Entah karena kebanyakan membaca cerita
backpackeran para traveller atau memang karena dasarnya saya suka yang anti
mainstream, akhirnya kok kepikiran terus gimana rasanya
ngemper di bandara. Nah lho, aneh kan? Di saat orang-orang berlomba pengin
merasakan hotel berbintang, saya malah pengin merasakan ngemper di bandara.
Oalah...
Setidaknya,
itulah yang dikatakan suamiku. Aneh. Tapi takpe, yang penting doi mengizinkanku
ngemper di KLIA 2. Yessss. (Btw, bukan kisah baru sih karena kejadiannya bertepatan saat berlangsungnya Piala Dunia 2018 yang lalu. Tapi, insya Allah masih enak untuk dinikmati.*setidaknya kenangan itu tak ingin saya hilangkan begitu saja dan cara untuk mengabadikannya adalah dengan menuliskannya.)
Alhamdulillah,
akhirnya bisa juga merasakan keseruan ngemper di KLIA 2. Mungkin bagi sebagian
orang, ngemper tuh gak ada seru-serunya. Serunya di mana coba? Gelar tikar atau
selimut atau kain panjang di tempat umum. Belum lagi, banyak orang-orang yang
lewat. Apa gak malu diliatin orang-orang?
Itu kalau
ngempernya di pinggir jalan, mungkin saja. Tapi kalau ngempernya di KLIA 2,
pasti lain ceritanya. Asal tahu saja, bandara KLIA 2 yang super luas ini
menjadi salah satu tempat ngemper favorit bagi para backpackeran maupun para
penumpang yang terpaksa bermalam di bandara ini, lho. Trus, kata siapa kalau
tempat ini menjadi favorit? Kata saya lah. Kan baru saja saya sebutkan di atas,
hehehe.
Nah, kalau
selama ini saya hanya bisa membaca keseruan yang dituliskan oleh para
backpacker-an, kini kisah itu bisa saya rasakan dan juga tuliskan sendiri. Tentu
saja, menuliskan kisah yang pernah kita alami akan terasa lebih hidup dibanding
menuliskan pengalaman yang dialami orang lain.
Inilah Kisahku
Hari itu
liburan si nomor dua akan segera usai. Kebetulan juga si nomor tiga akan
melanjutkan sekolahnya di salah satu pesantren di Kota Makassar. Maka, berempat
dengan si nomor lima, kami pun berangkat dari tanah rantau menuju tanah
kelahiran.
Bandara Sultan Mahmud Terengganu |
Malam itu, kami pun berangkat dari Bandara Sultan Mahmud Terengganu menuju KLIA 2 dengan pesawat terakhir, dan rencanananya besok pagi baru melanjutkan kembali perjalanan dari Kuala Lumpur - Makassar dengan pesawat pertama. Otomatis, kami harus menghabiskan malam di bandara KLIA 2.
Sebenarnya,
suami menawarkan untuk menginap di hotel yang ada di sekitar bandara, atau
setidaknya menginap di capsule. Namun, saya khawatir akan ketinggalan pesawat
karena terlalu nyenyak tidur jika menginap di hotel atau capsule. (Sst, alasan utamaku sebenarnya pengen ngerasain ngemper tapi kalau terus terang bisa gak dibolehin)
Karenanya, saya memilih ngemper dekat pintu keberangkatan. Dengan begitu, saya tidak akan nyenyak tidur dan juga tidak perlu jauh dari pintu keberangkatan.
Karenanya, saya memilih ngemper dekat pintu keberangkatan. Dengan begitu, saya tidak akan nyenyak tidur dan juga tidak perlu jauh dari pintu keberangkatan.
Dengan berat
hati, suami setuju dengan permintaanku. Tentu saja, dibarengi sejuta nasihat
apalagi saya membawa anak kecil dan barang pun lumayan banyak.
Tentu saja,
sebelumnya saya browsing pengalaman para "tamu" KLIA 2 yang bermalam
di tempat tersebut. Meski dibolehkan ngemper, tentu saja tempat yang
diperbolehkan untuk ngemper bukanlah di sembarang tempat. Gak seru kan, kalau
udah gelar tikar dan selimut tiba-tiba kita dibangunkan petugas dan diusir ke
tempat lain. Tensin, pastinya.
Dan, seperti
kesepakatanku dengan suami sebelumnya, saya akan menggelar tempat ngemper di
lantai atas gedung keberangkatan/bagian imigrasi. Tempat ini memang sering dijadikan tempat
bermalam. Tempatnya yang luas serta dekat dari bagian imigrasi menjadi beberapa pertimbangannya.
Dekat dari Kedai Mamak. Sedap |
Alhamdulillah,
saat tiba di tempat ini pengunjung belum terlalu ramai. Hanya ada
sepasang suami istri sepuh yang mengambil tempat di jejeran kursi besi yang
salah satu bagiannya bisa dijadikan alas tidur, dua orang pemuda di bagian
kursi yang lain, serta beberapa orang perempuan di ujung sana.
Saat itu
mataku langsung tertuju pada sudut ruangan yang kosong, yang berada tak jauh
dari sepasang suami istri sepuh tersebut. Sudut ini paling nyaman untuk
dijadikan markas sementara.
Di Ruangan ini kami bermalam |
Saya pun
segera menggelar seprei si anak bujang, kemudian melapisinya dengan selimut dan
kain panjang. Sebagai bantal, saya melipat handuk sehingga menyerupai dua
buah bantal. Agar tidak terlalu terlihat dari pandangan mata orang-orang yang
lewat, sekeliling tempat itu saya jejeri dengan koper, ransel, dan tas-tas
kami. Beres, tempat ngemper nyaman kami pun siap untuk ditiduri.
Inilah markas sementara kami |
Meski tak senyaman di rumah, tempat emperan buatanku lumayan bisa mengurangi keletihan dan rasa ngantuk yang kami rasakan. Apalagi saat itu sudah pukul 11 malam. Dan, setelah bolak balik posisi demi bisa memejamkan mata yang tak juga mau terpejam, akhirnya saya dan si nomor lima pun tertidur. Adapun kedua kakaknya, masih belum mengantuk dan lebih memilih menghabiskan malam dengan bermain handphone. Sesekali terdengar suara hiruk pikuk dari ujung sana. Rupanya, pihak KLIA menyelenggarakan acara nonton bareng piala dunia yang saat itu memang sedang berlangsung.
Tidur usai nobar |
Sekitar pukul 02 dini hari, saya pun terbangun. Dan.....saya sangat terkejut karena di sekeliling tempatku telah "sesak" oleh orang-orang yang juga ngemper di sini. Tiba-tiba terbetik rasa malu. Jangan-jangan saat tertidur tadi ada posisi-posisi tidur yang enggak enak untuk dilihat. Berulang kali saya bertanya pada si nomor dua, tetapi katanya gak ada yang perlu dikhawatirkan.
Meski demikian, sekejap ada rasa menyesal udah menolak tawaran suami untuk bermalam di hotel saja. Kalau di hotel kan aman dan nyaman, pastinya. Eits, tapi kalau terlalu nyaman nanti malah kebablasan. Bisa ketinggalan pesawat, dong.
Daripada
menyesal berlarut-larut, saya kemudian pergi ke surau. Mumpung masih di
sepertiga malam, bisa qiyamul lail sebentar. Sebenarnya, suami menyuruhku
ngemper di surau saja. Namun, saya menolaknya. Bukan apa-apa, di surau sudah
tertempel dengan manisnya tulisan, "Dilarang tidur di sini". Nah,
kalau saya memaksakan diri mabit di sana, yang ada malah saya dicyduk petugas.
Masih untung kalau gak dipermalukan dan diminta membaca tulisan itu
keras-keras. Duh, malu lah, Bang...
Tak lupa, saya
mengajak si nomor tiga, sementara si nomor lima yang sedang nyenyak tidur
dijaga si nomor dua, sekaligus menjaga barang-barang kami.
Sekembalinya
dari surau, saya sudah tidak bisa tidur. Daripada bengong, lebih baik saya
membuka laptop dan nulis apa saja yang bisa ditulis. Alhamdulillah, jadi juga
dua buah artikel sembari menunggu waktu subuh tiba.
"Suami
kerja pensyarah kat UMT, kah?" tanya Bapak sepuh yang entah baru pulang
dari mana. Istrinya masih tidur duduk tak jauh dari tempat ngemperku.
"Iya"
jawabku. Hm, tadi samar-samar sempat kudengar ia berbicara dengan si Abang
nomor dua. Si Bapak sempat bertanya-tanya tentang kami.
Si Bapak
kemudian melongok tempat ngemperku. Raut wajahnya seperti tak percaya. Mungkin
beliau agak bingung melihat keluarga pensyarah tapi ngemper di bandara dan bikin markas ala-ala pengungsi. Emang
gak bisa sewa kamar hotel, kok malah ngemper di sini?
Karena jengah,
saya pun balik bertanya-tanya. Daripada beliau "menginterogasi" saya, lebih baik saya yang melakukannya. Apalagi, biasanya bapak-bapak sepuh paling suka kalau ditanya-tanya.
Tuh ka benar. Si bapak senang ditanya-tanya. Dari hasil obrolan, saya pun mengetahui kalau si Bapak dan istrinya ini berasal dari
Kelantan (tetangga Terengganu, dong). Keduanya akan ke Jordan, menghadiri
wisuda anak mereka yang kuliah di sana. Rencananya, mereka akan berangkat
sebelum subuh yakni pukul 5 pagi.
Tak lama
kemudian, si Ibu pun bangun. Setelah berbicara sebentar, keduanya pamit.
Katanya, pengin minum-minum dulu (Sst, minum air panas/hangat maksudnya. Jangan
salah...). Tak lupa, mereka menitipkan tas-tas bawaannya di bawah pengawasanku.
Ternyata, mereka perginya tidak terlalu lama karena tak sampai sejam kemudian keduanya
telah kembali dan bersiap-siap untuk pergi. Tak lupa kami pun berpamitan serta saling mendoakan. Semoga perjalanan kita lancar dan tiba dengan selamat di tempat tujuan.
Suasana bandara pukul 4 subuh |
Alhamdulillah, kira-kira sejam kemudian waktu shalat Subuh pun tiba. Dan, setelah menyelesaikan shalat Subuh, saya dan anak-anak bersiap-siap untuk turun dan tentu saja segera masuk ke bagian imigrasi dan cussss.... terbang ke Makassar.
"Gimana
rasanya ngemper?" tanyaku pada ketiga anakku.
"Biasa
aja..." jawab si Abang lempeng.
"Kapok.
Lain kali, di Capsule aja. Gak mau ngemper lagi...." jawab si nomor tiga
dan nomor lima kompak.
Oalah, maafkan
Mamakmu yang egois ini. Iya deh, ini yang pertama dan terakhir. Yang
penting, Mamak sudah tahu gimana rasanya ngemper di KLIA 2. Ibarat orang ngidam
yang terpenuhi keinginannya. Alhamdulillah.
52 Comments
Walah seru ya mbak haeriah, kalau di Indonesia memang boleh ya ngemper gitu. Hehehehe tapi memang tempatnya bersih dan nyaman serta aman tentunya ya.
BalasHapusSeru juga sih jadi pengalaman Tek terlupa untuk anak-anak dan emak tentunya.
Alhamdulillah, tempatnya bersih dan memang disediakan buat para backpackeran.
HapusAku pernah ngampar di bandara karena ketinggalan pesawat, hahaha ... Tapi nggak beneran ngampar karena masuk ke ruang tunggu dengan kursi panjang gitu. Nggak pegel-pegel amat laaah, hihihi ...
BalasHapusKursi panjangnya gak pernah kosong, Mba. Jadi gak ngarap dapat kursi panjang...
HapusWalah emang keberangkatan pesawat berikutnya jam berapa mbak? Tapi agak serem juga mbak kalo bawa barang2 banyak kan kita ga tau yah takut ada apa2. Tapi Alhamdulillah yah mba tenang dan gak ada kendala apapun. So masih mau ngampar lagi dibandara mba? Hehe
BalasHapusPesawat jam 8 pagi, Mba. Kalau saya sih gak kapok ngemper, gak tahu Pak suami, hehehe
HapusPasti seru banget inih ya mbak duh teringat waktu jadi backpaker naik gunung kemana-mana
BalasHapusSeru banget, sebenarnya tapi kasihan anak-anak. Tapi gpp juga sih, biar anak-anak belajar kalau ada tempat ngemper selain hotel, hehehe
HapusSaya sama suami sempat beberapa kali ngemper, di bandara & di terminal, tapi belum pernah bersama anak-anak. Asik sih, berasa kayak orang lagi pacaran kemalaman di jalan, hehe...
BalasHapusAsyik banget kalau bisa pergi berduaan. Semenjak punya anak, belum pernah pergi berduaan hanya dengan suami. Ekornya gak pernah mau ketinggalan.
Hapusmamak egois malah ngemper bukannya ke hotel dapat sarapan enak wkwkwk. tapi kalo aku pun pasti milih mengemper heu, anak backpackeran banget, irit, wkwkwk.
BalasHapusSekali-sekali egois, gpp kali. Lagian, bosan nginap di hotel....*sombong amat, bu....
HapusAda2 aja ya mak! :v
BalasHapusEmaknya iseng...
HapusSeru bener ngampar. Trus anak² nurut. Walaupun ada yg engga mau mengulang. Hehe...
BalasHapusTapi bandaranya bagus yah...
Hmmm...kalo di negara tetangganya, di Changi boleh ngampar juga ga ya?...
Namanya anak-anak, maunya beda-beda, hehehe. Kalau di Changi saya gak tahu, belum pernah ke sana. Dulu ke Singapura lewat jalur darat, soalnya.
HapusSeruu ya Mbak...yang penting dah ngerasain ngemper ya...haha
BalasHapusaku pernah di Doha airport, bertiga sama anak-anak. Dan, memang ada temennya ngemper kok ternyata. Tapi tetap ga tidur sih akunya takut kebablasan
Ngemper tuh seru, lho, Mba. Kalau saya, harus tidur meski sebentar karena kalau tidak, bisa kliyengan sepanjang hari.
HapusWah sayangnya dulu saya mampir KLIA 2 gak sempat ngemper, soalnya bawa balita dan cuma transit 2 jam sebelum ke Gold Coast. Kayaknya ngemper seru kalo anak-anaknya udah pada gede ya... Next time nyobain ah,,, lho.. hehehe
BalasHapusAyo, Mba dicobain. Seru. lho
HapusPensyarah kat UMT itu apanya artinya? Wkwkwk #galfok gak ngerti bahasa Malay..
BalasHapusDuh, maaf lupa ngasih translate-nya...Pensyarah kat UMT= dosen di UMT (Universiti Malaysia Terengganu)
HapusWalah, bun , saya ngeri bayangin ngampar di bandara, hihi... Horor, tapi kalo udah dijalanin gitu jadi ounya cerita ya Bun
BalasHapusInsya Allah kalau di KLIA mah lumayan aman karena banyak petugas yang bersliweran mengawasi situasi.
HapusTapi bandaranya keren yah bisa dipake buat ngemper, bandara lain mana boleh
BalasHapusSaya juga gak tahu kalau bandara lain. Kalau KLIA 2 memang udah sering dijadikan tempat ngemper bagi para backpackeran.
Hapushahaha...bunda nih lucu ya, pengen nginep kok dibandara. Duh lucu juga ya ceritanya. Terus akhirnya suami tahu donk kalau bunda pengen tidur d bandara setelah baca tulisan ini
BalasHapusSayangnya (atau untungnya, ya?) suami malas baca tulisanku. Katanya lebay ala emak-emak....
HapusWaah..asyik ya. Saya pernah ngemper di hongkong, karena kelamaan nunggu. Waiting roommya besar & kursinya banyak, jadi.mojok & merwm deh...tp.jangan coba2 di bandara dubai...ga boleh. Foto2 aja ga boleh, dimana-mana ada tulisan gambar camera dicoret. Saya nekad foto & bilang, "saya kan ga pake camera tapi pakai hp. Jadi boleh dunk"..wkwkwk
BalasHapusKira-kira kenapa gak boleh ambil gambar di Bandara Dubai, ya? Padahal, kan bagus tuh buat promo. Btw, boleh juga tuh taktiknya. Hehehe
HapusMasya Allah, pengalaman indah namun sedikit 'memalukan' ya Kak.... Sampai2 gak mau ngemper lagi. Hehehe ��
BalasHapusSeru juga, sih. Pengalaman tak terlupakan
Iya, Mba. Tidak terlupakan
HapusWah...permberani mb...kalau saya pasti tidak berani, penakut soalnya...😂😂
BalasHapusBanyak orang, kok, Mba. Jadi, banyak "teman senasib"
HapusHahhhaa daku juga pernah ngemper begini di bandara Juanda waktu anakku umur 3 tahun.
BalasHapusBukan apa-apa, karena trauma pernah bobok di hotel surabaya malah Lubna kena gigitan nyamuk DB. Harus opname seminggu, padahal lagi liburan. Jadi habis itu milih ngemper aja.
Seram juga bisa kena gigitan nyamuk di hotel, udah bayar pulak. Enakan mah ngemper, gratis lagi...
HapusWah pengalaman seruu yaa...klu backpackeran enak lho...bnyk hal yg tk terduga jadi surprise...haha...
BalasHapusSeru banget ya, Mba
HapusHhehe..malah jadi pengalaman seru yang tak terlupakan ya makkk..emak2 bawa anak, asyik.
BalasHapusiya, Mba jadi pengalaman yang tak terlupakan.
HapusWKWKWKW Pengalamannya mbak Haeriyah mah selalu seru ,,, suka kalau berkunjung ke blog mbak mah ,,,
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan mampir ke sini, Mba...
HapusHahhaha.. Memang persis gayaborang ngidam si emak. Sing ada lawan😆😆. Urusan enak nggak enak nomor dua, yang penting keinginan terpenuhi. Btw pengalaman seruuu ya mbak Hae🤗
BalasHapusBenar banget, urusan enak gak enak nomor sekian. Yang penting udah tahu gimana rasanya ngemper....
HapusHehe, seru nih ceritanya.
BalasHapusBaru tahu kalau ngemper di bandara udah jadi tradisi. Akhirnya jadi tulisan pula.
Yang penting udah gak penasaran lagi ya, Mbak. Malah saya skrg yg penasaran :) Biasanya kalo naik pesawat sih langsung atau transit bentar.
Kapan2 smg bisa ngerasain ngemper juga. Hehe
Ayo, Mba ngerasain serunya ngemper di bandara...
HapusSeru yaa tidur ramai2 udai nobar. Saya jd pengen ngerasain serunya ngemper. Tapi kalau suami kayaknya gak bakal izinin deh, maunya di penginapan. Dulu saya pernah ngemper sama Mama di Semarang. Tidur di masjid dan mushola. Hiks...gara2 travelling budget mepet
BalasHapusSuami juga menyarankan tidur di surau aja, tetapi saya enggan karena ada larangan tidur di sana.
HapusSaya malah baru tahu kalau di KLIA itu boleh ngemper mbak, hihihi..tapi nggak papa sekalian mengajarkan anak anak untuk mencoba ngemper daripada tidur di hotel atau capsule. Lagian malah banyak temannya gitu hehehe
BalasHapusBoleh banget, Mba. Lihat aja kalau malam, ruamee...
Hapuswkwkwkwk... ngemper ya mbak. adik saya kalau pulang dari Bangkok juga suka ngemper begitu di bandara tempat dia transit.
BalasHapusNgemper di bandara mah makanan sehari-hari para backpackeran. Seru...
HapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging