Pengalaman Bersekolah di Masa Pandemi di Malaysia

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Selasa, Maret 16, 2021

Pengalaman  Bersekolah di Masa Pandemi di Malaysia


Alhamdulillah, dimulai pada 1 Maret 2021 secara serentak hampir semua sekolah di negeri Jiran, Malaysia memulai pembelajaran tatap mukanya untuk tahun ajaran 2021 ini. Biasanya, tahun ajaran baru dimulai pada 1 Januari, Qadarallah, disebabkan pandemi COVID-19 jadwal tersebut terpaksa dikondisikan demi keselamatan semua pihak. Akhirnya, untuk sementara waktu, pembelajaran dimulai secara daring.

Begitu pula yang terjadi dengan putri bungsuku, Hilyah. Setelah selama dua bulan menjalani masa belajar daring, ia pun akhirnya bisa mengikuti kelas secara offline, secara tatap muka. Bertemu langsung dengan para cikgu dan teman-teman sekelasnya.

Betapa senangnya Hilyah ketika mengetahui hal tersebut. Maklum, pandemi juga memberikan imbas kepadanya. Qadarallah, Hilyah hanya merasakan pengalaman bersekolah di kelas 1 hanya selama sembilan hari. Iya ... hanya 9 hari.

Begimane ceritanya?

bersekolah di masa pandemi


Jadi begini, di awal tahun lalu kami sempat galau antara melanjutkan masa perantauan di Malaysia atau ke Bogor.  Sebenarnya, saat itu kami sudah 70 % berniat pindah ke Bogor. Buktinya, si nomor 4 sudah saya sekolahkan di Bogor (Depok) mengikuti jejak si sulung dan bersiap memindahkan sekolah si nomor tiga juga di sana. Kami juga sudah membawa beberapa barang sebagai persiapan untuk menetap di sana dan kami juga sudah hunting rumah kontrakan.

Namun, di detik-detik terakhir, saya malah memutuskan untuk memilih kembali ke Terengganu. Akhirnya, kami pun kembali ke Malaysia meninggalkan si sulung dan si nomor 4 di pondok. 

Nah, hal inilah yang membuat Hilyah terlambat masuk sekolah. Kami tiba kembali  di Terengganu pada pertengahan bulan Februari 2020 dan setelah mendapatkan kelulusan dari pihak sekolah dan kementrian pendidikan, Hilyah pun diperbolehkan mulai masuk sekolah pada 11 Maret 2020.

Setelah lima hari bersekolah (sekolah di negeri ini hanya 5 hari sepekan), ternyata sekolah libur selama sepekan (libur tengah semester). Qadarallah, setelah itu wabah pandemi pun diumumkan masuk ke negeri jiran. Akibatnya, "lockdown" diberlakukan di mana-mana dan salah satu imbasnya adalah sekolah diliburkan entah sampai kapan.

Pada 28 Juli 2020 kami mendapat kabar menyedihkan dari tanah air. Papi mertuaku meninggal dunia setelah tidak sadarkan diri selama hampir sepekan. Sepekan kemudian kami baru bisa pulang ke Makassar karena banyak dan ribetnya prosedur yang harus kami lewati jika akan melakukan perjalanan di masa pandemi ini.

Selama tiga bulan kami berada di kampung halaman. Saat berada di Makassar, rupanya pembelajaran offline sudah dibuka kembali. Mengetahui hal tersebut,  Hilyah merasa sangat sedih. Ia yang sangat suka bersekolah dan baru saja akrab dengan teman sekelasnya selalu bersedih bila mengingat dan mengenang masa-masa indahnya bersekolah. Cie...

Alhamdulillah, 11 Oktober 2020 kami kembali ke negeri jiran. Pengalaman melakukan perjalanan lintas negara di masa pandemi telah saya tuliskan dan kisahkan di blog ini. 

Bye-Bye  Makassar



Sayangnya, setelah tiba kembali di Terengganu, sekolah telah kembali ditutup disebabkan makin melonjaknya angka pasien terjangkit virus korona. Alhamdulillah, beberapa waktu kemudian, sekolah dibuka lagi sehingga Hilyah bisa kembali bersekolah. Dengan girangnya, Hilyah kembali bersemangat menjalani hari-harinya bersekolah 

Namun, lagi-lagi sekolah kembali ditutup imbas pasca "pilkada" di Sabah yang menyebabkan angka kejangkitan COVID-19 melonjak drastis.  Sejak saat itu, sekolah tak pernah lagi dibuka hingga kemudian masuk tahun ajaran baru 2021. Padahal, Hilyah baru bersekolah selama 4 hari! Huhuhu. Jadinya, total Hilyah hanya bersekolah tatap muka di kelas 1 hanya selama 9 hari, sebagaimana yang saya sebutkan di atas.   

Tahun Ajaran Baru 2021


berbaris sebelum masuk halaman sekolah


Tahun ajaran baru di 1 Januari 2021 pun tiba. Sungguh, rasanya sangat sedih melihat kondisi yang ada. Tak ada keriuhan, keseruan, maupun kerepotan sebagaimana yang biasa terjadi di hari-hari pertama anak-anak bersekolah. Beberapa waktu kemudian diputuskan kalau anak-anak akan menjalani sekolah online untuk sementara waktu.

Alhamdulillah, di 1 Maret 2021, diputuskan kalau anak-anak bisa kembali bersekolah tatap muka. Qadarallah, si nomor 4 yang sudah kembali bersekolah di Terengganu, baru masuk sekolah pada 4 April 2021 mendatang. 

Aturan Bersekolah di Masa Pandemi di Malaysia

sumber gambar: infosihat.gov.my


Dan ...

Mulailah Hilyah bersekolah kembali, tetapi kali ini dia sudah naik di kelas dua. Bersekolah di masa pandemi tentu saja menghadirkan beberapa perlakuan khusus, SOP yang harus dipatuhi demi keselamatan semua pihak. 

1. Menerapkan 3 W 

Aturan menerapkan 3 W (wash, wear, dan warn)

Wash artinya sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Jika tidak memungkinkan, gunakan hand sanitizer. Untuk itulah, para siswa diwajibkan membawa hand sanitizer ke sekolah.

Wear artinya menggunakan pelitup muka alias masker. Jadi, anak-anak wajib menggunakan masker ke sekolah. 

Warn artinya amaran, yaitu perintah untuk tidak bersalaman, tidak bersentuhan, menjaga jarak, dan tidak ke sekolah bila sedang sakit.


2. Hindarkan 3 C

Hindarkan 3 C (Crowded Places, Confined Spaces, dan Close Conversation)

Crowded Places artinya hindari atau jauhi tempat-tempat ramai atau jangan berkerumun atau membuat kerumunan.

Confined Spaces artinya hindari tempat-tempat yang sempit atau tertutup.

Close Conversation artinya jangan berbicara terlalu dekat atau jaga jarak. 

Aturan-aturan ini diterapkan juga di sekolah. Anak-anak diatur masuk ke halaman sekolah dan langsung menuju kelasnya satu-satu. Mereka dibariskan dengan aturan jarak sebagaimana yang telah ditetapkan. Para orang tua yang mengantar anak-anak tidak dibolehkan masuk halaman sekolah. Mereka hanya bisa mengantar hingga gerbang sekolah dan setelahnya harus segera pergi. 

Meski demikian, tetap saja terjadi kerumunan yang dilakukan  oleh para orang tua yang mengantar maupun menjemput anak-anaknya. Alhamdulillah, keesokan harinya, diturunkan pasukan RELA (Jabatan Sukarelawan Malaysia), semacam satpol PP. Tugas mereka adalah menertibkan orang tua dan murid agar senantiasa taat SOP. 


3. Membawa Makanan Sendiri

sumber gambar: Pixabay

Salah satu penyebab kerumunan di sekolah adalah saat istirahat karena di saat itulah para siswa akan jajan di kantin sekolah. Demi mencegah terjadinya hal tersebut, pihak sekolah memberikan solusinya. Mereka membuka order makanan untuk para siswa yang tidak membawa makanan dari rumah. Kebetulan, kantin sekolah juga ditutup dan anak-anak juga tidak dibolehkan keluar kelas selain pada saat kedatangan dan pulang saja. 

Bagaimana dengan Hilyah? Hilyah mah lebih memilih  membawa makanan dari rumah. Bukan apa-apa, dia lebih suka membawa makanan hasil olahan emaknya daripada memesan di sekolah atau membeli di kedai makan. Ini bukan karena emaknya jago masak, hanya saja, kalau emaknya yang masak, Hilyah bisa menakar ukuran nasi yang dibawanya. Soalnya, tuh anak makannya sedikit. 

4. Cuci Pakaian Sepulang Sekolah

Setiap hari saya "terpaksa" mencuci seragam sekolah Hilyah demi memastikan ia selalu dalam keadaan aman. Alhamdulillah, sudah beberapa hari ini cuaca Kuala Terengganu dan sekitarnya senantiasa panas membara, hehehe. Jadinya, pakaian cepat kering dan bisa dipakai keesokan harinya kembali. 

Apa lagi, ya? Sepertinya cukup deh kisah pengalaman bersekolah di masa pandemi di Malaysia sebagaimana yang anak-anak saya alami di sini. Semoga pandemi ini segera berakhir agar kita bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Aamiin, Yaa Rabbal Alamin.


*** 

  • Share:

You Might Also Like

10 Comments

  1. Semoga peraturan tersebut bisa diterapkan juga di sini saat pembelajar tatap muka dimulai. Sepertinya tahun ajaran baru nani deh setelah lebaran mulainya. Semoga semua bisa menataati aturan yg dibuat.

    BalasHapus
  2. Sabar kak Hilyah, kita sama sama berdoa semoga pandemi segera berakhir supaya kak Hilyah bisa kembali sekolah seperti biasa.
    Ya yang namanya juga anak anak ya mba, mereka pasti rindu berjumpa teman sekolahnya, belum lagi kalau belajar online dirumah, mesti terpapar terus oleh gadget.

    BalasHapus
  3. Masyaallah. Trengganu-Bogor. Plus Makassar ya bu? Hehe.

    Wah ternyata ga jauh beda ya sama di Indonesia. Kalau di Malaysia ada 3C, di Indonesia 3M. Mirip-mirip juga poin-poinnya. Satpol PP dan RELA.

    BalasHapus
  4. Hilyahhh... Mbak Lubna udah setahun malah gak sekolah. *gigit HP
    Di Terengganu tahun ajaran barunya bulan Januari ya? Kirain Juni juga kayak di sini.
    Semoga besok klo sekolah offline di Indonesia sudah mulai, aturannya juga bisa seketat di Malaysia.
    Perlu juga tuh Satpol PP buat ngawasi emak-emak yang suka bergerombol pas antar-jemput sekolah. 😁

    BalasHapus
  5. Anak-anakku juga dah kangen tatap muka mbak. Mereka sudah mulai jenuh daring. Semoga pandemi segera berlalu dan anak-anak mulai bisa mengunjungi sekolahnya. Setuju dengan yang lain, keberadaan SatPol PP penerapan kebijakan tatap muka memang harus ada. Kita semua tahu "the power of emak-emak" terkadang bikin ribet sekolah hehehehe

    BalasHapus
  6. Senangnya Hilyah bisa sekolah lagi, ketemu teman-teman, guru-guru, cuma 9 hari sekolah langsung naik kelas ya, heheheh.

    Semoga aman-aman aja ya Mak, meski pasti tiap saat was-was tapi kalau kita yakin bisa ikuti Prokes, InsyaAllah amanlah ya. Disini anak-anak masih sekolah online.

    BalasHapus
  7. Walau anak anak kadang susah diberi pengertian tapi bisa ya mbak mereka paham bahwa pandemi belum benar2 berakhir di dunia ini.

    BalasHapus
  8. Wow, sudah masuk sekolah offline ya mbak. Aku baca ini kok jadi deg-degan sendiri. Soalnya, kan ini anak-anak ya..

    Protokol kesehatan ya bisa aja miss. Jangankan anak-anak yang gedhe aja bisa.

    Tapi, kalau sekolahnya udah siap sih, it's okay.

    BalasHapus
  9. Mbak ternyata sempat tiga bulan di Makassar ya baru balik lagi ke Malaysia. Btw sekolah offline kini menjadi hal yang dirindukan ya bersyukur anak2 di Malaysia sudah bisa masuk sekolah lagi tapi tentu dengan suasana dan aturan yg berbeda karena harus patuhi protokol kesehatan

    BalasHapus
  10. Senangnya Hilyah sudah bisa sekolah offline lagi. Anakku masih online nih, Mbak. Rencananya sih, mau coba offline, tapi dengan jumlah murid terbatas. Jadi waktu belajarnya hanya sekitar 1-2 jam dulu. Semoga kita semua terjaga kesehatannya, ya. Aamiin.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging