Salah satu kebahagiaan seorang penulis adalah ketika tulisannya
diapresiasi dengan dimuat di tempat yang dituju. Hal itu pula yang kembali
kurasakan ketika sebuah tulisan singkat dimuat di Harian Amanah tanggal 15
Oktober 2015. Harian Amanah merupakan sebuah koran lokal Makassar yang berprinsip
“no fitnah no ghibah” dengan menggusung misi dakwah islam di dalamnya.
![]() |
Ketika Para Ibu Menulis |
Tulisanku tersebut berjudul “Ketika Para Ibu Menulis”. Tulisan ini
merupakan salah satu jawaban atas tantangan yang diberikan Bapak Ir. Firmansyah
selaku pemimpin Harian Amanah. Saat itu kami dari IIDN Makassar berkunjung ke
kantor redaksi harian tersebut. Alhamdulillah kedatangan kami disambut dengan
hangat dan sangat baik. Dan diakhir kunjungan itulah, Bapak Firman memberikan
tantangannya agar kami mengirim sebanyak-banyaknya tulisan ke media cetak yang
dipimpinnya sebagai bukti kalau kami memang para ibu yang suka menulis.
Berikut naskah asli tulisanku.
Ketika Para Ibu Menulis
Mendengar kata ibu,
lumrah yang terbayang dalam benak kita adalah gambaran seorang perempuan dengan
sejumlah anak, setumpuk pekerjaan rumah dan seabrek aktivitas harian yang tak
ada habisnya. Waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup untuk menyelesaikan
semuanya. Terlebih jika seorang ibu harus menyelesikannya seorang diri tanpa
bantuan ART. Untuk semua aktivitas tersebut, masihkah seorang ibu mempunyai
waktu untuk mengerjakan hal-hal produktif lainnya?Ternyata masih bisa.
Setidaknya keraguan itu
terjawab ketika sekelompok ibu (meski ada sebagian yang belum menjadi ibu)
kemudian bergabung dalam sebuah komunitas ibu menulis. Beberapa komunitas
tersebut seperti Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), Ibu Rumah Tangga Menulis (IRUTA)
atau Kumpulan Emak-Emak Blogger (KEB). Sesuai dengan namanya, para ibu yang
tergabung dalam komunitas tersebut adalah mereka yang senang dan tertarik untuk
menulis. Apalagi saat ini zaman telah canggih, menulis tak harus melulu dengan
kertas dan pena.
Dengan bermodalkan hp,
seorang ibu juga dapat menulis di sela-sela kesibukannya. Menulis apa saja,
termasuk menulis status di sosial media sebagai sarana latihan menulis yang
paling mudah.Kehadiran komunitas menulis ini setidaknya dapat memberi warna
baru akan sosok seorang ibu. Dengan menulis seorang ibu akan terlihat lebih
cerdas. Setidaknya itu gambaran sebagian besar orang akan sosok seorang
penulis. Bukankah untuk bisa menulis, seseorang harus bisa, biasa dan senang
membaca terlebih dahulu. Aktivitas ini tentu saja mencerdaskan. Dan kecerdasan
itu akan bertambah ketika seseorang mampu menulis atau menuangkan dari apa-apa
yang telah dibacanya.
Dan yang penting, semua
aktivitas mencerdaskan ini tidak hanya akan bermanfaat bagi ibu-ibu itu sendiri
namun juga bagi anggota keluarganya yang lain. Dan jangan salah, aktivitas
menulis juga bisa dijadikan side income. Dengan mengirimkan tulisan ke media cetak,
menjadi blogger, kontributor media atau pun menulis buku maka sejumlah rupiah
dapat berpindah ke rekening pribadi.
Bagaimana para ibu?
Sudahkah kita menulis hari ini?
(Haeriah Syamsuddin,
Ibu 5 Anak)
Semoga bermanfaat
0 Comments
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging