Pengalamanku Saat Menitipkan Anak Pada Orang Tua
By HAERIAH SYAMSUDDIN - Jumat, Oktober 26, 2018
![]() |
Nenek dan Cucunya |
Bagi masyarakat kita, kebiasaan menitipkan anak pada nenek dan kakeknya sudah lumrah terjadi. Biasanya hal ini dilakukan oleh sepasang suami istri yang keduanya bekerja di luar rumah.
Banyak faktor yang menjadi pertimbangan mengapa hal ini dilakukan. Bisa jadi karena faktor keamanan. Bukankah sudah sering diberitakan bagaimana perlakuan para baby sitter atau penjaga anak yang bukannya menjaga anak dengan baik tapi malah mencelakai atau mencederai anak. Tentu saja, hal ini akan sulit dilakukan jika anak dijaga oleh keluarga sendiri, dalam hal ini adalah nenek dan kakeknya sendiri.
Lalu bagaimana denganku?
Menitipkan anak pada orang tua juga pernah saya lakukan. Saat itu, saya masih mengajar di sebuah SDIT, sementara suami sedang study di luar negeri. Otomatis, di rumah gak ada siapa-siapa pada pagi hari karena ketiga anakku yang masih usia sekolah dasar juga harus bersekolah (biar gak sekolah pun rasanya sangat riskan menitipkan adiknya yang baru berusia 4 tahun kala itu).
Sebagai ibu rumah tangga sekaligus tenaga pengajar, beberapa kali saya sempat kerepotan karena membawa si kecil ke sekolah. Kebetulan ketiga anakku bersekolah di tempatku mengajar, jadi kami bisa berangkat bersama dan setelah tiba, masing-masing anakku dapat segera masuk ke kelasnya. Sementara si kecil, bak prangko yang terus menerus menempel padaku.
Hal ini terus terang sering menganggu konsentrasiku. Bayangkan, saat tengah mengajar di depan kelas, si kecil merajuk karena merasa diabaikan. Belum lagi kalau si kecil merasa bosan berada di dalam kelas dan meminta untuk main di luar.
Nah, atas pertimbangan itulah, akhirnya saya mengalah. Tawaran suami dan mertuaku untuk menitipkan si kecil setiap pagi akhirnya harus kuterima. Ya, sebelumnya saya bersikeras untuk tidak mau merepotkan orang tua dengan menitipkan anak pada mereka. Namun, karena orang tua (mertua) yang meminta dan saya pun yakin kalau pola pengasuhan mereka bisa dipercaya, maka dengan berat hati saya sesekali menitipkan si kecil pada mereka. Kebetulan saat itu saya juga bukan guru kelas, jadi waktunya lebih fleksibel. Sekiranya jadwal mengajarku ada yang tidak terlalu ketat, biasanya saya pun mengajak si kecil ke sekolah.
Selama menitipkan si kecil, sebisa mungkin saya menyiapkan semua kebutuhannya. Di antaranya popok, pakaian ganti, sabun, bedak, minyak gosok, dan susu, termasuk cemilan kesukaannya. Tak lupa saya menitipkan sedikit uang jajan, sekiranya si kecil ingin jajan di luar.
Dan, selama menitipkan anak, saya selalu berusaha untuk segera pulang sesegera mungkin. Terbayang bagaimana repotnya mertuaku sekiranya harus menangani si kecil yang sedang tidak anteng. Kalau anaknya lagi anteng sih gak apa-apa. Cuma yang namanya anak kecil kan biasanya rewel tanpa sebab apa-apa. Bad mood tak tentu kapan saja dan di mana saja.
Dan, selama menitipkan anak, saya selalu berusaha untuk segera pulang sesegera mungkin. Terbayang bagaimana repotnya mertuaku sekiranya harus menangani si kecil yang sedang tidak anteng. Kalau anaknya lagi anteng sih gak apa-apa. Cuma yang namanya anak kecil kan biasanya rewel tanpa sebab apa-apa. Bad mood tak tentu kapan saja dan di mana saja.
Alhamdulillah, "keruwetan" itu hanya berlangsung setahun. Setelah mengajar selama dua tahun (satu tahun sebelumnya, suami masih berada di kota yang sama dengan kami), akhirnya saya dan anak-anak menyusul suami ke negeri jiran.
Dengan demikian, berakhir jugalah masa baktiku sebagai tenaga pengajar. Alhamdulillah, masa LDR juga usai sudah dan kami bisa berkumpul kembali sebagai satu keluarga utuh.
*
Tulisan ini sebagai tanggapan atas tulisan Mak April Hamsa dari kelompok Retno Marsudi pada tantangan #KEBloggingCollab
34 Comments
sejak nikah aku dah jauh dari ortu dan mertua tinggalnya Mbak..pindah-pindah ikut suami mutasi.
BalasHapusJadi deh enggak pernah ngerasain nitip anak..M
Btw, Alhamdulillah sudah bisa kumpul semua ya Mbak..enggak LDR lagi
Langsung mandiri, ya, Mba. Alhamdulillah, sekarang malah LDR an dengan anak-anak, hehehe
HapusAlhamdulillah bisa selalu berkumpul dengan keluarga ya, Mbak. Tidak terpisah jarak dan waktu. YAng jelas beban pikiran berkurang.
BalasHapusIya, Mba. Sekarang gak LDR an dengan suami tapi dengan anak-anak. Hehehe
HapusAlhamdulillah bisa kumpul sama suami ya mbak.. Semoga keluarganya makin solid dan bahagia..
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih doanya mba
HapusYes. Alhamdulillah sekarang gak LDR-an lagi, ya, Mbak.
BalasHapusYa memang begitulah suka-dukanya menitipkan anak pada orangtua, apalagi mertua. kadang ada rasa sungkan.
Alhamdulillah. Iya begitulah, terkadang kita harus menghadapi situasi yang sulit.
HapusAnak-anakku belum pernah aku titipin ke ortu mba, soalnya jauuh semua hehe. Justru waktu itu pernah kutitip ke tetangga seminggu karena nggak ada ART. Sampe sekarang, kalau disuruh ke rumah neneknya sendiri pada nggakmau
BalasHapusIya, salah satu alasan menitipkan anak ke ortu adalah agar tercipta bounding antara nenek dan cucunya. Soalnya setelah menikah, kami juga langsung pindah ke kota lain dan jarang ngumpul dengan keluarga besar.
HapusSaya pernah, Mbak. Pas anak pertama. Merasa lebih aman aja sih kalo yg jaga neneknya. Ibu sy gak keberatan, malah seneng. Itu duluuu... Pas anak kedua, alhamdulillah udah sy pegang sendiri.
BalasHapusSelamat ya Mbak, udah gak LDR an lagi. Saya nih masih jd pejuang LDR, walaupun gak jauh juga sih LDR nya
Hidup pejuang LDR. Semoga jarak yang memisah segera berlalu dan keluarga mba bisa berkumpul kembali.
HapusMenitipkan anak ke orangtua memang lebih tenang dibandingkan ke pengasuh. Tapi harus tetap memerhatikan kenyamanannya mereka juga. Sebenarnya tega nggak tega karena menjaga anak kecil itu lumayan melelahkan. Sehat-sehat terus ya Mbak sekeluarga.
BalasHapusAamiin, doa yang sama untukmu sekeluarga, Mba.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSenangnya bisa berkumpul lagi ��
BalasHapusAku juga pernah merasakan hal yg sama, bekerja dan menitipkan anak pada mama. Tapi akhirnya aku memilih berhenti utk mengurus anak² ��
Terkadang kita memang harus memilih ya, Mba
HapusMba haeriah ngajar juga ya...?sama dong. Kalau aku nitipinnya sama budhenya anak-anak.karena mertua dan ortu sudah nggak mungkin dititipin anak.sudah sepuh
BalasHapusIya Mba, tapi dulu. Sekarang malah suami yang mengajar, hehehe
Hapusaku lega baca endingnya.. heheh, gak terbayang kudu LDR lama2 ^^
BalasHapusAlhamdulillah, memang gak enak LDR-an.
HapusAlhamdulillah akhirnya kumpul keluarga lagi ya mba..
BalasHapusAlhamdulillah
HapusAlhamdulillah, Happy Ending!
BalasHapusDuh, emang repot punya anak bayi ya, bun! Saya semenjak resign sampai sekarang gak pengen kerja lagi gara2 kepikiran anak2.
aku juga mbak nitipin anak ke ibu. karena ibu ku juga punya kesibukan di rumah akhirnya keteteran. akhirnya aku ngalah resign demi untuk ngemong anakku sendiri. tapi alhamdulillah emang udah jalannya begini aku nikmatin aja, malahan sekarang aku lebih seneng karena lega nggak lagi ngerepotin ibukku.
BalasHapusalhamdulillah, akhirnya kumpul keluarga ya mbak...
BalasHapusLDR tu bikin rindu2 gemezz 😂😂
BalasHapusAlhamdulillah udah kumpul lg sama suami ya mb smoga samawa until Jannah Aamiin
Iya, betul, Mbak. Pengalaman menitipkan anak seperti itu, memang paling nyaman kalau kita sendiri yang merawatnya, tapi kadang keadaan berkata lain.
BalasHapusSaya belum pernah merasakan hal tersebut. Mudah-mudahan ini jadi pengalaman bagi saya. Terima kasih sharingnya
BalasHapusWaktu anak saya yang pertama..saya juga suka nitipin ke ibu saya... ketika saya sibuk kerja., memang lebih baik jika orang tua yang bisa jagain anak kita daripada baby sitter Tapi kadang juga kasian sama orang tua..kerepotan
BalasHapusAlhamdulillah udah ngumpul lagi, saya pernah merasakan LDR gak enak banget hehe...
BalasHapusAlhamdulillah akhirnya berkumpul lagi ya
BalasHapusSaya yg satu rumah dgn ibu aja kebayang betapa repotnya klo ninggal anak dititipin ke eyangnya, meskipun cuma sebentar. Apalagi klo ditinggal kerja ya bun, pasti kepikir juga.
BalasHapusBunda saya suka cara bunda walau mengajar tetapi tetap berusaha ketika pulang anak bunda yang handle. Karena sekarang banyak anak yang menjadi anak dari neneknya atau nenek yang kelelahan mengurus cucunya semuanya. Aku sedih bun klo liat begitu
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging