Senin, Desember 30, 2019

Membangun Ibu Membangun Peradaban


Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya, berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya. (Syair Arab)

Demikian agungnya peran seorang ibu. Dialah yang mengandung, melahirkan, dan menyusui anak-anaknya. Itulah sebabnya, ibu juga dikatakan sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya karena selama waktu itu, anak-anak selalu bersama ibunya.

Peran agung ini tidak tergantikan, bahkan oleh laki-laki paling hebat sekalipun. Oleh karenanya, dalam Islam, perempuan, khususnya ibu, mendapat tempat yang sangat istimewa. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis mutfafaq 'alaihi.

Seseorang pernah datang dan bertanya kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam, “Siapa yang lebih diutamakan (untuk menerima) perbuatan baikku?”
Nabi menjawab, “Ibumu”
Setelah itu siapa lagi?”
“Ibumu”
Setelah itu siapa lagi?”
Ibumu”
Setelah itu siapa lagi, Bapakmu.” 

Mempersiapkan Diri Menjadi Madrasah Terbaik

Ibu adalah madrasah pertama dan selayaknya sekaligus menjadi yang terbaik bagi anak-anaknya. Agar tujuan mulia itu bisa tercapai, tentu saja seorang ibu harus memperhatikan beberapa hal, di antaranya adalah:

1. Membekali Diri Sendiri


Untuk bisa memperbaiki orang lain, termasuk anak-anaknya kelak, tentu saja seorang ibu harus memperbaiki dirinya sendiri terlebih dahulu. Sebuah pepatah Arab mengatakan, “Sesuatu yang tidak punya tidak bisa memberikan apa-apa.

Jadilah ibu yang salihah agar kelak anak-anak menjadi saleh dan salihah. Jadilah ibu yang cerdas agar anak-anak dapat terbimbing dengan baik. Jadilah ibu yang penyayang agar anak-anak tumbuh dalam hangatnya kasih sayang. 

Oleh karena itu, seorang ibu harus mau belajar sehingga bisa mengetahui banyak hal tentang ilmu parenting maupun kerumahtanggaan. Seorang ibu harus mau membangun dirinya sendiri sebagai bekal untuk membangun anak-anak  kelak. Anak-anak yang akan menjadi bagian dari peradaban yang mulia. 

2. Menjadi Role Model

Jika bisa diibaratkan, seorang anak itu laksana spons. Dia dapat menyerap apa saja yang dilihat maupun didengarnya. Oleh karena itu, orang tua sebagai orang yang paling dekat dan paling banyak menghabiskan waktu dengan anak haruslah selalu memperlihatkan perilaku yang baik kepada mereka.

Bagi seorang anak, orang tua adalah idola mereka. Jadi, jangan heran, ketika anak-anak senantiasa diperintahkan melakukan perbuatan A, tetapi yang mereka kerjakan adalah B. Bisa jadi, hal disebabkan role model mereka (yakni orang tua) senantiasa melakukan pekerjaan B. Mereka senantiasa memperlihatkan perbuatan yang justru lebih terekam dan tertanam di dalam memori mereka. Hal ini disebabkan pengaruh yang muncul dari perbuatan dan tingkah laku yang terlihat  secara langsung akan membawa pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh ucapan.

Hal ini sebagaimana diingatkan oleh Imam Ibnul Jauzi dalam kitabnya Shifatush Shafwah  membawakan sebuah ucapan seorang ulama salaf yang terkenal, Ibrahim al-Harbi. 

Dari Muqatil bin Muhammad al-‘Ataki, beliau berkata, “Aku pernah hadir bersama ayah dan saudaraku menemui Abu Ishak Ibrahim al-Harbi.
Beliau bertanya kepada ayahku, Mereka ini anak-anakmu?” Ayahku menjawab, “Iya
(Maka) beliau berkata (kepada ayahku), “Hati-hatilah! Jangan sampai mereka melihatmu melanggar larangan Allah sehingga (wibawamu) jatuh di mata mereka.

Semoga kita dijauhkan hal demikian agar anak-anak selalu melihat orang tuanya berada dalam ketaatan sehingga mereka pun senantiasa mengikuti hal tersebut.

3. Konsisten


Setelah mengilmui hal-hal yang terkait anak, tugas ibu selanjutnya adalah konsisten menjalankan semua aturan yang ditetapkan dan mengaplikasikan semua ilmu yang telah didapatkan. 

Nah, ini yang kadang lebih sulit dilakukan. Apalagi, mengingat tugas mendidik anak merupakan perkara yang harus dikerjakan dalam jangka waktu yang lama (terhitung, sejak anak lahir). Namun, tanpa konsisten, setinggi apa pun ilmu yang diketahui, semuanya hanya akan berakhir sia-sia belaka.

Menjadi ibu, sang penentu peradaban, memang bukanlah yang mudah. Namun, ada satu hal yang harus selalu kita ingat agar dalam menjalankan peran tersebut, kita selalu berada di jalur yang lurus. Kita sebagai ibu harus  bertekad melahirkan dan menjadikan anak-anak kita kelak sebagai orang-orang yang berguna. Orang-orang yang kelak bisa memberi manfaat sebanyak-banyaknya, tidak saja bagi dirinya tetapi juga bagi dunia. Anak-anak yang menjadi bagian dari generasi peradaban mulia, generasi khairu ummah, umat terbaik. 

Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma'rụfi wa tan-hauna 'anil-mungkari wa tu`minụna billāh, walau āmana ahlul-kitābi lakāna khairal lahum, min-humul-mu`minụna wa akṡaruhumul-fāsiqụn

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS  Ali Imran (110)

Referensi:
muslim.or.id
*

(Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing Perempuan Menulis Bahagia)

Sabtu, Desember 28, 2019

Menulis, Cara Yang Kupilih Agar Tetap Bisa Produktif Berkarya Meski Berada Di Rumah


Menjadi seorang ibu rumah tangga bukan berarti seluruh waktunya hanya habis di urusan domestik, mengurus dapur, sumur, kasur. Meski semua itu adalah tanggung jawab utamanya, bukan berarti seorang ibu rumah tangga tidak bisa berkiprah di luar urusan domestik tersebut. Terlebih, di zaman ini, zaman modern dengan kecanggihan teknologi yang bisa membuat banyak hal selesai dalam hitungan menit dan hanya melalui satu klik-an di benda keren yang disebut gawai.

Sungguh, beruntunglah kalian para ibu rumah tangga di zaman ini. Dunia terbuka lebar untuk kita. Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya untuk sebanyak mungkin memberi dampak positif, tidak hanya bagi diri kita sendiri tetapi juga untuk orang banyak. Dengan semua itu, rasanya tidak ada alasan lagi bagi para ibu rumah tangga untuk terkungkung maupun terisolir dari dunia luar. Berkarya dan produktif kini bukan hanya milik perempuan-perempuan dengan karier mentereng di luar sana. Para ibu rumah tangga yang kesehariaannya identik dengan daster dan bau bawang juga bisa mencapai karier gemilang tanpa harus meninggalkan istananya (baca rumahnya).


Be Momwriter


Lalu, bagaimana dengan diriku? Ketika memutuskan menikah, qadarallah, saya hamil dan harus bed rest selama masa kehamilan tersebut. Usai melahirkan anak pertama, saya kembali hamil ketika si sulung berumur dua tahun. Lalu, saya hamil lagi ketika si nomor dua berumur dua tahun dan hamil kembali ketika si nomor tiga berumur belum genap setahun.

Masya Allah, di masa-masa itu, saya betul-betul habiskan dengan mengurus keempat anakku yang usianya tidak jauh jaraknya. Namun, keinginan untuk bisa berkarya di luar rumah membuatku kala itu ikut berjibaku dengan teman-teman sepengajian mendirikan sekolah PAUD dan SDIT. Alhamdulillah, sekolah yang dirintis dari nol itu kini telah tegak berdiri dan memiliki banyak murid yang terus bertambah setiap harinya.

Qadarallah, kami kemudian pindah ke Malaysia. Otomatis saya harus meninggalkan semua itu. Sedih rasanya, tetapi mendampingi suami merupakan tugas utama yang harus saya penuhi.

Saat  berada di negeri jiran itulah saya mulai mencari-cari kira-kira kegiatan produktif apa yang bisa kulakukan di sana. Pengennya sih kembali mengajar, tetapi tak semudah itu Marimar. Ini negeri orang yang mempunyai aturan yang ketat, saya tak bisa mengajar sebebas di negeri sendiri.

Saat itulah, saya mencoba mencari kegiatan yang bisa kulakukan. Apalagi anak-anak sudah semakin besar dan waktu mereka semakin banyak dilakukan di luar rumah (sekolah, les, dan bermain). Dan, pilihanku jatuh pada menulis, kegiatan yang dulu sangat kusukai dan sempat tidak kulakoni karena sibuk dengan urusan domestik. 

Maka, mulailah saya kembali berjibaku dengan dunia kata. Alhamdulillah, sampai saat ini, banyak sekali yang telah kuperoleh dengannya. Terhitung, saya telah menghasilkan beberapa buku, baik solo maupun antologi, menulis di beberapa media, serta menerjemah. 

Alhamdulillah, boleh dibilang saya telah menjadi seorang ibu rumah tangga yang menulis, momwriter. Ke depannya, ingin rasanya menebar kebaikan menulis ini dan membuktikan pada dunia bahwa menulis bisa membuatmu produktif berkarya. Menulis bukan sekadar duduk menghabiskan waktu berjam-jam di depan laptop, tetapi menulis juga bisa memberimu banyak hal, salah satunya adalah materi. 

Tips Produktif Berkarya Bagi IRT


Seorang IRT tetap bisa produktif berkarya. Lalu, apa sajakah tips produktif berkarya itu? Berikut ini beberapa di antaranya.

1. Sadar akan Tugas Utamanya


Tugas utama seorang ibu rumah tangga adalah mengurus rumah tangganya, mengurus suami dan anak-anaknya. Ketika tugas utama ini sudah bisa dikerjakan dengan baik, barulah seorang ibu boleh melirik “dunia” lain dan produktif di sana. Jangan sampai, kesibukan ibu di luar membuat suami dan anak-anak tidak mendapatkan haknya.

2. Manajemen Waktu
Agar semua dapat berjalan dengan baik, buatlah manajemen waktu supaya semua bisa berjalan sesuai dengan keinginan kita. Tanpa manajemen waktu yang baik, bisa jadi salah satu atau bahkan keduanya menjadi berantakan. Ibu tidak ingin hal ini terjadi, bukan?

3. Konsisten dengan Aturan
Setelah sukses membuat manajemen waktu, hal selanjutnya yang harus diperhatikan adalah konsisten. Percuma, membuat manajemen yang bagus bila kita sendiri yang malas menerapkannya. 

4. Tetap Memiliki Waktu untuk Diri Sendiri
Sesibuk apa pun kita, selalu luangkan waktu untuk Me Time. Ingat, kita bukan robot. Tenaga dan pikiran kita terbatas dan harus selalu di charger agar tetap bisa maksimal menunaikan semua kewajiban dan tugas kita. Dan, Me Time merupakan salah satu cara untuk men-charger-nya.

5. Ibadah tidak Terlupakan

Menunaikan ibadah adalah kewajiban kita sebagai hamba Allah. Oleh karena itu, sesibuk apa pun kita, ibadah tidak boleh dilupakan dan ditinggalkan. Kita tentu tak mau menjadi manusia yang sukses di dunia, tetapi merugi di akhirat kelak, bukan?
Begitulah caraku agar bisa produktif berkarya, yakni dengan cara menulis. Menulis apa yang kutahu dan sekiranya bisa membawa kebaikan bagi siapa saja. 
Kalau teman-teman, kegiatan apa yang kalian geluti untuk itu? Sharing, yuk...
*
(Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing Perempuan Menulis Bahagia)