Mengeja Kenangan Yang Tidak Menyenangkan Menjadi Lebih Manis
By HAERIAH SYAMSUDDIN - Sabtu, Oktober 27, 2018
Malaysia's landmark |
Sepanjang hidup kita, tentu banyak terjadi
peristiwa yang memberikan beragam warna. Ada kisah yang menyenangkan dan banyak
juga kisah yang tidak menyenangkan. Semuanya menjadi warna-warni kehidupan kita di muka bumi ini.
Berbicara tentang
kejadian yang tidak menyengkan, saya juga punya banyak kisah tentang itu.
Tapi hanya akan saya ceritakan dua saja ya. Khawatir teman-teman malah bosa.
Hehehe.
Kisah Pertama
sumber gambar pixabay |
Pernah merasakan
bagaimana rasanya jalan-jalan sekeluarga tapi dompet tertinggal di rumah? Wow
banget rasanya.
Ceritanya begini,
waktu itu kami sekeluarga masih tinggal di Bangi, Selangor, Malaysia. Ceritanya
pas weekend itu kami berencana jalan-jalan ke KL Tower.
Jarak antara tempat
tinggal kami dan KL Tower sih sebenarnya gak jauh-jauh amat. Sekitar 30 menit
naik mobil juga bisa sampai. Qadarallah, tiap masuk Kuala Lumpur, entah mengapa
suami yang bertindak sebagai driver selalu saja nyasar. Dan, yang bikin ilfill,
di sini tuh kalau kita udah salah ambil jalan dijamin bakal susah tuk patah
balik alias mutar. Alhasil, waktu 30 menit itu hanya ada dalam
ekspektasi karena realitanya adalah 2 jam!!!
Baca juga kisah
nyasar lainnya dalam Nyasar Berbuah Nasi Dos
Alhamdulillah, waktu
yang dipakai buat nyasar ke sana kemari tuh terbayarkan dengan suasana di KL
Tower. Meski waktu itu spot-spot menariknya belum sebanyak sekarang (kami
sekeluarga bertandang ke sana di tahun 2011, eits udah 7 tahun ternyata) tapi
sudah cukup menawan hati.
Kehebohan baru
melanda kami ketika anak-anak minta naik kuda yang disewakan di area KL Tower.
Biaya sewa yang dikenakannya adalah 10 RM per anak. Tapi, bukan harganya itu
bikin saya mendadak lemas. Ternyata, saya tidak membawa dompet yang artinya
saya tidak pegang uang, kecuali hanya 20 RM yang kebetulan ada di saku gamisku.
Sementara dompet suami kosong melompong.
Yess, kompak banget.
Alhasil, kita hanya
bisa mencari spot yang gratisan. Bahkan, saat anak merengek minta cemilan,
dengan terpaksa saya harus membujuk mereka serta berusaha keras mengalihkan
perhatiannya. Hikz, uang 20 RM harus dihemat karena saat pulang nanti, kami
masih harus membayar parkiran yang entah berapa. Gak lucu kan kalau kami harus
mabit di KL Tower gara-gara gak punya uang parkiran untuk bisa pulang.
Dari hasil membujuk
anak-anak itulah, langkah kami kemudian terbawa di area Kuala Lumpur Forest Eco
Park, tentu saja masih dalam kawasan KL Tower. Kawasan yang dikenal juga dengan
sebutan Bukit Nanas Forest Reserve ini berupa hutan kecil dan konon merupakan
satu-satunya kawasan hutan jenis hutan tropis yang tersisa di Kota Kuala
Lumpur. Maklum, sebagai ibu kota negara, KL tentunya tak bisa menghindar dari
serbuan bangunan-bangunan perkantoran maupun perumahan yang semakin hari
semakin memadati bandar raya ini.
Alhamdulillah, untuk
masuk ke tempat ini, pengunjung tidak dipungut biaya. Dengan luas sekitar 3,9
hektar, kami pun menapaki jalanan hutan yang menurun. Meski jalanan terlihat
basah, namun tidak perlu khawatir akan licin atau kotor karena sepanjang jalan
tersebut bukan lagi jalanan berlumpur tapi sudah dipaving (aduh, istilahnya apa
sih?)
Tapi, kami tidak terlalu
jauh masuk, secukupnya saja. Lagipula, jalan-jalan dalam kondisi gak berduit
bikin suasana hati mendadak galau. Ingin ini, ingin itu banyak sekali...tapi
hanya boleh dilhat saja. Huhuhu.
Akhirnya, setelah
dirasa cukup, kami pun keluar dari kawasan hutan. Kebetulan persediaan air
minum serta makanan yang kubawa dari rumah juga sudah habis tak tersisa. Jadi,
daripada nanti anak-anak kembali merengek minta makan dan minum, lebih baik
kami segera angkat kaki dari tempat itu. Tentu saja dengan satu janji......
lain kali kita ke tempat ini lagi .... tentu saja, jangan lupa bawa uang yang
banyak.
Kisah Kedua
tampang ngenes anak-anakku |
Masih seputaran wisata nyasar di Kuala Lumpur. Kali ini merupakan kisah kami saat pertama kali mengunjungi Kuala Lumpur dan ingin melihat ikon kota tersebut, Twin Tower alias menara kembar Petronas.
Ingin baca kisah selengkapnya? Ada di
sini, LOST IN LEBUH RAYA
Alhamdulillah, meski baru pertama kali ke KL, perjalanan
kami cukup mulus, memakan waktu sekitar 1 jam. Kami pun segera bersenang-senang
di depan menara kembar. Jeprat jepret seperti wisatawan lain yang juga
berkunjung ke tempat ini. Setelah itu, kami mengelilingi area seputar menara.
Ikut cuci mata menikmati keindahan negeri orang.
Setelah puas, kami pun pulang. Dan, di sinilah
derita itu bermula. Dalam kemulusan lebuh raya alias jalan tol, mobil kami
kehilangan arah. Entah mengapa, jarak 1 jam yang tadi kami lalui saat datang
kini tinggal kenangan. Hikz, kami tersesat.
Tak kurang dari 5 jam, kami menyusuri jalan tol
yang tak putus-putus hingga kemudian kami dibuat panik dengan mesin mobil yang
tiba-tiba mengeluarkan asap. Otomatis, kami menepi di pinggir jalan. Bau
terbakar segera menyergap hidung dan sedikit asap yang keluar membuat saya dan
anak-anak panik. Buru-buru kami keluar dari mobil dan menepi di pinggir jalan.
(Sst, pastinya suami juga panik tapi beliau mah sok cool. hehehe)
Dan, setelah beberapa lama (sekitar 1 jam)
suami pun memberanikan diri membawa kembali mobil mengikuti petunjuk arah yang
diberikan salah seorang pengendara motor yang tadi berhenti dan menolong kami.
Setidaknya, mobil hanya akan menempuh jarak pendek karena beberapa km ke depan
ada pom bensin.
Meski ragu dan takut, tapi saya tidak mempunyai
pilihan lain. Apalagi jalanan semakin gelap karena waktu senja telah tiba.
Maka, sambil merapal doa sepanjang jalan akhirnya kami pun tiba di spbu yang
dimaksud. Bergegas kami semua ke tandas dan meninggalkan suami yang langsung
berbincang dengan siapa saja untuk meminta tolong.
Alhamdulillah, berbekal kondisi mobil yang
sudah adem (rupanya mobil tadi sempat terbakar karena mesinnya kepanasan) dan
kondisi badan yang juga lebih fit, kami pun melanjutkan perjalanan dan dapat
tiba dengan selamat sampai di rumah. Alhamdulillah.
Itulah dua pengalaman menjengkelkan (plus
mendebarkan) yang tak mungkin terlupakan. Meski demikian, kalau mengingat semua
kejadian itu saat ini kok rasanya berubah menjadi kisah yang manis, ya? Eh,
tapi bukan berarti pengen terulang kembali lho. Ampun, Mak. Apalagi sejak itu
saya mendadak parno dengan jalan tol. Seram, euy.....
***
* Tulisan
ini merupakan post trigger #KEBloggingCollab untuk kelompok Retno Mastuti sebagai
jawaban atas tantangan dari Mak UmiKulsum.
29 Comments
Jiaaah ... Itu beberapa kali terjadi juga sama saya. Kayaknya saya malah lebih parah deh, Mbak, soalnya pelupa akut. Btw, tanpa kisah seperti itu, kenangan di hidup kita nggak lengkap koleksinya hehehe ...
BalasHapusBerarti saya ada temannya dong, hehehe. Iya Mba, kisah-kisah seperti ini yang bikin hidup terasa lebih seru.
HapusJustru kenangan seperti itu akan selalu diingat ya, Mbak. Jadi pelajaran juga supaya nggak terulang kembali. Cuma kisah yang terkahir kok serem yaaaa, kalau saya pasti dah meleleh panik deeehh, hehe
BalasHapusJustru karena udah meleleh paniknya saya sampai trauma lho dengan jalan tol. Seram...
HapusYa Allah, saya belum ada cerita apapun kalau hubungannya sama luar negeri. Wong naik pesawat aja belum pernah? Kalau suami sudah dua kali ke Malaysia sebagai TKI zaman masih mudanya
BalasHapusSuaminya pernah jadi TKI di Malaysia sebelah mana, Mba? Pasti, banyak kisah2 seru dari suami ya, mba..
HapusWaah kebayang cemasnya pas di KL ya mba.. aku ketinggalan duit pas naik bis aja uda panas dingin hehe
BalasHapusWah jangan ditanya gimana cemasnya. Mana suami dan anak-anak ikutan mengomel, hehehe
HapusYa Allah, ngebayangin cerita mba aku berdebar sendiri, gimana rasanya nyasar sampe berjam-jam gitu.. fiuhh ^^
BalasHapusRasanya tak terbayangkan. Seru tapi semoga tidak terulang lagi, deh.
HapusSungguh pengalaman Berharga ya.
BalasHapusIya, mba
HapusXixixi ngebayangin kisahnya saya jadi deg degan sendiri...pas mobilnya keluar asap dan lupa jalan pulang...xixixi...
BalasHapusSemoga ke depan ngk terulang lagi ya bunda...
Kisah yang manis untuk diambil pelajaran ..
Iya, Mba. Tapi kalau ingat kisah itu saat ini pastinya kita senyum-senyum sendiri.
HapusGak kebayang aku, Mbak. Makanya kalau mau bepergian itu aku yg ribet bgt. Apa2 cek list dl. Udah beres semua baru cabut. Tapi emang yg lgs kuamankan pertama itu sll tas tangan yg isinya dompet dan hp. Asal ada 2 barang itu mah aman Mbak.
BalasHapusIya, Mba. Duh, saya kok bisa teledor, ya...
HapusSeru pengalamannya. Ketinggalan dompet mah jadi lemes kalo saya. Asyiknya tinggal di LN, banyak cerita jadinya ya, Mbak. Bahkan yg tidak menyenangkan pun bisa ditulis sbg pelajaran
BalasHapusKisah nyata yang tak bisa terlupakan. Walau pahit menjadi manis apalagi di tulis di blog yang manis ini..jadi semakin manis .
BalasHapusWaaah...saya belum pernah ngalamin tuh. Karena saya memang tugasnya berkeliling dr satu daerah ke daerah lainnya & kadang dati sayu negara ke negara lainnya. Jd semua dokumen & dompet selalu aman ditempat yg sudah saya siapkan..hehe
BalasHapusEnggak bawa kartu kah suami Mbak, debit card atau credit card kan bisa jadi penyelamat?
BalasHapusKalau driving bisa pakai GPS (kalau boleh bilang merk): Garmin Mbak..dijamin akurat, yang penting di update terus, jadi jalan kemanapun dan dimanapun Insya Allah enggak nyasar. Kami sudah pengalaman pakai pas keliling Amerika waktu tinggal di sana dan selama di Indonesia:)
Ketinggalan dompet itu horror ya Mak, jangan sampai terulang lagi 😂
BalasHapusLupa dompet tu horor ya mb tp klo lupa jln pulang lebih horor lg 😀
BalasHapusMemeng kenangan yg pantas dikenang dan tak ingin dialami lg hehe 😉
Pelajaran berharga adalah pengalaman. Saya suka gaya berceritanya mbak, smg pengalaman yang tidak menyenangkan tidak terulang lagi ya... Terima kasih ceritanya, jadi pengingat diri untuk ngecek barang penting sebelum bepergian, terutama dompet yang berisi uang. Hehe...
BalasHapusYang cerita no 2 di jalan tol untung dompetnya gak ketinggalan ya bun qiqiiii.
BalasHapusCoba bayangin klo nyasar 5 jam + mobil keluar asap + gak bawa dompet... iihh ngerii...
Yang cerita pertama itu untung bahan bakar mobil cukup ya mbak, ga kebayang kalo bbmnya juga habis. Apa yg bakal terjadi?
BalasHapusDuuuh, bun jangan sampai deh jalan dompet tertinggal. Merana banget. Hihihi
BalasHapusSeru banget pengalaman ya, jadi kenangan tak terlupakan pastinya. Saya juga sempat ketinggalan hp plus dompet, untung masih ada PakSu jadi masih selamat. Hehe ...
BalasHapusMbayangin saat kejadian dan mungkin kalau aku yg ngalamkn pasti dah deg2an terutama ygbkedua
BalasHapusAlhamdulillah mb akhirny masalah terselesaikan y
Wah, seru juga kisah nyasarnya. Kok gak pakai GPS?
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging