Mengubah Hambatan Menjadi Tantangan

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Rabu, November 29, 2023



Kembali mencoba menulis di tengah keterbatasan. Menulis lewat hp berukuran 4 inchi. Sesuatu yang sangat tidak nyaman, terlebih bagi saya yang terbiasa menulis via laptop. Apalagi jika harus menulis banyak. Typo-nya itu loh yang gak tahan. Huhuhu.

Ceritanya begini....

Dahulu, zaman awal-awal saya menyandang status sebagai seorang mahasiswi, saya ingin sekali bisa mandiri dengan menghasilkan uang sendiri. Maklum, mamaku hanya seorang single parent yang harus menghidupi sembilan orang anak yang sebagian besar masih kecil-kecil. Yang besar adalah saya. Kebayang kan, para adikku yang masih pada imut nan menggemaskan.


Saya pun memutar otak, kira-kira apa yang bisa saya kerjakan tanpa harus menganggu kuliahku.

Sempat sih terbersit keinginan jadi model. Alhamdulillah, saya sadar diri sebelum disadarkan. Yang benar aja, modal jadi model dari mana. Wajah pas pasan, tinggi badan kekurang-kurangan, tingkat kepedean juga kembang kempis. Sadar Ria ... sadar ....

Akhirnya, setelah memikirkan segala hal masak-masak, saya pun memutuskan untuk menjadi penulis. Modalnya udah ada, saya kutu buku dan rajin menulis diary. (Sst, diary-ku malah isinya kebanyakan berisi kegalauan)

Aku pun mulai menulis. Lalu, jadilah sebuah cerita anak yang idenya saya ambil dari tingkah lucu adik-adikku.

Berbekal pengalaman mengirimkan naskah ke redaksi koran yang menerima tulisan dari luar saat masih SD, saya pun membawa tulisanku ke kantor redaksi koran tersebut. Kebetulan kantornya berada tak jauh dari rumah kakek sehingga saya bisa sekalian sowan dan biasanya kebagian uang jajan. Hihihi.

Baca Juga : Tentang Verni

Alhamdulillah, tulisan pertamaku langsung dimuat. Senang, tentunya. Sejak itu saya kembali menulis dan terus menulis. Saya pun mencoba menulis genre lain, fiksi remaja, dewasa, humor bahkan teka teki silang. Pokoknya apa saja yang bisa menghasilkan cuan dari tulisan.

Alhamdulillah, materi yang kudapat dari menulis boleh dibilang lumayan buat remaja sepertiku kala itu. Setidaknya saya bisa 'berhura-hura' tanpa merepotkan orang tua.

Meski 'berhura-hura', saya selalu berusaha sehemat mungkin. Sepeser rupiah yag keluar harus dengan pertimbangan yang masak. Termasuk urusan kertas dan amplop yang kugunakan untuk.mengirim naskah yang kubuat.

Karena waktu itu masih zamannya mesin ketik (sekitar tahun 93-an. Yang baru lahir ngacung, hihihi), jadinya saya harus berhemat kertas. Sedapat mungkin saya meminimalkan kesalahan alias typo karena salah satu faktor tulisan layak muat waktu itu adalah naskah yang bersih yakni bebas tip-ex. Pokoknya selembar kertas harus diisi naskah dan tidak boleh ada kesalahan.





Sebelum menulis, saya selalu membuat kerangka tulisan pada lembaran kertas bekas. Waktu itu, saya tak pernah membuang kertas sebelum kedua sisinya dipenuhi tulisan atau coret-coretan tanganku. Bahkan kertas yang masih bagus, kusulap menjadi amplop untuk memuat lembaran naskah yang siap dikirim ke redaksi koran.

Penghematan lain yang kulakukan adalah berjalan kaki saat mengantarkan tulisanku. Jadi, no prangko no ongkir. He-he-he.

Di tengah keterbasan itu saya malah sangat produktif. Pernah malah, tiga tulisanku dimuat di hari yang sama. Alhamdulillah.

Untuk menjaga produktivitas, saya membagi hari-hariku. Ahad-Rabu adalah waktu mencari dan menjaring ide. Kamis-Jumat mengeksekusi. Jumat-Sabtu mengirim naskah. Ahad adalah menikmati hasilnya di koran.

Pernah sampai hari Jumat saya belum mendapatkan ide. Namun, karena telah mendoktrin diri sendiri bahwa ide itu harus ada dan besok sudah harus dikirim maka saya memaksakan diri duduk di depan mesin ketik. Apalah-apalah, pokoknya ngetik aja.





Ajaib, sebuah ide tiba-tiba muncul dan dua lembar kertas berisi cerpen telah siap untuk dikirimkan besok. Meski kompensasinya, suara mesin ketikku terdengar lantang di saat manusia telah terlelap. Yah, saya harus begadang demi mendapatkan sebuah cerita.

Bahagia sekali rasanya kalau mengingat semua kenangan itu.

"Masa sulit ternyata akan menjadi masa-masa yang sangat manis saat kita mengenangnya kelak. "

#rewrite
#daurulang

  • Share:

You Might Also Like

0 Comments

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging