Karenanya jangan pernah
menanyakan teori menulis pada saya karena saya benar-benar tidak tahu. Lalu
bagaimana saya bisa menulis? Ya itu tadi dari kebiasaan saya membaca dan
membaca. Kebiasaan membacaku sejak saya mulai bisa membaca. Saking sukanya
membaca, waktu SD dulu, saya mampu menghabiskan novel Khoo Ping Hoo yang super
tebal itu dalam waktu sehari. Uang jajanku pun habis untuk menuntaskan hasratku
akan bacaan. Bobo, Ananda, Kuncung, Anita Cemerlang, Aneka Ria, Mode, Gadis, Hai, bahkan terkadang Kartini atau Femina tidak akan bisa lewat begitu saja dari pandanganku. Bahkan koran bekas bungkus tarajjong atau cabe harus saya baca dulu sebelum dibuang ke tempat sampah. atau kalau menarik, ya saya kumpul buat arsip. Saya juga tercatat sebagai anggota di beberapa tempat penyewaan buku.
Oke kembali ke topik. Dari
kebiasaan membaca itulah, secara alami otak saya dapat mengklasifikasikan
sebuah tulisan. Apakah tulisan itu bagus atau biasa-biasa saja. Kebiasaan itu
juga membuatku kemudian bisa memberi gambaran bagaimana agar tulisan yang
biasa-biasa saja itu bisa lebih oke. Tanpa sadar saya pun menjadi seorang
pengamat tulisan (waktu kuliah masih sebatas fiksi).
Sebagai ajang latihan
menulis, saya menggunakan diary sebagai medianya. Diary adalah tempatku
curhat-curhatan. Apa saja kutulis di sana. Lagi berantem sama sahabatku,
kutulis. Sebal sama guru, kutulis. Dijewer mama, kutulis. Bertengkar dengan
adik-adik, kutulis. Pokoknya everything…..
Kebiasaan menilai, mengamati
dan memberi masukan serta menulis di diary itu kemudian memberikan satu
kesadaran tersendiri. Kenapa saya tidak kemudian ikut membuat tulisan yang
MENURUTKU bagus? Saya pun menjawab tantangan itu. Dan, lahirlah sebuah cernak
(cerita anak) yang dua hari kemudian dimuat di koran Harian Pedoman Rakyat.
Tulisan pertamaku dimuat di tahun 1994, saat saya duduk di semester satu.
Sedekah Plus Edisi 27 (Maret 2016) |
Sejak itu saya ketagihan
menulis. Hampir tiap minggu tulisanku dimuat di harian tersebut ataupun Harian
Fajar. Qadarallah, kebiasaan menulisku terhenti saat saya menikah di 1998. Saya
kembali aktif menulis di akhir 2011 dan di awal 2012 lahirlah antologi pertamaku,
“Terapi Menulis”. Alhamdulillah saat ini saya telah menghasilkan 4 buku solo,
10 antologi, 2 terjemahan, beberapa tulisan di media cetak, aktif sebagai
contributor tetap sebuah majalah dakwah serta tetap asyik sebagai ghost writer.
Buku Solo Pertamaku |
Buku Solo Ketigaku |
Buku Solo Keempatku |
Jadi, bagaimana saya memulai
menulis? Baca, baca dan teruslah membaca maka engkau pun akan bisa menulis.
0 Comments
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging