Senin, Agustus 22, 2022

Asyiknya Ngedit di Event Kemerdekaan Joeragan Artikel

 



Pada 1-10 Agustus 2022 yang lalu, Joeragan Artikel kembali menggelar event Tantangan 10 Hari Menulis Tema Kemerdekaan. Event ini terbuka untuk umum, tetapi khusus untuk perempuan. Mengapa hanya perempuan? Salah satu sebabnya adalah Joeragan Artikel memang khusus memfokuskan diri kepada pengembangan skill untuk para perempuan. 

Sesuai dengan temanya, para penulis akan menampilkan artikel-artikel yang mereka buat dengan mengambil tema sebagaimana yang telah ditentukan. Nah, di sinilah letak keseruan dan kehebatan para penulis. Mereka mampu melihat dan mengolah tema-tema seputar kemerdekaan. Bahkan, yang unik dan tidak terpikirkan sama sekali. Artikel-artikel yang dihadirkan tersebut memberi banyak pengetahuan bagi para pembacanya. 

Secara umum, ini dia syarat dan kentuan event Tantangan 10 Hari Menulis Tema Kemerdekaan.

1. Free, terbuka untuk umumu, khusus perempuan.
2. Menulis artikel selama 10 hari dengan tema KEMERDEKAAN.
3. Like dan folloq Ig @joeragan-artikel
4. Share dan tag tantangan ini kepada 5 orang teman yang hobi menulis.
5. Kirim bukti tangkapan layar (screen shoot) kepada admin.
6. Admin akan menggabungkan peserta ke WAG setelah mengirimkan bukti tangkapan layar.
7. Jumlah kata 350-500.
8. Posting 200 kata dari jumlah maksimal di FB dengan menandai admin dan PJ Menulis Artikel.
9. Setiap peserta wajib setor link untuk saling OLOC (One Like One Comment) di WAG.
10. Seluruh karya peserta akan diunggah di website www.joeragan-artikel.com. 
11. Akan ada pemilihan 3 orang EDITOR dan 3 orang PENULIS TERBAIK yang masing-masing mendapat hadiah souvenir LM 0,05 gram.mm
12. Hasil keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.


Mulanya, saya ingin absen di ajang ini meski sebelumnya saya senantiasa meramaikan event kepenulisan yang diadakan Joeragan Artikel. Namun,  writer block yang menyerangku selama beberapa bulan terakhir ini membuatku enggan menyentuh laptop. Bahkan, saya merasa eneg tiap kali melihat benda pipih  berwarna pink  yang selama ini hanya tergeletak di atas meja itu. 

Namun, "godaan" kembali muncul menjelang hari H dimulainya ajang tersebut. Dan ... keinginan untuk meng-edit makin bergelora ketika melihat artikel-artikel yang disetor para penulis tak juga "dijamah" oleh para editor. 

Akhirnya, saya tergoda juga. Meski di akhir-akhir waktu, saya beranikan diri mengambil satu artikel di hari pertama. Bismillah ...

Masya Allah, saat pertama kali mengedit, saya beberapa kali mengalami kekakuan saat memencet keyboard laptop. Benar-benar writer block yang menyerangku kali parah banget. Hikz.

Alhamdulillah, setelah menaklukkan hari pertama, di hari kedua dan seterusnya saya mulai terbiasa memencet keyboard serta mulai menikmati sensasi mengedit naskah.  Hasilnya .... 

Hari Pertama

Tips Memeriahkan Kemerdekaan di Rumah karya Setiati Yunisar

 
Hari Kedua

1. Ajak si Kecil Bermain Ini, Untuk Tumbuh Kembang Tanpa Jajahan Gawai karya Nur Chaeroni Suryani

2. Memerdekakan Diri Sendiri Karya Neneng Heni Mardalena

3. Merdeka Sebagai Wanita Karya Gemintang Bestari

4. 7 Fakta Penting Seputar Naskah Proklamasi, Sempat Masuk Tempat Sampah karya Saheeda Noor


Hari Ketiga

1. 5 Perempuan Pembawa Perubahan untuk Indonesia Lebih Maju Karya Siti Yutaka Latifah

2. Ini Dia Cara Menghias Tumpeng yang Mudah Karya Setiati Yunisar

3. Jeje dan Kemerdekaannya Karya Gemintang Bestari

4. Jujur dan Kepercayaan adalah Kemerdekaan Seseorang Karya Siti Msliah Sbrna

5. Perayaan Kemerdekaan Karya Euis Eva Kurniasari

6. 5 Tradisi Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia Nomor 3 Paling Unik Karya Fitri Agustin

7. 7 Cara Mengenalkan Makna Kemerdekaan untuk Anak Usia Dini Karya Nonz Ati

8. Generasi Milenial Perlu Tahu, Lima Pertempuran di Daerah Pecah Pascaproklamasi Karya Saheeda Noor


Hari Keempat

1. Perjalanan Panjang Indonesia Bebas dari Covid-19 Karya Neneng Heni Mardaleni

2. Tugas Kenegaraan pada 100 Hari Pertama Pemerintahan Soekarno-Hatta, Netizen +62 Wajib Tahu! Karya Niehand Wiria Sasmita

3. Lakukan 4 Langkah Ini Agar Merdeka dari Overthingking Karya Andriani Sekar N

4. Istri yang Merseka Karya Geminyang Bestari

5. Ladies Wajib Tahu, Inilah 7 Filosofi dalam Logo Pwringatan HUT Kemerdekaan RI ke 77 Karya Saheeda Noor

Hari Kelima

1. Indonesia Merdeka, Mau Dibawa Kemana Bangsa Ini? Karya Setiati Yunisar

2. 5 Gunung di Indonesia Paling Sering Dijadikan Tempat Perayaan Hari Kemerdekaan Karya Fitri Agustin

3. 5 Es Jadul yang Asyik Dinikmati Saat Agustusan, Memorable Banget! Karya  Ani Handayani 

4. 7 Ide Cerdas Menanamkan Karakter Kebangsaan ke Dalam Diri Anak Zaman Now Karya Saheeda Noor

5. Lomba Hari Kemerdekaan di Rumah Karya Gemintang Bestari






Hari Keenam

1.  6 Srikandi Indonesia Cabang Atletik Mendulang Medali Emas Karya Neneng Heni Mardaleni

2. Beberapa Hal Yang Dilakukan Untuk Mempersiapkan Hari Kemerdekaan Karya Eva Sari Vadiansyah

3. Manfaat Dana Darurat untuk Hidup Merdeka Secara Finansial Karya Nonz Ati


Hari Ketujuh

1. Indahnya Tarian Indonesia yang Pantas Dilestarikan Karya Setiati Yunisar

2. 5 Senjata Tradisional yang Bikin Penjajah Kocar-kacir, Cek di Sini Karya Saheeda Noor


Hari Kedelapan

1. 7 Usaha Musiman yang Menguntungkan di Bulan Kemerdekaan Karya Neneng Heni Magdaleni

2. Sejarah Panjang Warna Merah Putih Hingga Menjadi Bendera Pusaka Karya Nur Chaeroni Suryani

3. Penuhi Gizi Ibu Hamil dan Anak untuk Indonesia Merdeka Stunting Karya Nonz Ati

4. Merdekakan Diri Kita dari Penyakit jasmani dan Rohani Karya Euis Eva Kurniasari

5. Kosa Kata penting yang Sering Diucapkan di Momen Agustusan Karya Saheeda Noor

Hari Kesembilan

1. 7 Lagu Tema Nasionalis di Era Modern yang Membakar Semangat Berjuang dan Cinta Tanah Air Karya Siti Yutaka Latifah

2. Tumbuhkan rasa Cinta Pahlawan pada Anak dengan 5 Kegiatan Produktif Ini Karya Nur Chaeroni Suryani.

Hari Kesepuluh

1. 5 Cara Agar Anak Memiliki Jiwa Raga yang Merdeka Karya Setiati Yunisar.

2. 5 Sajian Kuliner Kuno Nusantara di Hotel Indonesia Semarakkan Kemerdekaan RI Karya Neneng Heni Magdaleni.







Bagaimana, keren-keren kan, judulnya? Alhamdulillah, selama 10 hari ajang berlangsung, saya mampu mengedit 37 artikel karya penulis-penulis keren. 

Ohya, untuk pemenangnya, terdiri dari dua kategori. Pertama, pemenang harian untuk penulis dan editor. Untuk kategori ini akan diambil satu orang penulis dan satu orang editor terbaik setiap hari. Kedua, pemenang jawara, baik untuk penulis maupun editor masing-masing ada tiga orang.

Ah, dunia editing memang bikin saya ketagihan mengulik tulisan-tulisan yang ada dan berusaha memperbaiki sekiranya ada yang masih kurang betul. Terus terang, terkadang tangan saya "gatal" pengin merombak abis sebuah tulisan. Namun, ketika saya tersadar bahwa boleh jadi hal itu justru adalah gaya bahasa si penulis maka saya berusaha menahan diri. Yang penting, EYD-nya sudah benar dan susunannya juga tidak salah lagi.  

Akhirnya, event kemerdekaan itu pun usai. Setelah menunggu beberapa lama, pengumuman penulis dan editor terbaik pun diumumkan. Hasilnya ....

PENULIS TERBAIK

1. Niehand Wiria Sasmita

2. Siti Yutaka Latifah

3. Saheeda Noor 

EDITOR TERBAIK

1. Haeriah Syamsuddin

2. Haryati Husni

3. Purwani Wijayanti





Alhamdulillah ...

Akhirnya, event pun berakhir. Senang rasanya bisa kembali mengedit dan Alhamdulillah, semangat menulisku bangkit kembali. Meski belum 100 persen, tapi lumayanlah. Saya mulai kangen ketak-ketik laptop lagi.

Semoga writer block ini segera minggat dan saya bisa kembali menulis dengan asyik. Aamiin.


****




Rabu, Agustus 17, 2022

Bahtera Cinta Kedua


Kupandangi wajah tirus yang ada di hadapanku. Sedetik, ada rasa kasihan merayapiku. Namun, kuteguhkan kembali hatiku. Tidak, aku harus bisa bersikap tegas pada perempuan yang usianya hanya terpaut beberapa bulan lebih muda dariku.

"Mengapa memilih berpisah? Kasihan Sydney, dia akan kehilangan sosok ayahnya. Terlebih, Sydney makin besar dan sebentar lagi akan tumbuh menjadi gadis remaja." Untuk kesekian kalinya aku mencoba memberikan alasan agar Arumi, perempuan berwajah tirus itu, tidak nekad dengan keputusannya. 

Ya, Arumi nekad mengajukan gugatan cerai kepada suaminya, Endra. Keputusan yang sangat mengejutkanku karena yang kutahu selama ini rumah tangga mereka baik-baik saja. Yah, meski sesekali terlihat riak yang muncul di permukaan. Namun, menurutku, itu bukan alasan untuk menghentikan bahtera rumah tangga mereka.

"Saya sudah bicara dengan Sydney. Anak itu menyerahkan keputusan sepenuhnya kepadaku. Bagaimanapun, dia lebih memilih kedua orang tuanya berpisah baik-baik daripada kami terus-menerus bertengkar setiap kali Kang Endra pulang ke rumah." Jelas Arumi menjawab tanyaku tadi. 

Arumi dan Endra memang menjalani pernikahan mereka dengan MDR, Marriage Distance Relation. Sebenarnya, sudah beberapa kali Endra meminta Arumi agar ikut ke Jambi, kampung halamannya. Di sana ada keluarga besar Endra sehingga mereka tidak harus menyendiri di tanah rantau, tempat tinggal Arumi saat ini.

Namun, Arumi menolak permintaan itu. Bukan hanya karena di kota ini Arumi memiliki pekerjaan yang sangat menjanjikan. Namun, selama ini Endra tak sedikit pun menunjukkan sikapnya sebagai seorang kepala keluarga yang baik. Kehidupan keluarga kecil mereka ditopang oleh usaha rumah makan Arumi yang makin hari makin pesat kemajuannya.

Karenanya, boleh dibilang kebutuhan keluarga kecil itu sepenuhnya ditanggung Arumi. Yah, Endra tak punya pekerjaan tetap. Saat berada di tanah rantau, Endra akan mengerahkan tenaganya untuk membantu Arumi mengelola rumah makan mereka. Dari sanalah, Arumi akan mengupahnya layaknya upah yang diberikan kepada karyawan Arumi lainnya. 

Jika upah sudah dirasa cukup, Endra akan kembali ke Jambi. Membantu perekonomian keluarganya di sana yang hidup pas-pasan. Tentu saja, sesekali Arumi menitipkan bantuan untuk keluarga suaminya.

Lalu, dengan kondisi demikian, bagaimana Arumi bisa hidup di sana? Kata Endra, keluarganya bersedia membantu mereka sekiranya mereka kembali ke Jambi. Tentu saja, Arumi menolak mentah-mentah hal tersebut. Meninggalkan tanah rantau dengan usaha yang menjanjikan, lalu menetap di kampung bersama keluarga dan menjadi beban mereka? Hohoho, tentu Arumi tidak bisa dan tidak mau.

"Saya masih bisa bekerja, Kedua tanganku masih bisa menghasilkan uang yang cukup demi menghidupi kami sekeluarga. Syaratnya hanya satu, jangan minta saya meninggalkan kota ini. Di sini hidupku, di sini mata pencaharianku, dan di sini masa depan yang cerah untuk anakku, Sydney." Demikian alasan yang selalu diulang-ulang Arumi setiap kali Endra mengajaknya pulang. Alasan yang juga diutarakannya kepadaku setiap kali aku bertanya mengapa ia enggan meninggalkan kota ini.

"Mengapa tidak memperbaiki hubungan kalian saja, bukankah itu lebih baik daripada harus berpisah? Toh, selama tujuh tahun kamu bisa menerima keadaan ini. Lalu, mengapa tidak bisa bersabar untuk selanjutnya. Setidaknya, hingga Sydney lebih besar lagi ... " aku berusaha membujuk. Setidaknya, aku masih mempunyai waktu untuk menyelamatkan rumah tangga Arumi, teman SMA-ku meski kami tak pernah satu kelas. Namun, kami saling mengenal.

"Bulik Tinem sudah tahu hal ini?" aku menyebut nama ibu Arumi di kampung.

"Keluarga di kampung semuanya sudah tahu. Mereka menyerahkan keputusan kepadaku. Apa pun itu, saya sudah bukan anak kecil lagi ...." 

Kami kemudian diam. Kulihat Arumi meremas kedua tangannya silih berganti. Suasana mendadak kaku. Untungnya, kebekuan kami dicairkan dengan suara salam. Arumi bergegas keluar, menyambut Sydney yang baru pulang sekolah.

"Sydney, mana?" tanyaku ketika Arumi kembali mendatangiku di kamar. 

"Ke rumah Mba Faridah, tetangga sebelah. Sydney memang lebih senang berada di sana. Apalagi Audrey, anak Mba Faridah baru saja membeli mainan baru. Sejak kemarin, Sydney berada di sana." jelas Arumi.

Mba Faridah adalah tetangga Arumi yang sudah seperti keluarga sendiri. Arumi bukanlah penduduk asli kota ini. Ia adalah pendatang dan keluarga Mba Faridah lah menjadi penolongnya di kota ini. 

Sejak itu, hubungan Arumi dengan keluarga Mba Faridah makin dekat. Apalagi, Arumi sempat menjadi pengasuh anak-anak Mba Faridah sebelum menikah dengan Endra dan membuka usaha kulinernya yang dahulu dirintis dengan berjualan di pinggir jalan.

"Novel apa, ini?' tanyaku usai Arumi mengangsurkan dua novel dewasa kepadaku. Aku Cinta Padamu dan Asmara Dinda. 

"Wow ... abegeh bangets. Bacaan anak muda zaman now ... " seruku tanpa sadar. Terus terang, di usia seperti ini, rasanya novel-novel picisan ini tidak lagi sesuai untuk kami. Kami bukan abegeh yang lagi jatuh cinta. Ups, jangan-jangan.

"Hadiah ulang tahunku, sebulan yang lalu." Tanpa diminta Arumi menjelaskan asal muasal novel tersebut. Tiba-tiba, aku merasa ada yang aneh dengan Arumi. Wajahnya tak lagi lelah, malah ia terlihat bersemangat. Dan, hei ... wajahnya bersemu merah.

"Hadiah dari siapa? Endra?

Arumi terlihat kesal ketika aku menyebut nama itu. 

"Bukan, dari teman!"

"Wuih, teman apa teman ... " lagi-lagi aku keceplosan. Tanpa sadar aku melontarkan godaan yang entah mengapa tiba-tiba saja tercetus dari mulutku. Dua buah novel roman picisan hadiah ulang tahun dari seorang teman, bukan hadiah dari Endra.

"Temanmu, perempuan?"

"Bukan, laki-laki ... "

Lalu, meluncurlah sebuah kisah yang menurut  penciumanku ada aura asmara di sana. 


Namanya Bahtiar. Arumi berkenalan dengannya lewat media sosial setahun yang lalu. Hubungan keduanya makin akrab ketika Bahtiar sengaja datang ke kota ini dan bertemu langsung dengan Rahmi. Kopdar, ceritanya.

Kepada Bahtiar, Rahmi telah menceritakan semuanya. Tentang siapa dirinya, pekerjaannya, keluarganya, termasuk tentang keretakan hubungannya dengan Endra. 

Kepada Arumi, Bahtiar juga telah menceritakan semuanya. Tentang siapa dirinya, pekerjaannya, keluarganya, termasuk perceraiannya sepuluh tahun yang lalu dan kedua anaknya yang telah dewasa.

"Kamu menyukainya? Kamu .... selingkuh?" kupaksa mengeluarkan suara yang rasanya mencekik leherku.

"Tentu tidak. Aku tidak segila itu. Kami hanya bersahabat, tidak lebih ... " Arumi menjawab dengan cepat.

"Tapi ..."

"Oke, saya tidak akan menyalahkanmu karena berpikir demikian. Terserah, kamu percaya atau tidak. Namun, kehadiran Bahtiar tidak ada hubungannya dengan keputusanku untuk bercerai dari Endra. Saya perempuan normal. Saya juga butuh diperhatikan, butuh kasih sayang, butuh ... cinta."

Tanpa diminta, Arumi kemudian mengungkapkan apa selama ini tak pernah aku pikirkan. Rupanya, sudah lebih dari lima tahun Rahmi tak mendapatkan nafkah batin dari suaminya. Satu penyakit yang bersarang di tubuhnya sehingga membuat Endra tak bisa menunaikan tugasnya sebagai seorang suami. 

Lengkaplah sudah, tak ada nafkah lahir dan batin. Mungkin, inilah yang membuat Arumi begitu ngotot untuk meminta berpisah. Apalagi, kehadiran sosok baru, mau tidak mau telah menghadirkan rasa berbunga-bunga di hatinya. Mengusik kedahagaannya akan kasih sayang seorang suami yang telah lama tak dirasakannya. 

Aku pun kelu mendengar semuanya.




*

Pagi itu aku pulang dengan hati yang basah setelah diberi kesempatan menginap selama dua hari di rumah Arumi oleh suamiku. Kueratkan pelukan terakhirku sebelum memaksa tubuhku memasuki mobil.  Buru-buru kuhapus setitik air yang telanjur jatuh agar tak terlihat Bang Arkan yang berada di sebelahku.

"Kami pamit ya, Arumi. Terima kasih sudah memberi tumpangan untuk istriku yang cantik ini. Jangan kapok, ya, karena besok-besok dia bakalan datang lagi. Kasihan, temannya di kota ini hanya kamu." Seperti biasa, Bang Arkan senantiasa hadir dengan candaannya. Selama dua hari Bang Arkan mengikuti pelatihan di kota tempat Arumi berada. Dan, aku lebih memilih berada di rumah Arumi daripada di hotel.

"Gak kapok, lha. Saya senang, malah. Ada teman curhat dan sharing ... " balas Arumi yang kemudian mengerling kepadaku.

Aku hanya tersenyum kecut mendengarnya. Dan, ketika mobil mulai melaju pelan, aku pun melambaikan tangan pada Arumi dan Sydney yang berdiri di depan pagar melepas kami.

Dan, kesibukan mengurus buah hati membuatku melupakan kisah Rahmi. Hingga, aku menemukan fotonya bersama laki-laki lain di akun media sosial miliknya.



"Selamat, ya, pengantin baru ... " demikian komen-komen yang kemudian bermunculan di status tersebut.

Saat itulah, aku baru tersadar kalau ternyata Rahmi sangat serius dengan ucapannya waktu itu. 

"Barakallahu laka wa baraka alaika wa jama'a baynakuma fii khayr." Mudah-mudahan Allah memberkahimu, baik ketika senang maupun susah dan mengumpulkan kamu berdua pada kebaikan.

Hanya itu yang bisa aku panjatkan untuk kebahagiaan sahabatku. Semoga bahtera kedua yang dibangunnya ini akan abadi hingga kelak di Jannah-Nya. Aamiin.

***

Sabtu, Agustus 13, 2022

Yuk, Lakukan 4 Hal Ini Sebagai Tanda Kita Telah Merdeka




Bulan Agustus adalah bulan yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Pada tahun 2022 ini, seluruh rakyat akan kembali merayakan HUT ke-77 RI. Itu artinya, sudah 77 tahun bangsa kita terlepas dari belenggu penjajahan. Alhamdulillah, berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, seluruh rakyat kini telah menghirup udara bebas, bebas dari belenggu penjajahan.

Seyogyanya, kini kita mengisi kemerdekaan ini dengan memberikan kontribusi yang berharga bagi negara kita. Mari memaksimalkan kemampuan kita demi memberikan kebaikan kepada sesama. Bukankah dalam Islam, kita diajarkan bahwa manusia yang paling baik adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia lainnya.

"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR Ahmad)

Untuk memberikan manfaat kepada orang lain, tentu saja, kita haruslah "selesai" dengan diri kita sendiri. Bagaimana kita bisa memberi sesuatu jika kita sendiri tidak memilikinya? 

Begitu juga dalam hal ini. Sebelum menebar manfaat bagi orang lain, mari kita merdekakan diri kita sendiri terlebih dahulu. Dengan begitu, kita akan mudah untuk bergerak karena langkah kita telah ringan tanpa digelayuti oleh beban-beban yang memberatkan kaki.

Jadi, ingin merdeka? Yuk, Lakukan Hal Ini Sebagai Tanda Kita Telah Merdeka.

1. MERDEKA dari Hubungan Toksik



Hubungan toksik atau toxic relationship adalah jenis hubungan yang lebih banyak memberikan dampak negatif. Tanda kalau sebuah hubungan sudah termasuk toksik adalah saat kita merasa tidak nyaman sehingga senantiasa hadir rasa gelisah, khawatir, atau takut. Kita juga senantiasa merasa diawasi, bahkan menjadi sasaran kemarahan pasangan.  

Untuk itu, beranilah meraih kemerdekaan kita sendiri. Ingat, siapa pun kita, kita berhak untuk bahagia. Kita berhak untuk MERDEKA. 

Hubungan toksik hanya akan membuat kita tidak bahagia. Lalu, bagaimana kita bisa menebar kebahagiaan jika diri kita sendiri tengah bermasalah?

Baca Juga: Blogger Merdeka Menurut Saya

2. MERDEKA dari Belenggu Penyesalan



Masa lalu adalah masa yang telah berlalu dalam hidup kita. Memang, banyak orang yang memiliki penyesalan dari masa lalunya. Beragam pemikiran pun senantiasa hadir. Mengapa begini, mengapa harus terjadi, seandainya begini, seandainya begitu, dan sebagainya. 

Semua penyesalan itu akhirnya menjadi faktor pengganggu. Kita tak bisa move on, karena terus-menerus dibayangi masa lalu.

C'mon Girls, live is must go on. 

Seburuk atau sekelam apa pun masa lalu kita, semua itu sudah tertinggal di belakang. Semua itu sudah terjadi dan kita tak punya kuasa untuk membuatnya tidak terjadi. Terus-menerus berkutat dengan masa lalu tidak akan bisa menghasilkan apa-apa. Malah, kita akan sangat merugi karena semua orang berusaha menyongsong masa depan yang cerah, sementara kita masih terbelenggu masa lalu. 

Daripada menyesali masa lalu, bukankah lebih baik kita menjadikan masa lalu sebagai pelajaran hidup yang berharga. Kita jadikan masa lalu sebagai batu loncatan untuk menggapai masa depan yang cerah. Jadikan kegagalan di masa lalu sebagai pelajaran agar kita tidak mengulangi hal yang sama. Ingat, manusia adalah pembelajar yang baik. Yuk, menjadi versi terbaru kita yang lebih baik dengan meninggalkan bayang-bayang masa lalu yang hanya menyisakan penyesalan berkepanjangan.

3. MERDEKA dari Bad Circle


Bad circle bisa juga diartikan sebagai lingkungan pertemanan yang buruk. Dengan kata lain, kita berada di lingkungan teman-teman yang negatif. Padahal, pertemanan adalah salah satu hal penting yang akan banyak memengaruhi kita, baik itu sikap, pandangan, maupun keputusan-keputusan yang akan kita ambil.

Karenanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam jauh-jauh hari telah mengingatkan kita.

Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Jika tak ingin tenggelam bersama bad circle, segeralah keluar dari lingkungan tersebut. Carilah circle lain yang good. Pertemanan yang bisa membuat kita bahagia. Tidak hanya di dunia, tetapi berlanjut hingga ke jannah.  Circle orang-orang saleh yang tak pernah mengaku kalau mereka adalah orang saleh, tetapi dalam kesehariannya senantiasa berusaha untuk menyolehkan dirinya sendiri maupun orang lain. They are the really good circle. Cari dan jadikan mereka teman.

Baca Juga: Inspirasi Kebaikan Sang Dokter

4. MERDEKA dari Tekanan Orang Lain



“Ih, kok kamu begini, sih? Yang bagus itu, kayak begini!”

“Bajumu kampungan, ganti dong dengan yang modis!”

“Jadi ibu yang baik itu seperti ini. Masa’ begitu saja gak bisa!”

Hayo, siapa yang sering mendapat tekanan seperti di atas? Pastinya, sangat tidak menyenangkan. Kita dipaksa untuk mengikuti selera orang lain, mengikuti kemauan orang lain, dan mengikuti aturan orang lain.

Padahal, kita tentu mempunyai keinginan maupun selera sendiri. Bukan ... bukan kita tidak boleh mendengarkan saran orang lain. Hanya saja, jangan sampai semua keinginan orang lain tersebut harus kita ikuti. Demi ... agar orang lain menyukai kita!!!

Stop berpikir demikian.

Ingat, sampai kapan pun, kita tidak akan bisa menyenangkan semua orang. Jika itu yang menjadi tujuan kita, kita hanya akan menderita sendiri. Bukankah setiap orang mempunyai pandangan, selera, maupun caranya masing-masing? Mampukah kita mengikuti semua perkataan mereka? Tentu saja, TIDAK.

Sudahlah, lebih baik kita menjadi versi terbaik dari diri kita. Dengan begitu, kita bisa mengerjakan segala sesuatunya dengan tenang dan bahagia. Asalkan, yang kita lakukan tidak bertentangan dengan ajaran agama serta adat istiadat yang berlaku maka itu sudah cukup.

Justru, dengan begitu, nantinya akan tersaring dengan sendirinya siapa orang-orang yang sepaham dengan kita dan siapa yang tidak sepemikiran dengan kita. Yakinlah, hidup akan lebih tenteram dengan menjadi diri sendiri. MERDEKA dari tekanan orang lain.

Rasa bahagia itu tak perlu dicari ke mana-mana. Tak perlu healing ke tempat wisata, mal, ataupun berhura-hura sepanjang hari. Rasa bahagia itu ada di dalam diri kita sendiri, tergantung dari kita sendiri. DAN, rasa bahagia yang paling hakiki adalah ketika kita DEKAT dan MAKIN dekat dengan Sang Pencipta, Allah Azza wa Jalla.

Itulah kebahagiaan yang harusnya kita cari dan dapatkan. MERDEKA

*

Senin, Agustus 01, 2022

5 Lomba Khas 17 Agustus

Bulan Agustus telah tiba. Bulan kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia karena di setiap tanggal 17 Agustus, kita merayakannya sebagai Hari Kemerdekaan. Insya Allah, tahun ini adalah tahun yang ke-77 bangsa kita melepaskan diri dari belenggu penjajahan. 

Nah, salah satu seremonial yang paling ditunggu-tunggu di bulan ini adalah acara tujuh belas Agustusan. Bisa dipastikan, dari sekarang, panitia lomba acara tersebut telah bersiap-siap untuk menggelar hajatan tahunan tersebut. Acara seru yang ditunggu-tunggu.

Berikut 7 jenis lomba 17 Agustusan yang paling dinanti oleh masyarakat kita. 

1. Lomba Panjat Pinang


Sesuai dengan namanya, lomba ini berupa memanjat pohon pinang. Namun, bukan sembarang pohon karena seluruh batang pohon yang akan dipanjat telah dilumuri oleh oli atau minyak. Kebayang betapa licinnya batang pohon tersebut. Namun, di sanalah letak keseluruhannya.

Aturan mainnya adalah peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok biasanya terdiri dari 5-6 orang. Tugas mereka adalah bekerja sama untuk mengambil sebanyak mungkin hadiah yang telah dipersiapkan oleh panitia yang berada di puncak pohon. Para peserta ini akan saling memanjat, saling menggendong, ataupun saling bopong agar ada di antara mereka yang bisa sampai ke puncak dan mengambil hadiah untuk mereka.

Baca Juga : Menularkan Kebiasaan Membaca dan Menulis pada Anak

2. Lomba Makan Kerupuk

Lomba makan kerupuk biasanya diikuti oleh anak-anak meski banyak juga orang dewasa yang mengikuti lomba ini. Caranya, panitia menggantung kerupuk putih bulat setinggi yang bisa dicapai oleh peserta lomba. Nah, peserta harus menghabiskan kerupuk tersebut dengan cara berdiri atau duduk, tetapi kedua tangannya dalam keadaan terikat. Siapa yang paling cepat menghabiskan kerupuk, dialah yang menjadi pemenang.

3. Lomba Balap Karung

Peserta lomba ini akan masuk ke dalam karung sehingga kaki hingga dada atau perut terbungkus karung. Para peserta kemudian akan berjejer di garis start dan setelah diberi aba-aba oleh panitia maka mereka berlomba melompat hingga mencapai garis finish. Tentu saja, pemenangnya adalah mereka yang tiba di garis finish terlebih dahulu.

4. Lomba Tarik Tambang



Lomba ini dilakukan secara berkelompok. Dua regu akan saling mengadu kekuatan menarik tali  tambang. Bagi regu yang bisa menarik tali melewati batas yang telah ditentukan maka merekalah yang menjadi pemenangnya. 

5. Lomba Adu Pukul Bantal

Lomba adu pukul bantal dilakukan di atas sebatang kayu yang dipasang di atas kolam. Setiap sesi diikuti oleh dua orang peserta yang saling duduk berhadap-hadapan, kemudian saling memukul bantal ke arah lawannya. Peserta yang berhasil membuat lawannya jatuh ke kolam maka dialah yang menjadi pemenangnya. 


Sebenarnya, masih banyak lagi lomba yang biasa diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan tersebut. Ada lomba membawa kelereng, lomba bakiak, bermain bola dengan menggunakan sarung, dan sebagainya. 

Kalau teman-teman, suka ikut lomba yang mana? Yuk, sharing keseruannya di kolom komentar. 

                                                                                  ***