Sewaktu masih gadis, aku
paling suka mengunjungi pameran pembangunan yang diadakan di kotaku,
Makassar. Pameran pembangunan ini
diadakan setahun sekali dan diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT
negeri tercinta sebagai ajang memperlihatkan kemajuan pembangunan yang berhasil
dicapai oleh kabupaten dan kota yang ada di propinsi Sulawesi Selatan.
Yang paling aku senangi dari
pameran ini ialah jualan kuliner khas daerah
yang biasanya dijual langsung oleh ibu-ibu PKK daerah masing-masing.
Biasanya aku akan berburu aneka macam dodol yang banyak dijajakan di sana.
Maklum, aku termasuk salah seorang penggemar berat makanan kenyal tersebut.
Satu hal yang paling kusuka
dan paling membuatku betah berlama-lama
ialah saat berada di stand milik kabupaten Wajo. Sebagai kabupaten yang terkenal sebagai penghasil sutera maka di stand tersebut sengaja ditampilkan
alat penenun lengkap dengan tukang tenunnya. Yang menariknya lagi ialah
pengunjung dibolehkan mencoba menggunakan alat penenun tersebut. Sangat
menarik, kan?
Sayangnya setelah menikah,
aku ikut suami berpindah ke daerah lain sehingga tidak lagi bisa mengunjungi
pameran pembangunan tersebut. Apalagi daerah baruku tersebut adalah sebuah kota
kecil yang tentu saja minim bahkan bisa dibilang tidak mengenal pameran
apapun.
Hingga kemudian, nasib
membawa kami sekeluarga untuk menetap di negeri jiran, Malaysia. Di sanalah
untuk pertama kalinya aku mengunjungi pameran buku yang digelar di negeri
tersebut. Kebetulan pameran buku yang diadakan adalah pameran buku antarbangsa
(internasional) yang menghadirkan beberapa penerbit dan buku dari beberapa
negara.
Sebagai pecinta buku, tentu
saja momen tersebut tidak aku sia-siakan. Inilah kesempatan untuk mendapatkan
buku dengan harga murah sembari cuci mata menikmati sajian buku yang beraneka
jenis, tampilan bahkan bahasa.
Bersama suami dan
kelima anakku, kami sekeluarga mendatangi gedung PWTC (Putra Wold Trade Centre)
yang berada di Kuala Lumpur. Meski baru pertama kali akan mendatangi tempat
tersebut namun kami yakin tidak akan tersesat karena tentunya tempat tersebut
sudah sangat familiar sehingga kami hanya perlu bertanya sekiranya nanti
kehilangan arah.
Dengan mengandalkan transportasi kereta kami kemudian turun di Stasiun Putra yang ternyata berdampingan
letaknya dengan Sekolah Indonesia (SI). Ternyata cukup banyak pengunjung kereta
yang mempunyai tujuan yang sama dengan kami. Rupanya animo masyarakat Malaysia
sangat besar menyambut event tahunan ini.
Benar saja, ketika tiba di
gedung ternyata sudah banyak pengunjung yang memadati tempat tersebut.
Pengunjungnya dari segala umur, ada orang tua maupun anak-anak. Suasana mirip
dengan tempat hiburan karena banyak diantara pengunjung yang terlihat
beristirahat di emperan sembari menikmati bekal makanan yang telah mereka
siapkan.
Karena suasana sangat ramai,
aku dan suami harus berulang kali mengingatkan anak-anak agar tidak melepaskan
pegangan dan berjalan sendiri. Maklum, anak-anak langsung histeris melihat
banyaknya buku dengan tampilan yang sangat memesona. Belum lagi rayuan maut
para SPG menawarkan dagangan bukunya yang imut dan lucu-lucu .
Ternyata di ajang pameran
tersebut bukan hanya melulu jualan buku dengan beragam diskon. Beberapa acara
juga diselenggarakan seperti pameran sejarah perbukuan dunia, talk show,
pelatihan menulis, lomba menggambar dan mewarnai, aneka games, dan banyak lagi
acara seru lainnya. Bahkan stand Arab Saudi di hari terakhir membagikan buku-buku jualan mereka secara
gratis kepada para pengunjung yang mendatangi stand mereka. Tentu saja hal ini
membuat stand tersebut sangat ramai didatangi pengunjung. Ternyata yang namanya
gratisan banyak disukai orang.
Sebagai orang Indonesia
tentu saja, kami tidak lupa mengunjungi stand Indonesia. Sayangnya sangat minim
penerbit yang memamerkan bukunya di ajang ini. Padahal animo masyarakat pada
penerbit Indonesia cukup hangat. Ketika
hal itu kami tanyakan kepada penjaga, beliau hanya mengangkat bahu sebagai
jawabannya.
Menjelang maghrib kami
meninggalkan tempat tersebut. Tentu saja setelah mendapatkan buntelan buku dan
kaki pegal-pegal karena kelamaan berjalan dan berdiri. Namun tentu saja semua
itu terbayarkan dengan rasa puas dan keinginan yang kuat untuk kembali
mendatangi event pameran buku di tahun mendatang yang sayangnya tidak
kesampaian karena kami harus kembali menetap ke tanah air.
Tulisan
di atas di ikutsertakan dalam Parade Blog IKAPI JABAR - SYAAMIL QURAN
1 Comments
waaaa perjalanan yang berkesan sekali ya :D pameran buku memang is the best.
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging