Balada Bus Saptco, Si Merah yang Setia Mengantar Jemaah ke Masjidil Haram

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Senin, Oktober 17, 2022

 


Sumber Gambar: 
https://makkah-madinah.accor.com/tag/makkah-travel/

Banyak sekali hal menarik yang saya alami ketika melaksanakan umroh ramadhan 1443 H yang lalu. Banyak sekali hal-hal yang terjadi, yang sayang untuk dilewatkan sehingga tangan ini pun tergelitik untuk menuliskan kisah-kisahnya. 


Satu hal menarik yang ingin saya kisahkan kali ini  adalah tentang bus. Mengapa bus? Begini ceritanya .... 


Saat umroh dan berada di Makkah, jemaah kami ditempatkan di 3 lokasi. Satu kelompok berada di Hotel Al Jawhara Tower, tempat  kelompokku menginap dan dua kelompok lagi di hotel yang berbeda, tetapi tetap berdekatan.


Baca Juga: Pengalaman Mencari Raudhah Saat Umroh Ramadhan 1443/2022


Keputusan ini diambil karena saat itu Haramain tengah padat merayap. Kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia seolah tumplek di sana. Tak heran, hotel dan penginapan semuanya penuh. Itulah mengapa, jemaah kami akhirnya dibagi-bagi karena tidak ada hotel yang menyisakan kamar sesuai dengan jumlah kami. Masya Allah. 


Al Jawhara Hotel

Maklum, selain karena  Ramadhan termasuk waktu-waktu terpadat jemaah umroh di Haramain yang disebabkan keutamaannya yang sangat besar, Ramadhan kemarin juga merupakan untuk pertama kalinya jemaah bisa melaksanakan umroh dengan lebih leluasa setelah terjadinya pembatasan akibat pandemi Covid-19 sejak 2 tahun lalu. 


Nah, sebagaimana yang diberitahukan saat manasik umroh, lokasi hotel kami berjarak sekitar 2 km (tapi barusan saya ngecek di Map, tertera 4,6 km) dari Masjidil Haram. Untuk ke sana, kami harus menggunakan bus Saptco, bus yang memang disediakan untuk mengantar jemaah umroh pulang pergi dari hotel ke Haram atau sebaliknya. Bus ini mudah dikenali karena warna khasnya, merah. Kebetulan, hotel kami berada tepat di depan halte bus dan juga kebetulan kamarku menghadap ke arah halte tersebut.


                        


Mulanya, pihak travel memberitahukan kalau kami bisa  menggunakan bus tersebut secara gratis. Kalaupun nanti ditanya-tanya kondektur, kami cukup memperlihatkan kartu nama hotel kami sebagai tanda kalau kami memang jemaah umroh dan menginap di hotel tersebut.

 

Kartu nama hotel


Sayangnya, aturan ini hanya berlaku selama beberapa hari. Setelah beberapa hari memanfaatkan kartu nama ....



“La la la ...” tolak kondektur bus usai kami memperlihatkan kartu nama hotel, sebelum naik ke bus seperti biasanya.


Saat itu, saya bersama beberapa orang teman hendak pergi ke Haram. Namun, kartu kami ditolak dan terpaksa kami merogoh kocek. Tak ada pilihan lagi, apalagi kami harus segera tiba di Masjidil Haram. Jika kami terlambat, banyak pintu masuk ke masjid yang sudah ditutup sehingga kami harus mencari jalan lain. Ini akan merepotkan dan sangat berpotensial membuat kami nyasar jika mengambil arah atau masuk melalui pintu yang berbeda.


Alhamdulillah, saya punya lembaran 10 riyal. Saya pun membayarnya dan si kondektur hanya mengembalikan 1 riyal. Padahal, seharusnya 1.95 riyal. Saya sudah  memberitahukan kalau kembaliannya kurang, tetapi si kondektur cuek beibeh dan tetap sibuk menagih penumpang yang lain. Entah memang beneran gak peduli atau gak ngerti saya ngomong apa. Lha, saya mintanya pakai bahasa Indonesia, hehehe.

 


Tiket bus dengan tarif 8,05 Riyal untuk sekali PP


Di tengah kebingungan kami yang mendadak ditagih bayaran, salah seorang jemaah yang sudah sepuh kemudian mengeluarkan uang rupiahnya, 100 ribu.  Mulanya si kondektur menolak dan meminta uang pas, tetapi karena hanya itu uang beliau, si kondektur malah mengembalikan uangnya dan si Bapak diperbolehkan naik bus gratis.  Masya Allah.

 

Karena ternyata kebijakan “naik bus pakai kartu” hanya berlaku selama beberapa hari, kami pun komplain ke pihak travel. Soalnya, harga tiket busnya lumayan yakni 8.05 riyal, sedangkan setiap hari kami pasti ke Haram. Bahkan, tidak hanya sekali, bisa berkali-kali dalam sehari. Kebayang kan berapa riyal yang harus kami keluarkan sekadar untuk transport.


 Baca Juga: 5 Bahan Alami Ini Siap Atasi Kaki Kusam


Setelah bermufakat dengan pihak hotel dan pihak bus, kami pun diberikan tiket bus yang bisa dipakai berulang-ulang. Tak lupa, pihak travel berulang kali meminta maaf atas ketidaknyamanan kami. Mereka meminta kami memaklumi karena memang kebijakan aturan di Saudi seringkali berubah-ubah dalam waktu singkat. Untuk itu, kami diminta banyak-banyak bersabar dan terus  berdoa agar senantiasa dimudahkan selama berada di Tanah Haram dan menjalankan ibadah umroh ini.

Setelah beberapa lama kami nyaman menggunakan tiket berulang kali pakai, pihak bus kembali bikin aturan baru. Kali ini, tiket-tiket kami tidak bisa digunakan. Kami harus membeli tiket langsung dari kondektur yang setelahnya langsung disobek sehingga tidak dapat digunakan lagi.

 

Saat itulah, saya mengadu ke ustaz pembimbing kami yang masih berada di hotel. Soalnya, kami tidak diperbolehkan naik ke bus meski masing-masing sudah memegang tiket. Ustaz pun turun tangan langsung dan entah beliau ngobrol apa dengan si kondektur soalnya pakai bahasa Arab, sih. Jadi, kita gak ngerti. Kayaknya sih berdebat, tapi kok ya semuanya terlihat senyum-senyum. Lha, kalau di Indonesia aroma-aromanya sudah baku hantam ini mah, hehehe.   


“Naik miki, masih bisaji gratis, tetapi berikutnya harus membayar. Nantilah, kami carikan solusi.” Usai berdebat "dingin" (gak ada yang baku hantam soalnya, hehehe), ustaz menyuruh kami naik ke bus.


Kami pun bergegas naik, sebelum si kondektur berubah pikiran.  Hufh, lega rasanya saat tubuh kami duduk di bangku empuk di dalam bus yang tak lama kemudian melaju kencang menuju Haram. Jarak dari hotel menuju Masjidil Haram memakan waktu sekitar 5 menit dan setelahnya kami masih harus berjalan jauh menyusuri pelataran Haram yang sangat luas. 






Bagian Dalam Bus Saptco

Parkiran Bus Saptco

Qadarallah, beberapa hari kemudian, saya kemudian haid. Untuk beberapa saat, saya tidak ke Haram. Namun, dari cerita suami dan juga teman-teman, ada yang bisa naik bus gratis dan ada yang tetap harus membayar. Benar-benar gak jelas aturannya. 


Uniknya, tepat di malam ke-27, malam yang diyakini banyak ulama sebagai malam Lailatul Qadar, bus Sapto dibatasi untuk beroperasi. Katanya, hal ini sengaja dilakukan karena saking banyaknya jemaah yang hendak ke Haram, sementara Haram sendiri sudah sangat membludak. Akhirnya, sebagian jemaah ada yang berjalan kaki menuju Haram. 


Masya Allah, malam itu memang sangat hiruk-pikuk. Dari kamar kami yang terletak di lantai 1, terdengar dengan jelas suara sirene mobil patroli polisi lengkap dengan instruksi-instruksinya yang sepertinya sangat tegas menertibkan kendaraan. Halte bus pun terlihat sangat ramai oleh jemaah yang ingin ke Haram, sementara bus-bus Saptco yang melintas seolah tidak mengacuhkan mereka. Bus melaju dengan kencang tanpa berhenti untuk mengambil penumpang seperti biasanya. 


Masya Allah, benar-benar dibutuhkan effort yang sangat kuat "hanya" demi bisa beribadah. Tak heran bila pahala yang dijanjikan juga sangat besar, lebih baik dai 1000 bulan. Masya Allah.



Para jemaah menunggu bus Saptco 

Sementara dari jendela kamar, saya hanya bisa menangis dan mencoba ikhlas menerima ketetapan dari Allah Subhanhu wa Ta'ala. Bagaimanapun, ini adalah bagian dari takdir-Nya yang tak bisa saya tolak. Saya pun hanya bisa pasrah menerima dan menjalaninya. Semoga keikhlasan ini juga mendapatkan bagian yang layak dari Sang Khaliq. Aamiin.

  

Alhamdulillah, saat tiba Hari Idulfitri, saya dan suami yang akan ke Haram tidak dimintai pembayaran saat akan naik bus. Sepertinya, kebijakan kembali ke peraturan awal yakni gratis karena untuk beberapa hari kemudian, kami tetap bisa naik bus gratis ke Masjidil Haram.


Baca Juga: 9 Tips Wisata Luar Negeri Hemat


Apa pun itu, kata ustaz, pengeluaran uang selama di sana sebaiknya kami niatkan untuk sedekah. Hal ini mengingat besarnya keutamaan yang dimiliki Haramain. 



Rasanya, semua kenangan yang terukir di Tanah Haram hanya menyisakan satu rasa. Rasa RINDU. Semoga kita semua diberikan rezeki untuk bisa kembali mendapatkan panggilan-Nya, berkunjung ke Baitullah. Aamiin ya, Rabbal Alamin.

***

  • Share:

You Might Also Like

25 Comments

  1. Ya ampun, aturannya berubah2 terus ya mbak? Bener2 diuji kesabarannya. Apalagi sempet kembaliannya kurang. Tp baik juga pak kondektur menggratiskan jamaah sepuh yg cm punya uang rupiah. Soalnya keinget mbahku baru aja berangkat umroh. Semoga segala sesuatunya dimudahkan di sana. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget, banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum memenuhi undangan-Nya.

      Hapus
  2. Iya bener juga nih aturan suka berubah-ubah bukan hanya pas sudah di Makkah, dalam hal ini soal bus Saptco. Bahkan sejak di Indonesia juga sih, yang bikin bingung agensinya juga. Karena kan jemaah maunya terima beres. Terima kasih artikelnya bermanfaat banget...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau berubah2 begini, kasihan agensinya juga karena mereka maunya memberi yang terbaik bagi jemaah, tetapi terkadang terkendala regulasi yang gak jela.

      Hapus
  3. MashaAllah. Kalau di sini udah pasti penumpang milu adu urat leher ya, Kak. Sepertinya emang selalu ada cerita menarik berada di sana. Membacanya pun terasa menyenangkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak sekali cerita2 saat di Tanah Haram. Sayang aja untuk dilewatkan jadinya ditulis biar jadi kenangan dan pelajaran juga.

      Hapus
  4. Masya Allah... umrah mabrur Insya Allah ya bun. Luar biasa memang ya perjuangan beribadah di tanah suci. Dan manis pahitnya tetap terasa indah untuk dikenang dan diulang.

    BalasHapus
  5. Masya Allah, senang membacanya. Kayaknya dulu tahun 2010 belum ada bus Saptco. Makin maju perkembangan di sana. Tetap rindu juga ingin kembali ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya malah baru tahu kalau di 2010, Saptco belum ada. Nanti saya coba cari info pertama kali bus ini ada.

      Hapus
  6. MasyaAllah, campur aduk perasaan saya kalau baca pengalaman yang sudah ke tanah suci. Mudah-mudahan dimudahkan bisa ke sana juga.
    Baca pengalaman Bunda jadi tahu, kalau ke sana harus bener-bener persiapannya ya ... aturannya bisa berubah-ubah gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak yang memang harus dipersiapkan, jadi bukan hanya dana. Sabar dan ikhlas juga sangat penting.

      Hapus
  7. Ya Alloh, senengnya bisa menginjakkan kaki di tanah suci. Bismillah kami pun bisa segera ke sana mbak.
    Iya, godaannya banyak banget ya, termasuk terkait aturan dan membludaknya jamaah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah mba Nanik dan keluarga juga bisa ke sana. Aamiin.

      Hapus
    2. Tapi bener banget, ya mbak. Apa pun yang terjadi di sana, jika diniatkan ikhlas karena Alloh Swt, insyaaAlloh hanya rindu yang tersisa untuk kembali ke tanah suci.
      Bahkan serangkaian peristiwa yang terjadi, rasanya hanya seperti sebuah cerita saja, sepertinya ya mbak.
      Anw makasih banyak sharingnya mbak.

      Hapus
  8. Astaghfirullah, benar-benar menguji kesabaran ya Bun. Harus punya stock sabar yang luar biasa ini menghadapi si petugas bus itu ya, hmmm. Benar kata Ustadz, pengeluaran yang dikeluarkan diniatkan saja sebagai sedekah, apalagi di tanah Haram dan di bulan Ramadhan, semoga mendapatkan ganti yang lebih besar, Aamiin.

    BalasHapus
  9. MasyaAllah, pengalaman ke tanah suci benar-benar jadi pengalaman tak terlupakan ya Mbak. Aturan yang berubah-ubah, jarak tempuh yang cukup jauh dan ujian lainnya yang menguji niat ibadah kita. Meskipun begitu tetap ada rasa selalu rindu dengan tabah suci ya Mbak. Ini jadi nikmat tersendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seberat apa pun rintangannya, tanah suci selalu menghadirkan kerinduan.

      Hapus
  10. Wahh.. Jauh juga ya Bun Hae jarak hotel ke Masjidil Haramnya. Aku dlu sekitar 800 meter aja udah berasa lumayan jauh karena memang jalan kaki. Duh.. jadi kangen pengen balik ke sana. Semoga Allah izinkan utk berhaji. Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya lebih enak jauh karena bisa naik bus daripada dekat tapi harus jalan kaki. Soalnya, dari pelataran masuk Masjid juga lumayan jauh.
      Biarpun sejauh apa pun, tanah suci akan selalu dirindukan.

      Hapus
  11. ternyata jarak ke Masjidil Haram-nya jauh ya mba, makanya kudu pakai bus. Dan dengan aturan yang berubah, pengalaman pertama bus dicuekin akan jadi kenangan tak terlupakan dalam ibadah kali ini. InsyaAllah segala kesabaranya mba dan uang yang dikeluarkan, akan dibalas dengan rezeki dan kebaikan dari Allah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau Ramadhan, hotel2 memang pada full, terutama yg dekat Masjidil Haram.

      Hapus
  12. masyaAllah pastinya jadi pengalaman tak terlupakan ya, mbak umrah di bulan ramadan. kayaknya setelah pandemi jamaah umrah benar-benar membludak ya setelah 2 tahun tidak diizinkan ke tanah suci. ibu saya juga baru pulang kemarin dari umrah dan pas lihat video di masjidil haram beneran penuh banget jamaahnya

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging