SEJUKNYA AIR TERJUN SEKAYU di HULU TERENGGANU
By HAERIAH SYAMSUDDIN - Sabtu, September 17, 2016
Liburan Iedul Adha kali ini, kami manfaatkan dengan mengunjungi Taman Wisata Sekayu. Setelah browsing, ternyata Sekayu tidak hanya terkenal dengan air terjunnya. Wisata alam itu ternyata juga menghadirkan paket ala wisata kebun dengan Taman Pertanian Sekayu. Apapun itu gak masalah, semuanya bagus dan pastinya menarik.
Dengan mengandalkan Waze, kami pun menuju
Sekayu. Menurut Waze, dibutuhkan waktu tempuh sekitar 45 menit untuk sampai di
sana. Agak jauh sih, maklum Sekayu terletak di daerah Hulu Terengganu yang
berjarak sekitar 60 km dari kediaman kami di daerah Kuala Terengganu. Ujung
pukul ujung ini ceritanya.
Alhamdulillah, sesuai rencana kami tiba
di tempat tujuan. Saat itu sekitar pukul 10.00. Mulanya kami sempat sangsi apakah tempat ini
dibuka untuk umum karena keadaan sekitar yang lumayan sunyi. Sempat deg-deg an
juga sih. Maklum, ini kan termasuk dalam kawasan hutan lipur (hutan lindung
kali ya kalau di Indonesia kan). Dan setiap kali ngomong hutan yang terbayang
langsung monyet, ular dan harimau. Ihhhh.
Sebelum masuk kawasan air terjun, di sisi
kanan kami sempat melihat plang nama Taman Pertanian Sekayu. Sayangnya, pintu
gerbangnya tertutup rapat. Sewaktu kami bertanya ke penjual makanan yang berada
tak jauh dari gerbang tersebut, ternyata mereka juga tidak tahu. Kami malah
diminta bertanya ke penjaga taman yang kebetulan lewat. Dan ternyata taman itu
memang sedang tidak dibuka untuk umum.
Ya udah, kami lanjut ke kawasan air
terjun saja. Setelah terlebih dahulu membeli tiket seharga 2 RM untuk dewasa
dan 1 RM untuk anak hingga usia 12 tahun kami pun mulai memasuki kawasan air
terjun.
Usai memarkir kendaraan, kami pun masuk dengan berjalan kaki. Lagi-lagi langkahku terhenti gara-gara melihat papan amaran ini. Gambarnya seram sih....
Dan.....saya langsung dibuat terkagum-kagum dengan pengelola tempat ini. Betapa tidak, belum jauh melangkah, papan peringatan untuk tidak bermaksiat telah terpasang dengan garangnya. Dan bukan hanya satu, namun terdapat di beberapa tempat. Termasuk peringatan untuk tidak meninggalkan shalat bagi kaum muslimin. Dan tak jauh dari pintu masuk, sebuah surau kecil berada di sebelah kanan hampir berhampiran dengan deretan rumah-rumah sewa.
Satu hal yang boleh dibilang langka ditempatkan di tempat wisata seperti ini. Alhamdulillah, memang semestinya seperti itu. Jangan sampai kita bermaksiat di tempat yang seharusnya menjadi tempat untuk beristighfar atas kelemahan dan ketidakberdayaan kita sebagai makhluk-Nya serta memuji Allah atas kebesaran ciptaan-Nya.
Dan.....saya langsung dibuat terkagum-kagum dengan pengelola tempat ini. Betapa tidak, belum jauh melangkah, papan peringatan untuk tidak bermaksiat telah terpasang dengan garangnya. Dan bukan hanya satu, namun terdapat di beberapa tempat. Termasuk peringatan untuk tidak meninggalkan shalat bagi kaum muslimin. Dan tak jauh dari pintu masuk, sebuah surau kecil berada di sebelah kanan hampir berhampiran dengan deretan rumah-rumah sewa.
Satu hal yang boleh dibilang langka ditempatkan di tempat wisata seperti ini. Alhamdulillah, memang semestinya seperti itu. Jangan sampai kita bermaksiat di tempat yang seharusnya menjadi tempat untuk beristighfar atas kelemahan dan ketidakberdayaan kita sebagai makhluk-Nya serta memuji Allah atas kebesaran ciptaan-Nya.
Sayangnya, suasana yang indah ini ternodai dengan kejorokan yang tak terhingga. Bagaimana tidak, sampah berhamburan di mana-mana. Tong sampah bahkan tergeletak bukan pada tempatnya. Heran deh, padahal biasanya tempat-tempat di negeri ini sangat dijaga kebersihannya. Sepasukan petugas kebersihan biasanya selalu berseliweran bersiap membersihkan area tugasnya masing-masing.
Saya pun mencoba berbaik sangka, mungkin mereka pada liburan sehubungan dengan hari raya Iedul Adha yang jatuh kemarin jadi belum ada yang masuk bertugas. Dan sampah-sampah itu sepertinya juga bukan hasil perbuatan manusia. Mungkin hewan-hewan hutan berkeliaran di malam hari dan mengobrak-abrik sampah itu untuk mencari makan. Indikasinya ya tempat sampah itu kok sampai terjungkir balik semua. Gak mungkin kan manusia sampai iseng kayak gitu.
Kembali ke Sekayu. Setelah beberapa jauh melangkah, kami langsung mendapati pemandangan aliran air. Mulanya suami ingin kami bermain air di situ saja. Tapi menurutku air di tempat itu terlalu tenang. Ceritanya kan kami ingin menikmati suasana air terjun so gak seru dong kalau main airnya di tempat yang tenang. Tempat paling asyik menurutku ya di daerah yang paling dekat dengan sumber air tersebut.
Ya udah, suami mengalah. Kami pun melangkah lebih jauh ke dalam demi untuk mendapatkan tempat yang sesuai. Alhamdulillah nemu juga tempatnya. Tempat yang penuh dengan bebatuan dengan aliran air yang cukup deras. Sebenarnya saya masih ingin lebih jauh ke dalam. Tapi suami sudah memutuskan di sini saja. Iya deh, taat pada pemimpin berpahala lo....
Tanpa perlu dikomando dua kali, anak-anak segera berganti baju dan nyebur.
Kalau biasanya saya kebagian tugas sebagai penjaga barang-barang maka kali ini saya sepertinya harus ikut merasakan kesejukan limpahan air terjun Sekayu ini. Lupakan soal baju ganti. Pokoknya saya harus ikut nyemplung bagaimana pun caranya.
Setelah puas (sebenarnya anak-anak masih mau main air ) saya yang masih penasaran kembali mengajak suami dan anak-anak mencari sumber air terjun ini. Ga seru kan jauh-jauh dari Kuala Terengganu cuma main di aliran air nya aja tanpa tahu dan melihat sumber air terjunnya.
Usai ganti baju kami pun kembali menyusuri jalan menuju sumber air terjun. Ternyata lokasinya tidak terlalu jauh dan di sana sudah banyak orang-orang yang sedang menikmati keindahan hutan lipur ini. Bahkan sepertinya sebahagian ada yang bermalam. Hm, jadinya pengen nih kapan-kapan bisa mabit juga di tempat ini. Seru pastinya.
Dan....inilah air terjun Sekayu. Indah banget. Pengennya sih berada lebih dekat lagi namun kehadiran sekawanan laki-laki yang sepertinya orang-orang Bangladesh dan menginap di sebuah pondok yang berada persis di samping air terjun membuat langkahku terhenti di sini saja. Gpp, di sini juga pemandangannya cantik kok.
Kami tidak terlalu lama berada di kawasan ini. Gak nyaman soalnya. Setelah jeprat jepret beberapa kali, kami pun kembali menyusuri jalan yang telah kami lalui. Kawasan ini semakin ramai saja nampaknya. Terbukti dari kehadiran beberapa orang yang baru saja datang.
Sebelum pulang, kami menyempatkan diri untuk shalat di surau. Alhamdulillah, meski badan capek dan beberapa bagian tubuh anak-anak luka-luka akibat terbentur batu namun semuanya terkalahkan dengan kepuasan yang tak terkira. Bahkan si kecil Hilyah pun berpesan...
Saya pun mencoba berbaik sangka, mungkin mereka pada liburan sehubungan dengan hari raya Iedul Adha yang jatuh kemarin jadi belum ada yang masuk bertugas. Dan sampah-sampah itu sepertinya juga bukan hasil perbuatan manusia. Mungkin hewan-hewan hutan berkeliaran di malam hari dan mengobrak-abrik sampah itu untuk mencari makan. Indikasinya ya tempat sampah itu kok sampai terjungkir balik semua. Gak mungkin kan manusia sampai iseng kayak gitu.
Kembali ke Sekayu. Setelah beberapa jauh melangkah, kami langsung mendapati pemandangan aliran air. Mulanya suami ingin kami bermain air di situ saja. Tapi menurutku air di tempat itu terlalu tenang. Ceritanya kan kami ingin menikmati suasana air terjun so gak seru dong kalau main airnya di tempat yang tenang. Tempat paling asyik menurutku ya di daerah yang paling dekat dengan sumber air tersebut.
Ya udah, suami mengalah. Kami pun melangkah lebih jauh ke dalam demi untuk mendapatkan tempat yang sesuai. Alhamdulillah nemu juga tempatnya. Tempat yang penuh dengan bebatuan dengan aliran air yang cukup deras. Sebenarnya saya masih ingin lebih jauh ke dalam. Tapi suami sudah memutuskan di sini saja. Iya deh, taat pada pemimpin berpahala lo....
Tanpa perlu dikomando dua kali, anak-anak segera berganti baju dan nyebur.
"Deh....dingin sekali"
"Segar....."
"Hikz, saya tidak bawa baju ganti....."
"Segar....."
"Hikz, saya tidak bawa baju ganti....."
Kalau biasanya saya kebagian tugas sebagai penjaga barang-barang maka kali ini saya sepertinya harus ikut merasakan kesejukan limpahan air terjun Sekayu ini. Lupakan soal baju ganti. Pokoknya saya harus ikut nyemplung bagaimana pun caranya.
Usai ganti baju kami pun kembali menyusuri jalan menuju sumber air terjun. Ternyata lokasinya tidak terlalu jauh dan di sana sudah banyak orang-orang yang sedang menikmati keindahan hutan lipur ini. Bahkan sepertinya sebahagian ada yang bermalam. Hm, jadinya pengen nih kapan-kapan bisa mabit juga di tempat ini. Seru pastinya.
Dan....inilah air terjun Sekayu. Indah banget. Pengennya sih berada lebih dekat lagi namun kehadiran sekawanan laki-laki yang sepertinya orang-orang Bangladesh dan menginap di sebuah pondok yang berada persis di samping air terjun membuat langkahku terhenti di sini saja. Gpp, di sini juga pemandangannya cantik kok.
Kami tidak terlalu lama berada di kawasan ini. Gak nyaman soalnya. Setelah jeprat jepret beberapa kali, kami pun kembali menyusuri jalan yang telah kami lalui. Kawasan ini semakin ramai saja nampaknya. Terbukti dari kehadiran beberapa orang yang baru saja datang.
Sebelum pulang, kami menyempatkan diri untuk shalat di surau. Alhamdulillah, meski badan capek dan beberapa bagian tubuh anak-anak luka-luka akibat terbentur batu namun semuanya terkalahkan dengan kepuasan yang tak terkira. Bahkan si kecil Hilyah pun berpesan...
"Abah, besok kita ke sini lagi ya....."
"Insya
Allah...."
3 Comments
bsok lagi brarti siap siap baju ganti mba..hihi
BalasHapusbiar puas ciblonnya ;D
anak2 memang gak ada puasnya kalau main. Urusan baju ganti belakangan, pernah kita main2 air di laut padahal gak bawa baju ganti ya udah basah2an pulang dan mobil jadi basah dan kotor.
BalasHapusanak2 memang gak ada puasnya kalau main. Urusan baju ganti belakangan, pernah kita main2 air di laut padahal gak bawa baju ganti ya udah basah2an pulang dan mobil jadi basah dan kotor.
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging