Selasa, Januari 21, 2020

Kisah Tentang Tuan Rumah dan Sofa Mahalnya


Siang itu, saya dan tiga orang kerabatku, sebut saja namanya Lira, Luna, dan Lita berkunjung ke rumah salah seorang kerabat kami. Sebagai manusia perantauan, setiap kali pulang kampung, salah satu hal yang akan kulakukan adalah menyambung tali silaturrahim. Berkunjung  ke rumah kaum kerabat yang memiliki pertalian darah dan mempunyai banyak kenangan manis bersama di masa-masa dahulu.

Sebenarnya, berkunjung ke rumah kerabat, sebut saja namanya Mba Kenanga, bukanlah tujuan awal kami. Awalnya kami ingin berkunjung ke rumah Mas Brewok dan keluarga. Qadarallah, Mas Brewok tidak berada di rumah. Rencana pun berubah. Atas usulan salah seorang Lira, kami pun memilih ke rumah Mba Kenanga, apalagi rumahnya memang lebih dekat di titik tempat kami  ngumpul, rumah Lira.

Lira kemudian menelpon Mba Kenanga untuk memberitahu kalau kami akan ke rumahnya. Mba Kenanga yang masih berada di kantor, dengan senang hati menyambutnya dan meminta kami menunggu di rumahnya sekiranya kami yang lebih dahulu tiba.

Baca Juga Kisah tentang Tetangga yang Aneh

Mulanya, saya merasa kurang enak. Gak nyaman rasanya masuk ke rumah orang sementara tuan rumahnya tidak ada. Tapi Lira kemudian menyakinkanku bahwa tidak apa-apa. Meski Mba Kenanga tidak ada, toh di rumah ada ketiga anaknya. ku memang sudah terbiasa ke rumah Mba Kenanga dan hubungan keduanya lebih rapat dibanding saya.

Maka, berangkatlah kami semobil. Alhamdulillah, arus lalu lintas tidak terlalu macet meski tetap menyisakan kesesakan menyaksikan banyaknya orang berkendaraan di jalan raya. (Maklum, orang kampung dari Terengganu ini telah terbiasa dengan suasana serba teratur dan rada lapang di jalanan negeri tersebut). Kami pun sempat nyasar sesaat karena Lira agak lupa posisi rumah Mba Kenanga yang kini perumahannya semakin dipadati penduduk sehingga membuatnya harus berusaha mengingat kembali jalan-jalan yang harus dilaluinya.

"Assalamu alaikum...." tanpa tedeng aling-aling, Lira si ceriwis itu "menerobos" masuk ke rumah Mba Kenanga. Pintu pagar yang tidak terkunci dan pintu rumah yang terbuka lebar membuat kami tidak menunggu dipersilahkan masuk. Begitu lepas sendal, kami langsung mengambil posisi masing-masing di ruang tamu. Saya dan Lira memilih duduk di sofa berukuran sedang yang berada tepat di depan pintu masuk. Karena salah satu sofa itu ditutupi selimut, Lira langsung menarik selimut itu dan mempersilahkanku duduk di sana. Sementara itu Luna dan Lita masuk ke bagian lebih dalam, ruang keluarga yang masih terhubung dengan ruang tamu.

"Tempat b*r*k dan kencingnya  kucing di situ. " seru suami Mba Kenanga yang kemudian keluar menyambut kami. 

Mendengar seruan itu, saya buru-buru berdiri dan menyibak gamisku serta membauinya. Iya, sih, saya sempat menangkap ada dua helai bulu kucing di sofa tersebut, tapi gamis dan jilbabku tidak tercium bau apa pun. Meski saya tidak tercium bau apa-apa (atau karena saya pakai cadar jadi tidak bisa membauinya), saya pun berpindah ke kursi yang lain. Sementara Lira tetap di posisinya semula. 



"Biasanya kalau ada orang datang, duduknya di sini bukan di situ..." ujar suami Mba Kenanga lagi.  Seharusnya, ini adalah  isyarat meminta saya dan  Lira agar berpindah tempat duduk sebagaimana Luna dan Lita.   Sayangnya, saya gak mudeng. 

Namun, karena Lira bergeming, saya pun tetap berada di posisiku. Lagipula, rasanya lebih nyaman berada di sini sembari menunggu Mba Kenanga pulang. Hingga beberapa saat kemudian, Mba Kenanga pun muncul dan menyapa kami dengan sangat ramah. 

Suasana menjadi riuh rendah. Suara kami yang sahut menyahut ngobrol ngalor ngidul memenuhi ruangan rumah besar tersebut. Mba Kenanga kemudian menyuruh anak sulungnya untuk membeli kuih muih untuk menjamu kami. (Kuenya mah dirikues sama tamunya sendiri, hehehe).

"Lha, kamu kenapa duduk di sana. Di sini aja, lebih nyaman..." Mba Kenanga kemudian menyadari posisi dudukku yang nyempil. Ia pun menyuruhku pindah ke tempat dudukku semula.

"Lho, tadi kata Mas Fulan, kursinya dibeolin kucing. Makanya, saya pindah ke sini...." ucapku menirukan apa yang disebutkan suami Mba Kenanga tadi.

"Beol? Gak ah. Tidak ada kucing yang buang air di situ..." sanggah Mba Kenanga yang langsung disanggah oleh suaminya. Suaminya ngotot kalau di sofa itu sudah dikotori oleh kucing-kucing peliharaannya.

"Gak kok, kucing tidak main di situ..." gerutu Mba Kenanga lirih. 

"Oalah Mas Fulan kok bilang kursinya dibeolin kucing ...." celutuk Lira sembari terbahak. Celutukan Lira membuat Mas Fulan masuk ke bagian dalam rumahnya.

Meski sudah dipersilahkan, saya tetap memilih duduk di tempatku sekarang. Kebetulan, posisinya menghadap tembok, jadi aman buat membuka cadar dan menikmati suguhan pisang dan sukun goreng serta apem panas. Hm...nyamanna.

Menjelang Maghrib, kami kemudian pamit. Tak lupa, Mba Kenanga mengingatkan kami agar datang kembali pekan depan. Kebetulan, Mba Kenanga ada acara jadi kami bisa "numpang makan". Asyik, makan-makan....

"Mentong itu Mas Fulan. Pake acara bohong segala, padahal intinya kita dilarang duduk di sofa mahalnya ..." celutuk adikku di mobil.

"Memang benar sofa itu harganya 14 juta?" saya malah bertanya dan berharap salah dengar dengan harga sofa yang tadi sempat diinfokan Lira  sewaktu masih di rumah Mba Kenanga tadi.

"Iyalah, harganya 14 juta. Lihat aja tadi ada kok mereknya. Itu merek furniture mahal." Jelas Lira.

Saya mah mana ngerti soal merek. Barang-barangku yang penting nyaman dan sesuai isi kantong tanpa melihat merek yang ada.

"Nah lho, makanya ditutup selimut biar gak ada yang duduk di sana. Kamu, malah membuka selimutnya dan duduk dengan santainya di sana..." ujar Luna yang bertindak sebagai driver. 

"Hahaha..." adikku malah ngikik diberitahu seperti itu.

Kami pun menuju rumah Lira yang super cerewet itu untuk numpang shalat Maghrib sebelum kembali melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Alhamdulillah, saat masuk waktu Shalat Isya, saya dan kedua anakku telah tiba kembali di rumah.

Baca Juga kisah tentang Kebaikan yang Berbalas

Sungguh, kejadian yang baru saja kualami itu membuatku harus mengakui kebenaran berita-berita miring seputar suami Mba Kenanga. Tentu saja, saya tidak akan menyebutkannya di sini karena khawatir akan menjadi ghibah. Cukuplah tulisan ini menjadi pengingat, terutama bagiku.



Terus terang, seumur hidupku, baru kali ini saya dilarang duduk di kursi mahal, kursi yang justru diletakkan di bagian paling depan dari rumah tersebut. Kalau memang tidak boleh diduduki, harusnya ..... Ah, sudahlah, itu kan hak si tuan rumah mau meletakkan di mana saja barang-barang milik mereka. Ngapain, saya sebagai orang luar harus turut campur?????

Saya pun bertekad, sekiranya nanti diberi rezeki bisa membeli sofa set seharga 14 juta rupiah atau lebih, tolong tonjok saja saya kalau tiba-tiba belagu. Kalau saya melarang tamuku duduk mahal milikku tersebut. Benar, tolong tonjok saya karena itu berarti saya sudah kelewatan jadi harus segera disadarkan.....

*

Disclaimer : Semoga ini tidak termasuk ghibah, tetapi sebagai pengingat diri agar kelak terhindar dari sifat seperti ini.

Minggu, Januari 12, 2020

Keseruan Wisuda XIV STT Bandung 2020



Tak terasa waktu terus bergulir, hingga tibalah di masa hari ini, Sabtu, 11 Januari 2020. Di hari yang indah ini, kembali Sekolah Tinggi Teknologi Bandung (STTB) menggelar hajatan tahunannya, yakni acara wisuda yang kali merupakan wisuda ke XIV.

Momen tahunan ini diselenggarakan di Harris Hotel and Convention Hall Bojonglia Kaler, Kota Bandung. Acara dimulai sejak pukul 08.00-12.15 WIB. Satu keistimewaan acara kali ini adalah hadirnya sosok  DR.Ing.Ilham Akbar Habibie, M.B.A. selaku Chairman PT.ILTHABI REKATAMA dan Ketua Tim Pelaksana Dewan TIK Nasional RI. Beliau juga tak  lain adalah putra sulung Bapak BJ Habibie, salah satu tokoh nasional kebanggaan negeri ini yang baru saja berpulang beberapa waktu yang lalu.





Rundown Acara Wisuda XIV STTB 2020

Acara wisuda XIV STTB diawali dengan tarian selamat datang berupa tarian tradisional jaipong, yang merupakan tarian daerah khas tanah Pasundan. Tarian ini dipersembahkan oleh Unit Seni Tari STTB.




Setelah itu, acara dibuka oleh Ketua STT Bandung yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” oleh paduan suara STT Bandung.  Kemudian para hadirin diminta untuk mengheningkan cipta dan berlanjut dengan menyanyikan lagu Mars STT Bandung.
Berikutnya, pemaparan laporan dan prestasi para dosen selama kurun waktu setahun yang dibacakan oleh Bapak Muchammad Naseer, S.Kom., M.T, selaku Ketua STT Bandung. Acara selanjutnya berupa kata sambutan yang disampaikan oleh Bapak Dr. Dadang Hermawan selaku pembina yayasan dan sambutan dari Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi.


Sambutan dari Ketua STT Bandung
Sebagai informasi, STT Bandung kali ini meluluskan mahasiswanya sebanyak 209 orang dengan komposisi wisudawan Prodi Teknik Industri sebanyak 113 orang, wisudawan Prodi Teknik Informatika sebanyak 70 orang, dan wisudawan Prodi Desain Komunikasi Visual sebanyak 26 orang.
Selanjutnya adalah pemaparan dari keynote speaker Bapak  DR.Ing.Ilham Akbar Habibie, M.B.A. sosok beliau yang sangat mirip dengan sang ayah, Eyang Habibie, membuat rasa rindu pada sosok beliau sedikit terobati. Dalam kesempatan ini, beliau menyampaikan materi berjudul Peranan Generasi Muda dalam Penerapan Teknologi dan Inovasi di Era 4.0.


Dengan gayanya yang khas, beliau Sebagai keynote speaker di acara memaparkan beberapa hal. Di antaranya adalah bahwa ekonomi di masa mendatang harus mengandalkan Inovasi. Untuk itu terdapat empat hal yang perlu diperhatikan oleh negara manapun di dunia untuk mencapai potensi maksimal untuk masa depan:


1. Berinvestasi ke Human Capital
2. Berinvestasi ke Ilmu Pengetahuan & Teknologi (IPTEK)
3. Membina dan mendukung Inovasi & Kewirausahaan
4. Meminimalkan Kemiskinan

Inovasi untuk menjawab beberapa Megatrends global yang mengubah Dunia

1. Urbanisasi cepat
2. Perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya
3. Pergeseran kekuatan ekonomi global
4. Perubahan demografi dan sosial
5. Gebrakan teknologi

[Ekonomi di masa mendatang akan dipengaruhi dan dibentuk oleh teknologi, inovasi dan kewirausahaan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dan kebutuhan yang timbul dari kelima megatrends ini.

Proses Inovasi: Dari Ide ke Produk/Jasa

Inovasi menyambungkan Teknologi dan Kewirausahaan melalui proses pengembangan Produk/ Jasa yang baru:

(1) Ideasi
(2) Purwarupa
(3) Industrialisasi
(4) Komersialisasi 

Catatan: fase 1 biasanya dilakukan oleh sang inovator sendiri, biarpun ide seringkali disempurnakan dengan rekan/mitra ybs. Fase 2 ada mulai ada interaksi dengan inkubator. Fase 3 dan 4 sudah penuh bekerja dengan inkubator.

Inovasi sejati diiringi oleh teknologi dan kewirausahaan

Mata Rantai yang menyambungkan Kewirausahaan dan Teknologi
(1) Ilmu Pengetahuan
(2) Teknologi
(3) Inovasi
(4) Kewirausahaan

Dengan kata lain: Inovasi menghubungkan Teknologi dan Kewirausahaan. 

Para Wisudawan dan Skripsi Terbaik

Di momen wisuda XIV STT Bandung tahun 2020 ini tercatat beberapa nama wisudawan dan skripsi terbaik. Mereka adalah:

SKRIPSI TERBAIK TI :

Nama :  Virgiawan Candra Bhakti, S.T
Judul : Perancangan dan Pengembangan Hospital Transfer Bed Dengan Pendekatan Karakuri

Nama : Indra Rukmana, S.T
Judul :Optimasi Produk Dyeing Finishing dengan Metode Integerlinear Programming

Nama : Zaenal Uyun, S.T
Judul : Perbaikan Produk Meja Belajar Lipat Mulitifungsi Ergonomis untuk Meningkatkan Motivasi dan Semangat Belajar Menggunakan Metode Kansei Engineering

WISUDAWAN TERBAIK TI

Nama : Dheyu Laksmi Wulandari, S.T


SKRIPSI TERBAIK TIF 

Nama :  Deri Hermawan, S.Kom
Judul : Aplikasi 3D Virtual Reality Sebagai Media Bantu Terapi Acrophobia Bebasis Android

Nama  : Regina  Sukma Citra, S.Kom
Judul : Klasifikasi Ujaran Kebencian dengan Metode Naive Bayes Classification di Sosial Media Facebook Berbasis Web

Nama  : Yasti Aisyah Primianjani, S.Kom
Judul : Rancang Bangun Sistem Pemutus Aliran Listrik KWH Meter Pascabayar Berbasis Web Menggunakan Mikrokontroler

WISUDAWAN TERBAIK TIF

MAHASISWA : MUHAMMAD RIZAL MUTAQIN, S.KOM

Skripsi TERBAIK DKV

Nama : Andri Setiawan, S.Ds 
Judul : Perancangan Aplikasi Rencana Anggaran Biaya Membangun Rumah

Nama : Bagus Arya Suseno, S.Ds 
Judul : Perancangan Sistem Informasi Pelayanan Publik dan Peta Wilayah RT 07 RW 08 Baleendah Kab. Bandung

Nama : Luthfi Alfaritzi, S.Ds 
Judul : Perancangan Boardgame Pengenalan Permainan Tradisional Jawa Barat Untuk Anak (usia 8-12 tahun) di Kota Bandung

Wisudawan Terbaik DKV

Tiffani Zeta D, S.ds






Penandatanganan MOU dan Penutup


Di kesempatan ini, STT Bandung melakukan penandatangan MOU dengan beberapa pihak, yakni  PT. Dirgantara Indonesia, Jasa Marga,  dan Biofarma.
Sesi  berikutnya  adalah penyampaian kesan dan pesan para wisudawan selama menempuh pendidikan di STT Bandung. Sesi ini dibawakan oleh salah seorang dari perwakilan wisudawan, dilanjutkan dengan pengucapan janji wisudawan serta pemberian apresiasi dan puisi untuk para orang tua. Sebagai penutup, berkumandang Lagu kebangsaan “Bagimu Negeri” dan  “Syukur” serta pembacaan doa.


Pasukan Blogger JA yang meliput secara live
Alhamdulillah, akhirnya tuntas sudah acara wisuda XIV STT Bandung di 2020 ini. Semoga para wisudawan dan wisudawati dapat mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya dalam memajukan masyarakat dan bangsa ini. Aamiin.

 ***

Sabtu, Januari 11, 2020

Wujudkan Mimpi Traveling-mu Bersama HolaHalo



Sejak masih belia, saya sudah suka dengan kegiatan traveling. Bahkan, saya melakukan traveling solo perdanaku saat duduk di kelas 6 SD. Ceritanya, waktu itu lagi liburan sekolah dan saya sangat ingin ke tempat tanteku yang berjarak sekitar 50 km dari kotaku. Qadarallah, gak ada yang bisa mengantarkanku ke sana. Akhirnya, saya nekad untuk seorangkat seorang diri. Dan, tanteku hampir pingsan ketika melihatku tiba di depan rumahnya sore hari itu dan tahu kalau saya hanya seorang diri datang ke rumahnya. Hehehe.

Dan setelah menikah, Allah menakdirkanku melanjutkan kesenangan tersebut. Selama 8 tahun, saya dan suami merajut kisah kehidupan di sebuah kota kecil di wilayah Sulawesi Selatan. Berada jauh merantau dari keluarga besar membuatku, suami, dan anak-anak harus bolak balik, terutama saat hari raya tiba.

Dua tahun berikutnya, kami ditakdirkan merantau lebih jauh lagi. Kali ini di negeri jiran, yang terus berlanjut hingga hari ini.

Setelah berada di negeri Jiran, tentu saja mubasir rasanya bila tidak menjelajahi tempat-tempat menarik di negeri tersebut. Apalagi, kemudian suamiku juga bekerja di Bogor sehingga kami sering bolak-balik Terengganu-Bogor.

Aktivitas ini membuatku mau tak mau mengakrabkan diri dengan berbagai macam aplikasi maupun website penyedia jasa transportasi maupun akomodasi. Apalagi, ternyata pemesanan tiket maupun penginapan melalui website atau aplikasi lebih murah dibanding melakukannya secara on the spot. Tentu saja, ini sangat menggiurkan, terlebih bagi emak-emak sepertiku yang senantiasa mengutamakan harga murah atau harga diskonan. Gak mau rugi kita mah. Kalau ada yang murah, ngapain harus bayar mahal. Betul tidak????

Mengenal HolaHalo


Zaman ini, semua kebutuhan kita dapat dengan mudah terpenuhi. Tak bisa dipungkiri, kenyataan bahwa kemajuan teknologi menjadi penyebab utamanya. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan lahirnya sebuah  travel marketplace  dengan nama unik, HolaHalo.com.

HolaHalo merupakan sebuah travel marketplace yang menyediakan  berbagai pilihan paket wisata yang bisa dipilih sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing customer-nya. Di platform ini  para  penjual (penyedia jasa travel/wisata) dapat bertemu dan melakukan transaksi dengan pembeli (wisatawan domestik dan mancanegara).

Di sini, travel agent dapat diuntungkan dengan tersedianya platform berjualan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas sehingga akan meningkatkan penjualan mereka. Tidak hanya itu,  HolaHalo juga menjamin transaksi  yang dilakukan akan lebih aman.

Adapun keuntungan untuk para para pembeli (wisatawan) ialah adanya pilihan yang sangat lengkap dan bervariasi serta ditunjang dengan informasi yang akurat dan keamanan dalam bertransaksi. Pembeli juga dipermudah dalam proses pemilihan dengan adanya review, rating, diskusi, chat, proses transaksi yang mudah dan aman sampai selesai yang terdapat di platform tersebut.

Harapannya,  HolaHalo ini dapat membantu pariwisata daerah di seluruh Indonesia, mulai dari ujung barat sampai ujung timur, dari utara sampai selatan. Dengan demikian, pariwisata di negeri ini akan semakin berkembang pesat. Bukan hanya bagi para pengusaha besar saja, tetapi juga bagi UKM dan individu-individu yang ada di negeri ini.

Saat ini,  HolaHalo  telah memiliki sekitar  900+ produk wisata dari 200+ gerai meliputi destinasi dari Sabang-Merauke, serta beberapa negara di Asia dan Eropa. Wow, kebayang kan, pilihannya banyak banget...

HolaHalo memiliki dua paket yang paling menonjol, yaitu open trip dan private trip. Yang dimaksud dengan open trip perjalanan yang dilakukan bersama dengan orang lain. Asyiknya, open trip ini memungkinkan kita mendapatkan teman seperjalanan baru yang boleh jadi nantinya menjadi teman seumur hidup. *eh...

Paket open trip ini cocok buat kalian yang baru pertama kali menginjakkan kaki di destinasi yang dituju. Ya, daripada nyasar di tempat baru lebih baik menyerahkan urusan perjalan kepada ahlinya. Jadi,   kalian  bisa fokus jalan-jalan sembari menikmati keindahan tempat wisata yang didatangi karena segala urusan tekait destinasi, transportasi, dan akomodasi semuanya sudah ditangani oleh travel agent.

Bagaimana dengan paket private trip? Sesuai dengan namanya, program ini diperuntukkan bagi mereka yang ingin bebas menentukan sendiri perjalanannya. Mereka yang memilih program private trip bebas menentukan itinerary sendiri, termasuk memilih destinasi, akomodasi, serta teman perjalanan yang dikehendaki. Dengan demikian, paket ini cocok untuk liburan bersama keluarga ataupun pasangan yang ingin berbulan madu. *Uhuk, ada yang mau second honeymoon?

Kelebihan dari HolaHalo lainnya adalah kalian bisa melakukan negosiasi harga maupun menentukan sendiri pilihan itinerary dengan melakukan direct chat ke Gerai yang bersangkutan melalui fitur “Kustom Japri”.  Namun, “jalur” ini hanya khusus untuk jenis Private Tour saja.  

Selain itu, pembayaran yang aman, baik bagi costumer maupun Gerai
serta terdapat juga fitur pengembalian dana yang diberlakukan oleh sejumlah travel agent. Wah, komplit, kan?

Nah, buat kalian yang penasaran, langsung aja mampir ke akun media sosial HolaHalo. Apa sajakah itu? Sst...sini, saya kasih tahu link-nya. 

• Website : http://holahalo.com

Cara Mendaftar Sebagai User di HolaHalo


Penasaran pengen tahu lebih jauh tentang HolaHalo? Yuk, langsung aja mendaftar jadi user-nya. Caranya mudah, sebagaimana step by step berikut ini.
1. Masuk ke website HolaHalo.com. Klik "Masuk" yang terdapat pada sudut kanan halaman.


 2. Klik "Daftar" yang ada pada bagian atas form "login"


. Masukkan data sebagaimana yang diminta.


4. Periksa email untuk melihat kode aktivasi yang terkirim.


5. Masukkan kode aktivasi pada laman aktivasi.


6. Yeah, selamat, kalian telah memiliki akun HolaHalo.



Nah, tidak sulit, bukan? Yuk, segera buka akun di platform HolaHalo dan rasakan kemudahan menikmati destinasi impianmu. 

*

Senin, Januari 06, 2020

Womy Homy Cluster The Breeze. Homestay Nyaman di Kawasan Sentul, Bogor



Setelah menghabiskan tiga malam di penginapan di kawasan Taman Air mancur, Bogor, tempat selanjutnya yang kami tuju adalah sebuah homestay yang ada di wilayah Sentul. Kalau dipikir-pikir, baru kali ini kami berlibur selama sepekan, tetapi harus tiga kali gonta ganti tempat. Pertama di Perumahan Victoria Sentul, berlanjut ke RedDoorz di tengah Kota Bogor, dan berakhir di Cluster The Breeze, Sentul (lagi). Qadarallah, rencana yang sudah disusun saat di Malaysia, porak poranda karena satu dan lain hal.


Ngomongin homestay Womy Homy ini, kami benar-benar puas dibuatnya. Saking sukanya, suami bahkan berencana ngontrak rumah di cluster ini saja sekiranya kami nanti benar jadi pindah ke kota ini. Kebetulan, masih banyak rumah yang kosong dan dikontrakkan di wilayah ini. Abis, suasananya adem, dekat kampus suami dan si sulung, serta Insya Allah aman karena ada satpam yang senantiasa berjaga di pintu gerbang.  

Womy Homy ini berada di Jalan Jungleland Avenue, Cluster The Breeze, blok 8 nomor 9, Babakan Madang, Sentul. Homestay seluas 120 m2 ini memiliki dua kamar tidur, dengan kamar utama yang dilengkapi satu kasur double size, sementara kamar kedua dilengkapi dengan satu kasur single serta dua kasur busa cadangan.


Living Room

Di penginapan juga terdapat juga sebuah satu kamar mandi yang dilengkapi dengan sabun dan shampo cair, handuk, AC di tiap ruangan, sofa, televisi, meja makan, ruang jemuran, teras belakang, serta dapur lengkap dengan air galon dan peralatan masak.



Ruang Makan

Kami tiba di homestay ini untuk pertama kalinya sekitar pukul tiga sore hari. Si sepanjang jalan memasuki wilayah Sentul Nirwana, suasana hiruk pikuk Kota Bogor langsung menguap berganti dengan sejuknya pemandangan dan serunya kelokan demi kelokan jalan yang kami lalui.  

Melihat sepinya jalan, saya mulanya berpikir kalau kami akan memasuki daerah pelosok yang jauh dari mana-mana (terutama tempat makan). Namun, ternyata saya salah besar karena ketika kendaraan semakin mendekati Cluster The Breeze, di sepanjang jalan berjejer warung makanan yang menggoda selera.




Tanpa kesulitan, kami segera menemukan homestay yang dituju. Dengan ramah, satpam penjaga kompleks menunjukkan letak homestay tersebut ketika kami bertanya di gerbang. Mereka juga langsung tahu tujuan kami ketika kami menyebutkan alamat blok yang dituju.

Pemandangan  Depan Rumah

Rumahnya keren....” celutuk Khaulah dan Hilyah bersamaan ketika kami telah memasuki tempat tersebut. Tanpa ba bi bu, keduanya langsung menuju kamar. Keduanya sudah tidak sabar ingin melihat kamar yang akan menjadi milik mereka selama tiga hari ke depan.    

Rumahnya memang keren dan yang paling kusuka adalah teras belakang yang berisi satu set kursi besi. Keren bangen rasanya kalau duduk di sini sembari kopdaran dengan teman-teman blogger. Wih, jadi pengen kopdaran, nih. Qadarallah, selama sepekan berada di Bogor, saya tidak sempat ketemuan dengan teman-teman.





Dan, otak emak-emak rumahanku langsung berpikir cepat ketika melihat ada ember di kamar mandi. Saat itu pikiranku langsung teringat dengan pakaian kotor yang lumayan banyak. Sebelumnya, saya sempat me-laundry pakaian di dekat rumah kost si sulung. Namun, karena pakaian tersebut dipakai kembali, tentu saja pakaian kotor kembali menggunung.

Sebenarnya, sewaktu masih di penginapan sebelumnya, saya telah menghubungi laundry terdekat dari penginapan. Namun, alih-alih pakaianku di laundry, yang ada malah saya kena damprat gara-gara dikira cem-cemannya istri si empunya laundry. Saya sampai gemetar dan untungnya suamiku yang langsung membalas SMS itu. Benar-benar bikin kesal. Huffh

Sejak itu saya gak mau me-laundry lagi. Biar deh, pakaian yang ada dimaksimalkan saja sampai kami kembali ke Terengganu. Namun, rasanya tangan ini gatal melihat ember, air yang banyak, serta tempat menjemur yang lengkap dengan hanger-nya. Hm, kalau sudah begini, bukankah lebih baik saya mencuci aja. Insya Allah, dalam waktu tiga hari, pakaian-pakaian itu pasti udah kering, meski tempat ini tidak menyediakan mesin cuci dan setrika. 

Nah, setelah mengatur barang, suami mengajak keluar kompleks untuk melihat situasi di sekitar tempat itu. Kebetulan, bisa sekalian beli deterjen buat merendam cucianku yang seabrek. (Sst, nyuci pakaian adalah pekerjaan rumah yang paling kusenangi. Maklum, sejak kelas 6 SD, saya udah dapat tugas mencuci pakaianku dan pakaian adik-adikku. Jadi, udah berasa mendarah daging, hehehe)



Pemandangan depan rumah


Begitu sampai di luar komplek, kami terkejut karena ternyata jalan raya yang ada di depan komplek sangat ramai oleh kendaraan yang lalu lalang. Bahkan, banyak terdapat bus-bus wisata serta   di sepanjang jalan banyak terdapat banyak penjual oleh-oleh khas Bogor, mulai dari talas, tape ubi (di Makassar kami menyebutnya poteng), aneka dodol, asinan, dan banyak lagi.








Dari keterangan penjual sate yang ada di dekat situ (kebetulan kami membeli satenya buat makan malam) tempat ini memang selalu ramai, terutama weekend. Bus-bus yang lewat berasal dari Jakarta yang membawa para penumpangnya, wisatawan domestik, menuju lokasi wisata Gunung Pancar. Akang penjual sate itu juga menunjukkan lokasi Gunung Hambalang, tempat kediaman Pak Prabowo. Tak lupa, si akang bercerita tentang kebaikan Pak Prabowo, khususnya yang telah dirasakan oleh masyarakat di sekitar tempat tersebut.



Pokoknya, seru rasanya duduk di pinggir jalan sembari menikmati pemandangan pegunungan dari kejauhan. Belum lagi hiruk pikuk kendaraan yang membuat suasana menjadi sangat ramai. Qadarallah, kami tak bisa berlama-lama di sana karena (seperti biasa) hujan turun di sore hari menyapa masyarakat kota hujan tersebut. 

"Allahumma shayyiban naa'fiah"

Sayangnya, kami agak terganggu dengan televisinya yang entah mengapa tidak bisa berfungsi dengan baik. Mungkin, karena gak punya tivi jadinya kami gak bisa mengutak-atik alat elektronik tersebut. Padahal, anak-anak kepengen banget nonton dan bisa menikmati siaran langsung dari stasiun televisi tanah air. Ya udah, nontonnya ala kadarnya aja. 

Selain televisi, kami suka banget tempat  ini. Asyik banget rasanya menginap di homestay yang telah menyambut tamu di salah satu aplikasi sejak 15 Maret 2018. Sepertinya, kalau kami ke Bogor lagi, tempat ini akan menjadi pilihan kami kembali. Insya Allah.


*

Review Singkat Homestay Womy Homy, Sentul, Bogor
Harga
Fasilitas
Landmark Terdekat
Waktu
RM 87/day
Atau sekitar Rp304.500/hari
(Rm1=Rp3500)
1. Dua kamar tidur
2. Satu kamar mandi (lengkap dengan toiletries dan handuk)
3. Teras belakang
4. Ruang jemuran
5. Dua kasur cadangan
6. Sofa
7. Lemari
8. Televisi (dilengkapi pemutar DVD dan CD)
9. Meja makan
10. Kulkas,
11. Dapur lengkap dengan air galon dan peralatan masak
12. Garasi
1.Jungleland Adventure Theme Park (0,7 km)
2.Gunung Pancar (1,3 km)
3.Sentul International Circuit (6,9 km)
4.Gunung Hambalang (3 km)


Check in mulai  pukul 14.00 dan  
Check-out Sampai jam 12.00