandemi ini cepat berlalu agar bisa kembali beraktivitas tanpa rasa khawatir

    BalasHapus
  45. Alhamdulillah turut merasa lega anak²nya Mba Haeriah sehat² semua..sebagai ibu memang rasanya gak karu²an kl pisah² ama anak²nya ya. Sy aja saat si no 1 dan 2 msh dilockdown di pondoknya setiap hr gak nyenyak tidur. Udah ngumpul kaya sekarang br lega

    BalasHapus
  46. Ya Allah mbaaa, ikut ngerasain banget cemasnyaaa. Semoga badai corona ini lekas berlalu yaaa, dan sehat-sehat untuk mbk sekeluargaaaa

    BalasHapus
  47. Saya jadi inget sepupu yang pulang ke Bogor kemarin. Dia ceritanya kuliah di Surabaya. Sama kaya anak-anaknya mbak, sama om akhirnya diminta pulang aja melihat situasi yang makin mencemaskan.

    Pulang sudah pakai peralatan perang. Selama di kereta dia pakai jas hujan dan APD lain. Begitu sampai stasiun, langsung mandi dan ganti baju. Di rumah juga gitu, langsung bersih diri dan dikarantina.

    Sama kaya mbak juga, saya juga cemas kalau anak saya batuk, pikiran aneh-aneh mulai muncul. Alhamdulillah dia baik-baik saja. Masih aktif seperti biasanya.

    BalasHapus
  48. Alhamdulillah, anak2ku sudah mulai terbiasa stay at home. Ngga pernah keluar sama sekali kecuali berjemur. Semoga pandemi ini segera berlalu :(

    BalasHapus
  49. semoga pandemi covid-19 ini segera berakhir sehingga kita bisa menghirup kebebasan tanpa perlu takut lagi ya mba, dan tentu jadi terbatasnya ekspresifnya anak-anak karena tidak boleh bermain di luar rumah

    BalasHapus
  50. Semoga pandemi segera berakhir ya mba, walaupun anakku serumah denganku tapi aku juga menerapkan isolasi buat dia mba ndak pernah dia keluar pagar soalnya was was juga kalau sampai pergi pergi

    BalasHapus
  51. Sebagai seorang ibu pasti ini berat yagh gak tenang rasanya, aq aja anak msh bayi tp gk berani bawa keluar rumah sejak adanya covid

    BalasHapus
  52. Aku jg punya pengalaman nih mba ngalamin isolasi mandiri selama 14 hari di rumah karena suami habis berinteraksi dg org yg positif rapid test, semoga segera berlalu ya pandemi ini

    BalasHapus
  53. Wabah belum berakhir, dan rasanya kita mulai terbiasa dengan hidup yang seperti saat ini ya Mba. Saya nggak sanggup membayangkan betapa khawatirnya Mba yang juga jauh dari anak anak. Alhamdulillah berakhir baik. Semoga kita semua sehat sehat selalu ya.

    BalasHapus
  54. Alhamdulillah si sulung udah bisa diandalkan, yaa. Senangnya punya anak-anak yang bisa bertanggungjawab begitu terhadap adik-adiknya. Akupun pernah merasakan pilu dan cemas saat anak sakit jauh dari kita. Alhamdulillah, udah terlewati ya, Mbak. Semoga pandemi ini segera berakhir. Aamiin

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging