Sandiwara Langit (Sebuah Kisah Nyata Bertabur Hikmah Penyubur Iman)
By HAERIAH SYAMSUDDIN - Senin, Januari 27, 2014
Judul: Sandiwara Langit (Sebuah
Kisah Nyata Bertabur Hikmah Penyubur Iman)
Penulis: Abu Umar Basyier
Penerbit: Shofa Media Publika
Tahun Terbit: Maret, 2003
Halaman: 212
ISBN: 978-979-17922-0-2
“Begini, Ustadz. Usia saya sekarang
baru 18 tahun. Namun terus terang, saya sudah ingin sekali menikah……”
Demikian ucap Rizqaan, seorang
pemuda yang sangat ingin menjaga kehormatan dirinya. Pemuda itu
sadar, ia hidup di tengah masyarakat yang semakin besar godaan fitnah syahwat.
Di tengah masyarakat yang sudah tidak lagi menomorsatukan moral maupun
ajaran-ajaran agama. Di tengah masyarakat yang boleh dibilang bobrok.
Maka pernikahan itu kemudian
terjadi. Rizqaan menikah dengan Halimah. Halimah adalah anak seorang pemudi
yang sholihah. Berbeda dengan orang tuanya yang melihat kriteria kebahagiaan
dengan banyaknya harta dan pangkat, Halimah justru lebih mengutamakan
kesholihan untuk kriteria calon suaminya.
Rizqaan memang tidak masuk dalam
kriteria menantu ideal versi orang tua Halimah. Rizqaan hanyalah seorang pemuda
biasa, lulusan SMA, belum mempunyai pekerjaan tetap serta terlahir dari orang
tua yang juga biasa-biasa saja.
Namun tekadnya untuk menikah dengan
Halimah begitu besar. Gadis sholihah itu telah menawan hatinya sejak pertama
kali ia dikenalkan oleh kakak lelakinya. Keyakinan pada Halimah serta
keinginannya untuk menjaga kehormatannya membuatnya tidak mempunyai pilihan
lain ketika orang tua Halimah mengajukan satu syarat “aneh” yang harus
diucapkannya pada saat akad nikah. Syaratnya adalah, “jika dalam waktu 10 tahun
Rizqaan belum memiliki penghidupan yang berkecukupan maka otomatis pernikahan
mereka putus. Rizqaan harus segera menceraikan Halimah”
Maka mulailah episode Sandiwara
Langit ini. Berawal dari nol, Rizqaan memulai pekerjaannya sebagai pengantar
roti keliling. Berkat keuletannya, Rizqaan berhasil melewati masa ini dengan
baik. Termasuk saat ia digoda oleh seorang perempuan nakal saat sedang
berjualan di sebuah kompleks perumahan. Bukannya memberikan ciuman
seperti yang diminta perempuan tersebut, Rizqaan malah menamparnya ketika
perempuan itu ngotot dengan rayuannya.
Sedikit demi sedikit mereka
berhasil memperbaiki tingkat kehidupan dan perekonomian keluarga. Menginjak
usia 9 tahun pernikahan mereka, kemapaman hidup telah dirasakan oleh
keduanya (bertiga dengan anak sulung mereka).
Sekarang Rizqaan bukan lagi penjual
roti keliling. Kini Rizqaan adalah pemilik sebuah pabrik roti yang sukses. Hal
ini ditandai dengan semakin besarnya omzet pabrik, puluhan gerobak roti
keliling yang siap beroperasi setiap hari, rumah bertingkat serta pabrik yang
semakin luas serta sebuah sepeda motor dan mobil Honda Jazz merah
muda metalik keluaran terbaru telah mereka miliki.
Kini, mereka tinggal mempertahankan
apa yang telah ada sembari menunggu masa 10 tahun yang akan tiba sebentar lagi.
Kerja keras, keuletan serta doa yang tak putus-putusnya telah membuahkan hasil.
Tak sabar rasanya menunggu masa 10 tahun usia pernikahan mereka tiba. Masa,
dimana mereka akan terbebas dari “perjanjian aneh” yang telah disepakati
Rizqaan di awal pernikahannya.
Hingga, tepat di malam
terakhir menjelang sepuluh tahun perjanjian aneh tersebut.
“Suara-suara bergema, saling
bersahut-sahutan. ‘Kebakaran, kebakaran, kebakaran!!’” (hal 117)
Dalam sekejap hasil
kerja mereka selama 10 tahun habis dilahap api. Pabrik, rumah, perhiasan,
surat-surat berharga bahkan nyawa ayah Rizqaan tak bisa diselamatkan dalam
peristiwa kebakaran yang berlangsung pada tengah malam atau dini hari tersebut.
Rizqaan, Halimah, Nabhaan serta ibu Rizqaan berhasil selamat meski ibu Rizqaan
mengalami luka bakar yang cukup parah karenanya.
Namun musibah yang baru saja
terjadi ternyata bukan hanya itu. Keesokan harinya, datanglah ayah dan
ibu Halimah menemui Rizqaan di rumah sakit. Kedatangan mereka bukan untuk
menanyakan bagaimana kondisi anak, menantu, cucu maupun besan mereka yang baru
saja ditimpa musibah besar. Kedatangan mereka untuk menagih janji.
Sudahkah Rizqaan berhasil memberikan kehidupan yang layak untuk putri
mereka atau jika belum, maka Rizqaan harus segera menceraikan Halimah. Ayah Halimah
tak peduli pada apapun, termasuk kondisi Halimah yang tengah mengandung anak
kedua.
Dan perceraian itupun harus
terjadi. Tepat di usia 10 tahun pernikahan mereka, Rizqaan tak punya apa-apa
lagi. Kondisinya sama seperti saat pertama kali ia datang menghadap orang tua
Halimah untuk melamar putri mereka. Dan berakhirlah pernikahan yang dipenuhi
dengan rasa cinta itu demi menepati sebuah janji yang telah diucapkan.
Dan, sepasang insan yang saling
mencintai itu menjalani hidup secara terpisah. Bahkan hampir saja Halimah
dinikahkan dengan seorang duda kaya bernama Budiman. Namun karena satu alasan
pernikahan itu tidak sampai terjadi.
Lalu bagaimana kisah selanjutnya.
Akankah kisah cinta antara Halimah dan Rizqaan dapat disatukan kembali? Untuk
lebih jelasnya silahkan pembaca menyimak kisah yang dituturkan dalam buku
hingga akhir. Dan tentu saja, jangan lupa untuk menyiapkan sehelai saputangan
atau tisu karena kisah berikutnya penuh dengan kisah yang mengharu biru.
Satu hal penting dan menjadikan
buku ini berbeda dengan buku lainnya. Semua alur dan kisah dalam buku ini
benar-benar terjadi. Cerita Sandiwara Langit memang ada dan bukan sebagaimana
sandiwara yang biasa disaksikan di layar televisi atau ada dalam novel.
2 Comments
wah, dari kisah nyata ya, mba?
BalasHapusiya, ini kisah nyata lho. Subhanallah, bukunya bagus banget, sampai kucel bukuku gara-gara beberapa kali berpindah tangan. Semuanya bilang bagus, endingnya bikin meleleh....
HapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging