Untuk pertama kalinya saya harus melakukan perjalanan naik pesawat bareng anak-anak tanpa keikusertaan suami. Selama ini suami selalu ikut dan tentunya beliau yang bertindak sebagai pemimpin perjalanan sehingga saya tinggal menunggu cantik dan mempersilahkan beliau yang mengurus semuanya. Mulai dari angkat-angkat barang (saya bagian mengawasi dan menghitung jumlah barang), mengambil troli, check in hingga kami semua duduk manis di dalam pesawat.
Beberapa hari sebelum
keputusan ini diambil, suami berulang kali mempertanyakan apakah saya mampu mengurus semuanya. Gak
gampang lho….apalagi di musim liburan kayak gini. Belum lagi saya juga harus
mengawasi barang serta keempat anakku yang akan ikut serta.
Dan…..saya pun harus berulang
kali meyakinkan beliau kalau saya mampu. Kalau pun saya punya kekhawatiran
paling cuma untuk satu hal. Saya tuh hobi banget nyasar (bukan hobi sih tapi
kekurangan diri, hikz). Tapi tenang saja, untuk mengantisipasi hal tersebut
saya kan punya mulut. Ntar kalau bingung tinggal tanya aja. Beres deh.
Alhamdulillah anak nomor
duaku sudah baligh sehingga dia bisa menjadi mahram kami semua. Tahu dong,
islam melarang perempuan safar alias bepergian tanpa didampingi mahram.
Kami meninggalkan rumah
sekitar pukul 1 siang. Untuk mengantisipasi kemacetan saya meminta pak supir
taxi agar mengambil jalan lewat jalan tol. Tahu sendiri kan betapa tidak
menyenangkannya berada di tengah kemacetan. Bisa-bisa pesawatnya udah sampai
Jakarta kami baru sampai bandara Hasanuddin. Macet membuat perjalanan yang dekat malah bisa
jadi jauh. Apalagi jarak yang jauh….bakal panjang ceritanya bak drakor.
Eits…kok bawa-bawa drakor seeeh…
Ingin tahu caraku membunuh rasa bosan? Baca yuk..... http://www.haeriahsyam.com/2016/11/membunuh-bosan-ala-saya.html
Di tengah jalan, Pak supirnya mengajak
ngobrol. Ternyata beliau juga pernah jadi TKI di Malaysia, di daerah Cheras.
Jadi deh, obrolan panjang. Dan inti pembicaraan adalah…..pak supir tersebut
menyarankan agar kami mengganti kewarganegaraan aja. Makjleb deh..
Singkat cerita kami pun tiba
di Bandara Hasanuddin. Sayang saya gak bisa foto-foto sebagaimana yang biasa
kulakukan bila berada di suatu tempat. Bagaimana bisa ngambil gambar,
perhatianku full pada anak-anak dan barang.
Setelah memastikan semua barang lengkap dan usai membayar taksi seharga 150 ribu kami pun bergegas masuk. Setelah memperlihatkan e-ticket yang ada di hp pada petugas penjaga pintu masuk, kami pun segera melenggang menuju bagian x-ray barang dan orang.
Saat itulah saya melihat
betapa padatnya para calon penumpang Maskapai Lion Air, pesawat yang akan kami
tumpangi. Bergegas kami bergabung dalam padatnya antrian. Berulang kali saya
mengingatkan anak-anak agar jangan terpisah dan saling mengawasi. Maklum,
suasana sangat ramai dan berdesak-desakan.
Saat sedang antri, anak-anak
kasak kusuk karena tepat di depanku adalah bule. Iseng mereka mengukur tinggi
badanku dengan tinggi badan bule yang menjulang tersebut. “Seperti ummi dan
Hilyah…..” ucap Khaulah terkikik. Kik kik kik……
Alhamdulillah, selama
perjalanan tadi dan saat sedang antri
anak-anak tidak ada yang rewel. Mereka
malah terlihat menikmati apa saja yang bisa dinikmati. Salah satunya, saya
disuruh ngajak ngobrol bule tersebut. Ealah Nak, Bahasa inggrisku udah banyak
yang hilang. Lagipula doi tuh lelaki. Mana boleh lah…..
Setelah giliranku tiba, saya
pun menyerahkan hp plus ktp-ku. Entah karena agak lama atau durasi nyala hp-ku
yang terlalu cepat, hp-ku sempat mati layar. Saat petugasnya menyentuh layar,
mungkin beliau salah tekan, beliau kebingungan sendiri karena disajikan dengan
tiga tampilan e-ticket. Iya sih, insya Allah kami akan melakukan tiga kali
penerbangan. Dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar-Bandara Soekarno Hatta
Jakarta, Bandara Soekarno Hatta-KLIA Kuala Lumpur, Bandara Subang Shah
Alam-Bandara Sultan Mahmud Terengganu.
Alhamdulillah, setelah itu
semuanya berjalan lancar. Usai memasukkan barang-barang ke bagasi kami pun
berjalan-jalan menikmati keindahan Bandara Sultan Hasanuddin. Saat itulah saya
baru bisa mengabadikan kenarsisan anak-anakku yang setiap kali melihat hal yang
menarik minta difoto di sana. Huhuhu….
Senang sih melihat anak-anak
tetap hepi. Cuma satu hal yang bikin saya kesal. Begitu masuk ke ruang tunggu,
anak-anak pada nodong minta makan. Padahal sebelum berangkat tadi mereka sudah
makan di rumah. Ya Allah Nak, tahu gak sih harga bandara tuh jauh banget di
atas harga normal. Ya udah, akhirnya saya membeli sebotol air mineral 600 ml
seharga 11 ribu (ampun deh, di luar cuma 2 ribuan) dan sekaleng susu beruang
seharga 18 ribu (di luar cuma 8 ribu). Udah gitu saya beli tiga cemilan yakni
kroket, risoles dan lemper masing-masing seharga rp 14.500 (di luar paling
mahal harganya 5 ribuan). Ampun deh.
Oh ya, satu hal yang tidak
boleh dilupakan adalah ternyata gate yang ada di ticket tuh sering beda dengan
gate yang harus kita masuki saat menuju pesawat. Karena gate yang ada di
tiketku menunjukkan Gate 5 maka kami menunggu di depan gate tersebut. Pas iseng
nanya ke petugas ternyata Gate-ku adalah Gate 6. Oalah….
Dan….setelah menunggu sekian
lama akhirnya kami pun dipersilahkan menuju pesawat. Berulang kali saya harus
memastikan kalau kami tidak salah pesawat. Soalnya di tiket tercantum kalau
yang akan kami tumpangi adalah Lion Air sementara di depan pintu masuk tertera
Batik Air. Iya sih, keduanya masih satu perusahaan. Tapi tetap saya harus
memastikan. Gak lucu kan kalau tujuan kami ke Jakarta terus sampainya di
Jepang. Huh, maunya……
Alhamdulillah selama
penerbangan semua berjalan lancar. Anak-anak juga lebih banyak tidur selama
penerbangan. Mungkin kecapekan. Sempat sih terjadi insiden kecil antara Tholhah
dan Nusaibah yang kali ini duduk berdampingan. Tapi untungnya tidak lama karena
setelah saya mengedarkan kembali pandangan ke arah ketiganya, semuanya sudah
terlelap.
Dan setelah menempuh
perjalanan selama lebih 2 jam kami pun tiba di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Untung
sebelumnya adik saya sudah mewanti-wanti agar kami langsung menaiki tangga yang
menuju ke gedung dan jangan ikut-ikutan
bus yang diperuntukkan bagi penumpang transit.
Setelah mengambil barang-barang di bagasi, kami pun bergegas keluar terminal kedatangan 1 A. Di sana kami menunggu jemputan suami yang langsung menuju bandara usai mengisi seminar di Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Sebenarnya anak-anak minta
makan namun saya khawatir nanti malah selisih jalan dengan suami soalnya suami
sudah berada di jalan. Akhirnya saya meminta anak-anak bersabar. Apalagi saya
sudah berpesan pada suami untuk membawa makanan untuk anak-anak. Suami menyanggupi
karena kebetulan pihak panitia membekali suami dengan nasi dos serta
sekeranjang buah-buahan. Tak lupa suami melengkapinya dengan beberapa buah susu
kotak.
Tak sampai sejam kami
menunggu ketika suami telah tiba dengan uber taxi-nya. Kami pun bergegas menuju
terminal internasional. Tak lupa anak-anak segera menghabiskan oleh-oleh dari
abahnya. Nyam nyam nyam…..
0 Comments
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging