TETANGGA YANG ANEH

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Rabu, Agustus 03, 2016

Kami telah memutuskan untuk segera pindah rumah. Lokasi rumah sewa yang kami tempati saat ini membuat anak-anak sulit berangkat ke sekolah ketika abahnya tidak di rumah. Sudah beberapa kali hal itu terjadi, kasihan kan sekolah anak-anak…..

Beberapa hari yang lalu, kami berkesampatan  mencari rumah sewa sesuai kriteria tersebut. Saat itu kami menemukan dua rumah sewa. Tak lupa kami mencatat nama dan nomor telepon pemilik rumah yang ditempelkan di depan rumah tak berpenghuni tersebut.


Sesampainya di rumah, kami segera menelpon pemilik rumah masing-masing. Alhamdulillah rumah pertama masih kosong. Harga yang diberikan 600 RM per bulan no perabot. Kami kemudian menghubungi nomor pemilik rumah kedua. Harap-harap, rumah kedua lebih murah. Namun ternyata rumah tersebut telah berpenghuni dan lebih mahal, 700 RM per bulan no perabot.

Namun kami belum memutuskan apakah akan mengambil rumah pertama. Hingga beberapa hari kemudian suami memberitahukan kalau rumah tersebut telah berpenghuni. Suami memperkirakan demikian karena di depan rumah terdapat sejumlah pakaian yang dijemur.

Untuk memastikannya, kami kembali menelpon pemilik rumah. Kata pemilik rumah, rumahnya belum laku. Suami pun menduga dia salah mengira rumah. Akhirnya kami memutuskan untuk segera mengambil rumah tersebut. Namun sebelumnya kami harus  melihat bagian dalamnya terlebih dahulu. Jangan sampai tergiur harga murah namun kualitas mengecewakan.

Berbekal kunci rumah yang suami dapatkan dari  adik pemilik rumah, kami segera menuju rumah tersebut. Sampai di sana, kami bingung. Ada dua rumah yang serupa, satu rumah kosong namun kami tak melihat papan nama pemilik rumah sebagaimana yang kami lihat dulu. Satunya lagi rumah yang sepertinya kosong namun ada jemuran di halamannya.

Daripada menduga-duga, suami kemudian  mencoba mencocokkan beberapa anak kunci ke mata kunci gembok rantai yang mengikat pagar besi. Namun tak satu pun anak kunci yang cocok. Kami pun memastikan kalau rumah tersebut bukan rumah yang kami maksud.

Sebelum pulang, suami bergegas menuju rumah yang ada jemurannya. Rumah itu hanya berjarak dua rumah dari rumah yang kami datangi.

Itu mi rumahnya. Jemuran-jemuran tersebut menutupi papan nama pemilik rumah” jelas suamiku setelah kembali dari rumah tersebut.

Kami pun bergegas ke rumah tersebut. Pantas saja, kami tidak menemukannya. Mungkin tetangga menitipkan jemurannya di rumah ini, pikir kami. Saat mencocokkan kunci, klop….kami pun bisa masuk.

Kami pun segera mensurvey rumah tersebut. Ada tiga kamar, sebagaimana yang dijelaskan pemilik rumah. Ada dua kamar mandi, ada dua kipas angin gantung di dua kamar, halaman depan, belakang dan samping yang lumayan luas. Kami merasa cocok. Rumahnya lumayan tinggal dibersihkan saja.

Bolehlah sampai 530 RM, saya tidak berani lebih rendah dari itu Karena  yang lalu saya menetapkan harga 450 RM dan jiran menegur saya.” Demikian pemilik rumah memutuska usai suami menego harga rumah sewa.

Curhatan si pemilik rumah membuat ingatanku melayang kepada jemuran yang terasa janggal keberadaannya. Bagaimana tidak, jemuran tersebut dipasang di depan rumah, beberapa jengkal dari pintu dan jendela. Padahal biasanya jemuran dijejer di samping atau bahkan belakang rumah. Lagipula papan nama pemilik rumah diletakkan dekat jendela sehingga keberadaan jemuran tersebut menghalangi siapapun untuk melihat papan nama tersebut. Sst, satu lagi keanehannya. Sepertinya pakaian yang dijemur itu sama dengan pakaian yang dijemur saat kami berkeliling mencari rumah sewa tersebut. Masa’ sih orang menjemur sampai semingguan gak diangkat-angkat.

Tetangga yang aneh…….” Desisku.

Pikiran buruk berkelebat sehubungan dengan ucapan pemilik rumah, tetangga serta jemuran. Jangan jangan……ah, jangan ber zuudzon duluan.

Mungkin saja, si tetangga hanya memanfaatkan halaman rumah yang kosong karena halaman di rumahnya gak cukup buat jemurannya yang mungkin seabrek. Mungkin saja, si tetangga tidak sengaja melakukan semua itu sehingga papan nama pemilik rumah tertutupi oleh jemurannya. Mungkin saja, si tetangga menghimbau pemilik rumah agar harga yang diberikan jangan terlalu murah sehingga dapat mematikan usaha rumah sewa yang lainnya.  

Daripada mikirin itu, lebih baik saya memikirkan mau ditanami apa halaman belakang yang kosong. Yang ada di kepala sih mau menanam cabe, tomat, dan bawang. Yang lainnya mau nyari info di Google dulu. Kamu ada ide?  







  • Share:

You Might Also Like

8 Comments

  1. Selamat Siang Bu Haeriah,

    Saya sedangg blogwalking dan menemukan blog anda.
    Kenapa tidak mencoba http://hidup.my/?
    Saya Soraya dari http://serumah.com.
    Saat ini trend berbagi ruangan/roomsharing sangat gencar. Kami berinisiatif untuk membuat situs pencari teman sekamar/roommate agar orang-orang yang ingin menyewa rumah dapat berbagi tempat tinggal dan mengurangi biaya pengeluaran untuk tempat tinggal. Berawal dari ide tersebut, website serumah.com diluncurkan pada awal tahun 2016.

    Saat ini saya membutuhkan bantuan anda untuk menuliskan artikel review mengenai serumah.com di situs blog anda. Kami sangat menghargai jika Anda bersedia untuk memberikan review terhadap website kami dan menerbitkannya di blog anda.

    Mohon hubungi saya jika ada pertanyaan lebih lanjut. Saya ucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatannya.

    Soraya F.
    Cataga Ltd.
    soraya.serumah@gmail.com
    http://serumah.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mba Soraya udah mampir dan kesempatan yang diberikan. Selamat ya atas diluncurkannya serumah.com. Semoga kehadiran situs tersebut dapat memberi manfaat yang banyak bagi kita semua, terutama para pencari teman sekamar/roommate. Sukses ya mba...

      Hapus
  2. Kok jadi ikutan parno ya mbak sama tetangganya itu. Udah coba ditanyakan mbak kenapa narub jemuran disana dengan baju yang sama?

    BalasHapus
    Balasan
    1. masalahnya kita gak tahu tetangga yang mana yang naruh jemuran di situ. Yang jelas, ketika kita udah mau masuk rumah tuh jemuran besi yang lumayan berat plus jemurannya sudah raib entah di mana. Padahal saya sempat berpikir jemuran besi tersebut bagian dari properti rumah. Lumayan kan gak perlu bikin jemuran baru lagi

      Hapus
  3. Jadi penasaran kenpa ko bisa jemur disitu sama jemuran yg sama ehehe ditunggu cerita selanjutnya y mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. itulah mba, makanya suami beberapa kali bolak balik daerah situ dan tidak menemukan rumahnya gara2 jemuran tersebut.

      Hapus
  4. waah, kamu tinggal di terengganu ya mba :).. dulu pas masih kuliah di penang, aku sekali ke terengganu , ke rumah kawan yg kebetulan org sana .. :). iya sih, itu tetangga aneh2 aja ya jemur baju kok di depan rumah gitu sampe nutupin... berhari2 pula.. tapi setelah kamu sewa di sana, dia ga berani lg numpang jemur kan mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gimana mau numpang menjemur lha jemuran besinya ternyata udah gak ada, hehehe. Btw, kawannya di terengganu daerah mana, mba?

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging