Serunya Menjadi Pengasuh Bayi di Negeri Orang

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Senin, Februari 25, 2019


Saat berlibur di Makassar, bulan Desember kemarin, sebuah pesan WAG kelas Hilyah menarik perhatianku. Salah seorang cikgu Hilyah di Tadika mengirimkan pesan kalau ia membutuhkan seorang baby sitter yang bisa mengasuh bayi yang baru saja lahir di bulan November kemarin. Kebetulan, cutinya akan habis di awal Januari sehingga ia membutuhkan jasa pengasuh bayi.

Setelah meminta persetujuan suami dan beliau setuju, kami pun men-wapri cikgu tersebut. Dan, jawaban sang cikgu adalah ia akan meminta pertimbangan suaminya juga. Sempat terbetik kekhawatiran dari sang cikgu mengingat kami bukan warga negara sana. Khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Karenanya, sang cikgu belum bisa memberikan jawaban.

Hingga masa liburan berakhir dan kami harus kembali ke Terengganu, belum juga ada jawaban dari sang cikgu. Entah menerima atau menolak pengajuan kami. Hingga kemudian suami kembali men-japri sang cikgu dan jawabannya mereka akan menitipkan bayinya padaku.

Anak-anak langsung senang mendengar kabar itu. Siapa sih yang gak suka anak bayi, meski bukan anak sendiri. Saya juga senang karena akan mendapat "teman" baru, jadi tidak sendirian lagi ketika dua putri kecilku ke sekolah.

Menjadi Pengasuh Bayi

Sebenarnya, ini bukan pengalaman pertamaku menjadi seorang pengasuh bayi. Sebelumnya, saat masih tinggal di Bangi Kajang, Selangor, saya juga sempat mengasuh seorang bayi. Namanya Sumayyah, anak dari kawan suami yang keduanya masing-masing bekerja sebagai dosen dan wiraswasta. Kebetulan, kita tetanggaan flat di sana. Saat dititipkan, usianya pun tidak berbeda jauh dengan bayi Cikgu Hilyah, 3 bulan.

Saya mengasuh Sumayyah, kurang lebih hingga bayi molek itu berumur 9 bulan. Saat itu, Sumayyah sudah bisa merangkak dan kemudian berdiri dengan berpegangan pada benda yang ada di hadapannya. Satu hal yang membuatnya sangat unik adalah kebiasaannya mengulum jempol kakiku. Hal itu dilakukannya saat saya duduk berselonjor atau sedang berbaring di sofa. Tentu saja saya langsung menarik jempolku keluar dari mulutnya dan terus menerus memberitahukan kalau ia tidak boleh melakukannya. Namun, namanya juga bayi. Besok dan besoknya ia kemudian melakukannya lagi. Akibatnya, saya selalu menutupi jempol kakiku, meski kalau lengah Sumayyah telah siap meluberkan liurnya di sana.  Oalah...

Meski demikian, Sumayyah bagi kami adalah berkah. Sebagaimana mitos orang-orang tua dahulu bahwa perempuan yang dikencingi atau mengasuh seorang bayi maka ia juga akan hamil. Tentu saja, kami tidak percaya mitos tersebut, meski beberapa kali keluarga di Makassar mengingatkan akan hal tersebut. Katanya, "Hati-hati mengasuh anak orang, biasanya si pengasuh juga akan ikutan hamil."

Dan, tiga bulan sejak mengasuh Sumayyah, saya ternyata positif hamil. Padahal, si bungsu kala itu sudah berusia 6 tahun dan kami pun mengira kalau ia tidak akan punya adik lagi. Apalagi, mengingat usiaku yang menjelang 40 tahun. Alhamdulillah, berkah ini mah.

Kondisi seperti itulah yang mau tidak mau membuat orang tua Sumayyah kemudian berpikir untuk mencari penggantiku. Bukan apa-apa sih, sama seperti saat kehamilan sebelumnya, di kehamilan yang kelima ini saya juga mengalami mual dan muntah yang hebat. Takutnya, Sumayyah jadi gak kepegang karena kondisiku tersebut.

Namun, mencari babysitter yang terpercaya memang tidak semudah membeli keropok lekor (kerupuk khas Malaysia). Tahu sendiri kan, banyak kisah seram yang terjadi antara pengasuh dan anak asuhnya. Tentu, tak seorang pun menginginkan hal tersebut terjadi pada anak-anak yang mereka amanahkan kepada orang lain. 

Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan, orang tua Sumayyah kemudian pindah rumah. Untuk selanjutnya mereka akan tinggal bersama orang tua yang telah sepakat untuk menjaga Sumayyah selama ayah dan ibunya bekerja.

Sejak itu, saya belum pernah bertemu Sumayyah maupun orang tuanya lagi. Duh, mendadak jadi kangen nih sama Sumayyah. 


Sebelumnya juga, saya pernah dititipi anak saat menetap di sebuah kota kecil di Provinsi Sulawesi Selatan. Namanya Faiz, umurnya kurang lebih setahun. Saat dititipin, saya juga dalam kondisi hamil anak kedua. Saat itu, saya tidak terlalu kewalahan mengasuh Faiz karena ada om dan tante yang senantiasa membantu (saat itu, kami numpang di rumah tante). Namun, saya hanya sebentar mengasuh Faiz karena kami kemudian pindah ke kontrakan baru yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal Faiz. Orang tua Faiz pun kemudian mencari pengasuh baru karena kesulitan jika harus bolak-balik setiap hari.

Oke, kembali ke bayi Cikgu Hilyah

Sayangnya, beberapa hari kemudian cikgu Hilyah menelpon kalau tidak jadi menitipkan bayinya. Katanya, neneknya yang akan menjaga si cucu selama ibu dan bapaknya bekerja.

Yowis, meski rada kecewa, terutama anak-anak, kami harus menerima kabar itu. Okelah, artinya saya bisa lebih fokus menulis ketika suami dan anak-anak berada di tempat aktivitasnya masing-masing. 

Namun, dua hari kemudian, cikgu Hilyah kembali menghubungi kami. Katanya, nenek si bayi tidak jadi menjaga cucunya. Kalau kami masih mau, mereka ingin menitipkan si bayi padaku. Dan, kalau iya, mereka akan datang besok untuk berkunjung sekaligus mengenalkan kami pada si bayi.

Dan, di sinilah si baby Aisyah berada. Sejak 8 Januari kemarin, dedek bayi senantiasa meramaikan rumah kami. Duh, senangnya. Tak lupa, sesekali suami menggodaku. "Awas lho, ntar kejadian kayak dulu lagi. Hilyah punya dedek bayi juga....."


What? Ini baiknya diaminkan atau tidak, ya?

  • Share:

You Might Also Like

40 Comments

  1. Aku enggak mengAamiinkan.

    Udah risiko umur Mbak..sayangi diri dan calon bayi lebih baik hindari hihihi
    Menurutku sih...:D
    Seneng ya..kini ada temen baby Aisyah sambil nunggu Suami dan anak pulang ke rumah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget, enakan menimang cucu aja, ya, Mba..... Kebetulan barusan dedek Aisyah nya udah pulang juga...

      Hapus
  2. Maaf Bun aku gak ngerti, di luar ini kalau mengasuh, anaknya tinggal bersama kita ya? Kalau baby sitter di sini kan tinggal sama majikannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh berarti saya salah, ya? Kirain baby sitter tuh pengasuh bayi, gak masalah di luar atau dalam rumah. Terima kasih masukannya.

      Hapus
  3. keropok lekor itu apa sih bun? wkwk. Bun hae rejeki anaknya lebih baik kasih aku ajaaa, wkwkwk. Bunhae cukup lima, kalo mau enam langsung di transfer ke aku wkwkwk *emang bisa, heu. Besok aku jadi baby sitter ah biar ketularan punya bayi hiya hiya hiya ~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keropok lekor tuh kerupuk ikan khas Malaysia.Alhamdulillah, diberi rezeki anak banyak plus jagain anak orang. Btw, boleh dicoba tuh

      Hapus
  4. Asyiknya dekat-dekat sama bayi lagi. Kadang-kadang kangen lho punya bayi meskipun terbayang riweuhnya juga, wkwkwk ...

    Kalau ijin tinggal di sana memang dibolehkan buat bekerja ya, Bun. Kalau orang asing di sini yang statusnya sebagai pengikut suami yang TKA, sama sekali nggak boleh kerja. Mengajari ketrampilan pun nggak boleh meskipun nggak dibayar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berdekatan dengan bayi memang sangat menyenangkan.

      Hapus
  5. Mau dong mbak aku aja yang asuh bayinya kalo ngasuh aku jadi hamil. Huhu pengen banget.. semenjak keguguran belum isi lagi. Aku aminkan aja yah mbak doanya. Banyak anak banyak rejeki aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu prinsip Bapakku Rahimahullah, banyak anak banyak rezeki. Alhasil, bapak punya 9 anak. Gak beda jauh dengan saudara2nya yang rata-rata punya anak 10.

      Hapus
  6. Melihat dan berdekatan dengan bayi memang seru meski riweuh banget. Senang ya mbak, bisa jaga bayinya cikgu Hilyah. Jadi ada teman buat ngobrol saat ditinggal anak anak sekolah.

    BalasHapus
  7. Wah negerinya upin ipin😁😁 ngasuh Bayi emang menyenangkan ya mbak... Apalagi klo anak2nya udah pada gede. Kangen maen sama Bayi jadi terobati.

    BalasHapus
  8. Percaya ga percaya ya. Ngasuh anak org dan dikencingi bs hamil ys.

    BalasHapus
  9. Aamiin kan ga ya hihi.
    Seru kalau ngasuh bayi, apalagi bayinya lucu dan gemesin berasa punya hiburan kan jadinya

    BalasHapus
  10. Masya Allah Mba cerita yang menarik. Baru kali ini aku melihat ada keluarga yang semangat mengasuh dan menawarkan diri mengasuh anak orang. Pasti mengasuhnya dengan cinta ini mah ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena saya dan suami berasal dari keluarga yang rame, saya 9 bersaudara dan suami 8 bersaudara.

      Hapus
  11. Siniii titipin ke saya biar nggak sepi ini rumah dengan penghuninya yang punya banyak kesibukan hayya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak2 udah besar, ya, Mis....Udah sibuk dengan urusannya masing-masing

      Hapus
  12. Aamiin...semoga bisa menimang lagi. Saya sendiri masih ada anak 2 tahun kalo lihat baby seperti pengen nggendong lagi...

    BalasHapus
  13. Mendapatkan orang yang membantu mengasuh bayi yang tepat itu kadang terasa suliiiit sekali bagi ibu pekerja seperti saya. Salut lho saya sama mbak Hae yang beberapakali membantu mengasuhkan bayi atau anak kecil. Tidak semua orang mau membantu seperti ini. Semoga dibalas dengan rejeki yang berlimpah untuk keluarga mbak,aamiiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.

      Jadi ingat adikku yang suami istri bekerja di luar. Anaknya yang berumur setahu dititip di daycare. Coba kalau sekota, nitipnya bisa ke saya aja...

      Hapus
  14. Wah, ternyata Mbak Hae penyuka anak2 sekali, ya. Karena ga semua ibu bisa ngasuh anak2 lain, lho. Saya pun akan pikir2 dulu :)

    Hihi, lucunya tingkah Sumayyah yg hobi ngemut jempol sang babysitter. Dan sekarang ada Aisyah pula sebagai gantinya.
    Hmm, doain dapet adek lagi kagak, ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya gak usah didoakan deh, Mba. Sadar umur, mah....

      Hapus
  15. Itu mitos atau fakta ya? Saya nggak pernah denger yang sepert itu. DItitpin bayi terus ikutan hamil, hehehe. Diaminkan nggak ya? Semoga Allah beri yang terbaik deh bun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, mitos ini marak di lingkungan kami. Kirain, juga marak di tempat lain...

      Hapus
  16. Sekarang aku giliran ngasuh anak kecil lagi nih. Eeeh...cucu deng. Hehe...
    Walaupun semangat, tetapi terasa uy tenaga udah mulai berkurang. Bangkit dari jongkok berdiri aja susah...
    Yawda ngasuhnya nyuapin, baca buku, main yang ringan-ringan, daaan ngelonin (trus ikut tidur)...haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah, mba Hani udah ada cucu. Senang pastinya.
      Baby bobo, eyangnya ikutan bobo. Hahaha...

      Hapus
  17. wahhh cerita mengasuh anaknya cukup panjang ya, mbak. Bener2 berpengalaman nih.
    sudah cukup lah mbak untuk nambah lagi, hihihi. sekarang menunggu cucu aja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sengaja dipanjangin biar disukai Google, hehehe...

      Hapus
  18. Amin mba hehehehe seneng ya mba punya anak banyak Ndak pernah sepi rumahnya hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini rumah lagi sepi karena ketiga anakku sedang merantau mencari ilmu. Di rumah, tinggal dua anak. Inipun, rencananya yang keempat juga akan mondok tahun ini...

      Hapus
  19. Hahahahaha.... Aamiin biar tambah ramai rumahnya Bunda. Seru juga kalau jadi tiga pasang ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rumah rame kayaknya nunggu lebaran aja. Ini anak-anak udah pada menyebar.

      Hapus
  20. Faiz.. Namanya sama dengan babyboy ku. Semoga mba Haeriah selalu dilimpahkan kesehatan agar bisa mengasuh bayi bayi lucu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya,baby mba Sri kan namanya Faiz. Masya Allah, titip sun sayang buat dedek Faiz, ya, Mba...

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging