"Nemu di mana lu?" tanyaku
acuh tak acuh
"Sampah kali nemu...."tandas
Susan cepat. Wajah manisnya cemberut.
Lalu mengalirlah kisah
serunya. Kisahnya saat bertemu cowok tajir itu. Sayang, saya sudah lupa
tepatnya cerita pertemuan pertama mereka. Apakah di tempat kerja Susan
ataukah dikenalkan oleh salah seorang teman sekerja Susan.
Yang jelas, sejak saat itu Susan sering pamit padaku dengan alasan nge-date. Maklum, rumah Susan kan agak masuk gang sementara rumahku tepat di pinggir jalan. Sehingga, tiap kali janjian ketemuan dengan cowok tajirnya itu Susan senantiasa melewati rumahku.
"Malas ah. Tahu sendiri kan mulut orang lorong. Suka usil......" alasan Susan setiap kali kutanya mengapa cowok tajirnya tidak menjemputnya di rumah melainkan menjemput di pinggir jalan.
Susan adalah sahabat sekaligus
tetanggaku. Sebenarnya kalau dilihat dari wajah dan penampilan, Susan tergolong
perempuan biasa-biasa saja. Tapi kalau sudah dandan, semua manis-manisnya
keluar deh. Wajahnya mendadak ngebetahin apalagi dengan belahan dagu di
wajahnya. Pokoknya, bikin kaum Adam bakalan menoleh (meski gak jelas untuk apa,
hihihi).
Pacaran dengan cowok tajir, bikin Susan ikutan kecipratan. Beberapa kali Susan memamerkan barang-barang pemberian cowoknya. Sebagai teman, saya juga ikut kecipratan. Meski cuma dihadiahi sebungkus makanan oleh-oleh acara dinner mereka. Hehehe.
*
"Gila, Gue dikadalin......." di sore yang mendung itu Susan kembali menyapaku di kamarku yang sempit. Wajahnya terlihat geram.
Lalu meluncurlah cerita dari mulut Susan. Katanya, sore kemarin ada seorang tamu istimewa yang datang ke rumahnya. Tamu tersebut seorang perempuan cantik dengan penampilan layaknya seorang sosialita berkelas. Penampilannya itu tentu saja sangat kontras ketika ia masuk ke gang dan menanyakan rumah Susan kepada para tetangga.
Lalu meluncurlah cerita dari mulut Susan. Katanya, sore kemarin ada seorang tamu istimewa yang datang ke rumahnya. Tamu tersebut seorang perempuan cantik dengan penampilan layaknya seorang sosialita berkelas. Penampilannya itu tentu saja sangat kontras ketika ia masuk ke gang dan menanyakan rumah Susan kepada para tetangga.
"Seketika lorong gempar......" ujar Susan.
Maklum lorong kami belum pernah didatangi sosialita.
"Tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah......
perempuan itu adalah istri cowok tajir gue...."
Tentu saja saya sangat terkejut. Sebenarnya beberapa hari yang
lalu sempat terbersit di hatiku keraguan atas status cowok tajir Susan
tersebut. Hari gini ada cowok tajir, cakep tapi masih jomblo itu kok
kayak menemukan selendang bidadari yang sedang mandi di telaga (yaelah, kok
saya malah ingat Jaka Tarub ya?) Rada-rada impossible, gitu. Tahu sendiri kan,
cowok kayak gitu biasanya udah punya gandengan. Kalau bukan istri ya minimal
tunangan atau pacar.
"Gila banget tuh cowok. Maunya apa sih. Punya istri secantik
itu kok masih nyari yang lain. Sialnya, pas si ibu sosialita itu datang, gue
lagi jadi Upik Abu. Pakai kaos lusuh, celana pendek, rambut berantakan plus
muka gue lagi pakai bedak dingin. Mana belum mandi lagi. Pokoknya ancur banget
deh. Si ibu itu pasti harus memastikan diri berkali-kali kalau gue beneran
orang yang dicarinya...."
Untungnya, si ibu itu datang baik-baik. Setelah memastikan telah
menemukan orang yang dicarinya, alih-alih marah eh si ibu malah memperkenalkan
diri dengan penuh kelembutan dan kesopanan. Bahkan kata Susan, ia sama sekali
tidak menyinggung hubungan Susan dengan suaminya. Malah, Susan diajak
kapan-kapan boleh main ke rumahnya.
Ampun deh, ternyata masih ada orang seperti ibu sosialita itu di dunia ini. Baik banget dirimu, Bu......
Maka sesuai dengan rencana, Susan kemudian menghubungi cowok tajirnya lalu memaki-makinya sepuas hati. Bukan hanya itu, Susan juga mengembalikan semua pemberian cowok tajir tersebut.
"Mestinya barang-barang itu kamu belikan untuk istrimu. Dia perempuan yang baik, sangat baik. Bukannya kamu belikan untuk perempuan lain...."
Two tumbs!!!!
Susan keren deh. Ternyata sahabatku itu bukanlah tipe matre apalagi valakor. Dengan sukarela ia mundur (dan memang seharusnya begitu). Bahkan ketika cowok itu tetap mengejarnya, Susan keukeuh untuk menolak. Susan benar-benar bete dibuatnya.
Yang bikin saya ngakak, tahu tidak Susan ngomong apa ke cowok itu...
Susan keren deh. Ternyata sahabatku itu bukanlah tipe matre apalagi valakor. Dengan sukarela ia mundur (dan memang seharusnya begitu). Bahkan ketika cowok itu tetap mengejarnya, Susan keukeuh untuk menolak. Susan benar-benar bete dibuatnya.
Yang bikin saya ngakak, tahu tidak Susan ngomong apa ke cowok itu...
"Kamu kan punya cermin di rumah, tolong kamu pakai cermin itu. Lihat baik-baik muka kamu. Muka kamu tuh gak pantas dapatin gue......"
Gubrak!
Gubrak!
"Abis, gue muak banget lihat mukanya. Sudah punya istri cantik dan baik eh masih juga cari perempuan lain. Dipikirnya, semua perempuan silau dengan materinya kali......" jelas Susan ketika kutanya mengapa ia sampai mengeluarkan kata-kata sangat pedas itu.
Good job, Sister. Ingat prinsip kita.......
Jomblo
Boleh, Valakor Jangan
*kisah nyata beberapa tahun lalu
17 Comments
Jadi keingetan, saya juga pernah dikadalin sama cowok dari Batam. Ngakunya lajang, eh istrinya kirim SMS. Untung baik-baik, jadi bisa diselesaikan baik-baik juga. Hehe
BalasHapusSeram ya mba kalau harus berurusan dengan laki2 buaya darat. Untung urusannya bisa selesai baik2.
HapusKalimat yang bagian cermin bikin ngakak, nggak sekalian di tampol ke mukanya wkwkwk. Bagus deh Susan aku suka ketegasanmu :D
BalasHapuswww.extraodiary.com
Bahasa Susan memang halus tapi nampol banget. Tadinya saya pikir ngapain bawa-bawa cermin segala. Hehehe
HapusAlhamdulillah kalau tetangga mba mau mundur. BAhaya kalau cinta buta dan membahayakan masa depan. Smoga menemukan yang lebih baik. Aamin
BalasHapusIya, Mba. Alhamdulillah, sahabatku tidak ditutupi dengan cinta buta. Dia masih mau berpikir rasional. Alhamdulillah, sekarang sahabatku sudah menikah dan punya anak 4.
Hapussetau saya istilahnya itu 'pelakor' :D
BalasHapuskeren. temennya berhati besar,jgn sampe deh buat rumah tangga org berantakan
Iya, ada yang istilahkan pelakor=perebut laki orang. Tapi saya senang yang Valakor, kesannya lebih seram, hihihi
HapusSusan kereeeen...
BalasHapusHahahaa...ngakak pas bagian upik abunya. Makin ngakak pas bagian susan ngomel2 tentang cermin
Saya pun ngakak abis usai Susan bercerita kalau dia baru aja skak mat cowok itu. Untung aja tuh cowok gak dilempari pake bakiak, hehehe
HapusAku jadi ingat sama sahabatku yang juga hampir jadi valakor mbak, aku sampai kesel ngingetinnya tapi untung dia sadar.
BalasHapusAlhamdulillah ya mba. Jangan sampai deh, orang2 disekitar kita jadi valakor dan jangan sampai rumah tangga kita diganggu oleh valakor.
HapusSusan keren banget! Hehehehe
BalasHapusEmang keren Kang. Kalau tidak, saya gak mau loh jadi temannya lagi......
HapusWaaah keren Susan, jarang ada yang begini. Jangan sampe deh jadi valakor. Kasihan bini sebaik itu ya.
BalasHapusAlhamdulillah, si Susan lebih mengutamakan logikanya. Lagian, hanya perempuan gak waras yang tega menyakiti sesama perempuan apalagi yang sebaik bini lelaki itu.
Hapussalut sama si Ibunya, sabar dan gak emosian tapi tetap ngena maksud dan tujuannya. Salut juga buat teman Mba, pas udah tau faktanya dia sadar itu gak benar. Perempuan yang baik, semoga lekas mendapatkan jodoh laki-laki yang baik jg. Aamiin
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging