Zaman kuliahan dulu, saya punya teman
seangkatan yang mempunyai nama yang sama denganku, Haeriah. Bedanya, saya
menyertakan nama Bapak di belakang namaku sementara dia tidak.
Biasanya kalau ada yang mempunya nama
sama, suka disangkutpautkan dengan ciri khas lain yang membedakan. Meski tidak
mirip, namun sulit juga menemukan ciri khas yang membedakan saya dengan teman
saya itu.
Kesulitan itu suatu hari dikeluhkan salah
seorang temanku. Katanya, gimana sih membedakan kalian berdua. Pertama, kalian
sama-sama berkacamata. Kedua, kalian sama-sama sipit. Ketiga, tinggi kalian
hampir sama meski dia lebih tinggi. Keempat kalian sama-sama pesek (ups, ini
sih cari gara-gara nih orang bukan mau cari solusi…). Teman yang satu ini
memang suka cari gara-gara kok…..
Karena kesamaan tersebut, ujung-ujungnya
disematkanlah nama pacar dibelakang namanya (kebetulan saat itu dia berpacaran
dengan salah seorang teman seangkatan juga). Hufh, untung saja ada nama Bapak
dibelakang namaku. Selamat deh….
Usut punya usut ternyata teman seangkatan
kami, bukan hanya saya dan dia yang mempunyai nama yang sama. Masih ada
teman-teman lainnya yang bernasib sama. Sama-sama punya nama kembaran. Satu persatu saya sebutkan ya…
Pertama, ada dua Eni, Nur Aeni dan
Suhaeni. Nur Aeni itu teman karibku. Kita se-gank, sama-sama berada
dalam satu naungan club Bahasa Inggris, Greedy English Conversation Club
(GECC). Untuk membedakan keduanya maka
diambillah kesukaan masing-masing. Kebetulan Nur Aeni ini suka sekali dengan lagu-lagu
cadas, music beraliran metal (btw, elo sehobi dengan Bapak Presiden tuh, Eni). Maka jadilah
Eni Metal, aliran music kesukaannya disematkan di belakang namanya. Nur Aeni sekarang telah sukses menjadi guru,
cita-citanya sejak zaman kuliah dulu. Sementara Eni yang satunya saya kurang
tahu perkembangannya.
Kedua, ada dua Asma, Nur Asma Shaleh dan Andi Asma Sari.
Nur Asma Shaleh adalah sahabat saya yang kini telah almarhumah. Sebelumnya,
Asma almarhumah mengambil jurusan teknik
kimia namun ditengah jalan berpindah ke sastra. Sementara Andi Asma Sari kini sukses
berkarier di Luwu Timur. Untuk membedakannya cukup mudah, diambil aja nama
depan masing-masing, Nur Asma dan Andi Asma. Tapi masalah yang justru timbul
adalah……teman-teman malah bingung Asma mana yang bernama Nur Asma dan Asma mana siapa yang
Andi Asma. Waduh……
Ketiga, ada pula dua Nia (r), Hasniar
Latief dan Hasniah (gak sama sih tapi mirip beda satu huruf doang). Hasniar
Latief lagi-lagi juga teman karibku. Sekarang Hasniar berkarier di Kalimantan
dengan dua putri cantiknya. Meski no lost contact, tapi sedihnya kita
jarang berkomunikasi. Padahal zaman kuliah dulu, Niar adalah sahabatku yang
paling akrab. Sementara Hasniah, saya
tidak tahu perkembangannya sejak kami semua meninggalkan almamater.
Keempat, ada juga dua Muhammad Ali. Untuk membedakannya, diambillah
asal daerah masing-masing, Ali Mandar dan Ali Pinrang. Ali Mandar terkadang
juga dipanggil Amita Bachan gara-gara suka menyanyikan lagu-lagu India.
Berhubung saya bukan india’s songs lover, jadinya saya gak tahu
lagu-lagu apa saja yang biasa dinyanyikannya.
Kelima, masih ada dua Umar. Umar yang pertama termasuk golongan
karibku, sama-sama tergabung di Greedy English Conversation Club (GECC). Untuk
membedakannya, kembali diambil nama asal daerah masing-masing. Umar Palopo dan
Umar Pinrang.
Keenam, ada juga dua Muksin. Muksin yang
pertama juga termasuk karibku karena kita sama-sama berjibaku di GECC. Untung
saja keduanya mempunyai ciri khas tersendiri. Satu berkumis dan satunya
gitaris. Jadilah nama mereka menjadi Uccing Kumis dan Uccing Gitar.
Btw, ternyata mereka yang mempunyai
kembaran nama sohibku semua ya? Sama-sama bersama di bawah naungan Greedy
English Conversation Club (GECC) sebuah club berbahasa inggris yang saat itu
sedang booming dibuat teman-teman. Waduh, jangan-jangan kita se-gank
memang ditakdirkan mempunyai kembaran nama ya….
Ngomong-ngomong Greedy English Conversation Club (GECC), saya
mendadak merindukan sosok kalian semua. Where are you now, guys??????
Hasniar Latief, Nur Aeni, Andi Irawati, Siti Arfah, Muhammad Ali, Umar, Muksin,
Haris, Alamsyah. Dimanapun dan bagaimanapun keadaan kalian, semoga yang terbaik
tetap untuk kalian. Kalau kangen, hubungika kodong, di sini…..
Kuala Nerus, 4 Oktober 2016
Saya alhamdulillah mulai dari sd sampe sekarang gak ada yang ngembarin, kata teman2 nama saya unik,beda bahkan suka dikira dari bahasa sanskerta, jadi mudah diingat. :). Jadinya saya gak pernah punya nama pena, karena bangga dengan sematan nama dari orang tua. #jadi curhat yak? :D
BalasHapusNamanya emang unik, mba. Udah bagus dan keren jadi gak perlu lah diganti. Namaku yang pasaran aja gak kuganti, kasihan orang tua udah ngasih nama yang artinya bagus dan bisa jadi doa. Lagian biar mereka bangga karena nama orang tua ikut mejeng.
HapusSaya pernah waktu SMP, waktu beli buku paket di koperasi ada dipanggil nama wuri wulandari tapi kok kelas 3 padahal waktu itu saya masih kelas 1 hihihihi, terus waktu daftar kuliah, ada namaku di pengumuman tenyata memang namaku, tapi beberapa tahun kemudian ada akun fb bernama "wuri wulandari" yang add dan nanyain apakah kamu yang daftar kampus ini. Aku bilang iya, ternyata dia sempat mengira kalau yang lolos itu nama dia tapi kok nomor pesertanya berbeda :D hihihi (padahal kata mama ku langka banget nama wuri wulandari, kalau wulandari banyak). Hihihi mamaku juga heran
BalasHapusPadahal namanya kayaknya gak pasaran ya mba, eh ternyata masih ada kembarannya juga. Trus gimana mba dengan mba "wuri wulandari" yang nge-add fb, apa masih berteman sampai sekarang?
HapusUNtung dulu ndak ada yang sama namanya dengan namaku.
BalasHapusMengerikan kalo dicari-cari perbedaannya hihi.
Salah satu hal yang paling tidak kusuka dulu adalah mempunyai kembaran nama. Itumi, karena untuk membedakan dengan yang lainnya orang biasa mencari-cari perbedaan yang ujung-ujungnya jelekta yang diambil, huhuhu
Hapus