BANGGA MENJADI IRT

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Selasa, April 07, 2015


Haeriah Syamsuddin

(IRT dengan 5 anak dan penulis buku “Tiket Ke Surga, 1001 Amalan Ringan Berpahala Besar Bagi Perempuan”)


“Sarjana kok di rumah aja, apa tidak sayang dengan ijazahnya…”

“Kamu kan cerdas, lulus dengan cum laude, masa cuma jadi IRT, sih…”

Komentar-komentar di atas sering kita dengarkan ketika ada seorang wanita yang memilih menjadi IRT. Mereka  menyayangkan pilihan tersebut. Terlebih ketika selama dalam masa pendidikannya,  wanita tersebut memiliki segudang prestasi akademik.

IRT seperti sebuah pilihan yang  tidak popular, jika tidak ingin dikatakan sebagai profesi yang dipandang sebelah mata.  Yang lebih parah, tidak sedikit yang  menilai  profesi IRT  sebagai sebuah kemunduran. Dengan beralasan kalau  sekarang zaman modern maka  sudah saatnya para wanita menunjukkan eksistensi dirinya. Sudah saatnya wanita tidak hanya berkutat seputaran dapur,sumur, kasur. Sudah saatnya wanita menunjukkan pada dunia bahwa mereka tidak kalah dengan kaum lelaki. Sudah saatnya wanita tidak lagi bergantung kepada kaum lelaki.

Dengan beragam alasan tersebut, kini semakin banyak wanita yang berbondong-bondong meninggalkan rumahnya. Demi untuk sebuah prestise dan prestasi mereka ikut membangun karier di luar rumah. Bersaing dengan para lelaki atas nama emansipasi.


Mendulang Pahala IRT
Hendaklah kalian (para istri) tetap di rumah kalian”  demikian arti penggalan   Surah Al Ahzab ayat 33.  Ayat ini menganjurkan  para wanita, khususnya para istri, agar senantiasa berada di rumahnya sendiri. Dengan kata lain, tempat terbaik bagi seorang wanita ialah berada di dalam rumahnya. Dan sebagai seorang muslim yang baik, tentunya kita yakin dan percaya bahwa tidaklah Allah menurunkan perintah maupun anjuran kecuali ada banyak hikmah dibaliknya.

Seorang IRT memang   akan lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam rumah. Rumah adalah istana kecilnya. Rumah adalah tempatnya berkarier. Rumah adalah pelindung sekaligus hijab baginya. Rumah adalah tempatnya menghasilkan generasi terbaik ummat. Dan dari dalam rumahlah dibangun sebuah keluarga yang bertujuan mencapai jannah.  Bersatu dalam satu ikatan kekeluargaan bukan hanya di dunia namun hingga di akhirat kelak.

Seorang IRT akan dapat lebih fokus mengelola keluarganya. Ia tidak perlu disibukkan dengan urusan mencari nafkah, persaingan antar teman sekerja, atau menghadapi tuntutan pekerjaan yang terkadang melampaui batas kemampuan, sebagaimana yang biasa dihadapi para wanita karier.  

 Seorang IRT juga akan terhindar dari pergaulan yang tidak sehat di luar rumah sehingga ia  dapat lebih terjaga dari fitnah dan  pengaruh buruknya. Diantara akibat buruk itu ialah perselingkuhan, sebagaimana yang saat ini sedang marak terjadi. Dalam sebuah hadits  disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:  “Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”. (HR. Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi).

Seorang IRT yang menitikberatkan focus pada rumah tangganya akan lebih mudah qanaah,  menerima keadaan suami apa adanya, serta ridha dengan pemberiannya meski sedikit. Kesetiaan serta cintanya pada suami juga dapat lebih terjaga dan terpelihara.   

Seorang IRT juga  mempunyai lebih banyak waktu untuk dirinya sendiri. Waktu ini dapat dipergunakan untuk menuntut ilmu agama sehingga ia  semakin  tahu akan hak dan kewajibannya. Atau ia juga dapat mengembangkan minat serta bakat yang ada padanya tanpa perlu keluar rumah. Menulis, misalnya. Fenomena IRT yang menjadi penulis kini semakin marak. Kegiatan ini dapat dilakukan di sela-sela kesibukan utamanya, mengurus rumah tangga. Untuk itu tulislah hal-hal yang baik dan bermanfaat untuk umat. Lakukanlah hal ini dengan niat  untuk berdakwah. 

Keberadaan IRT juga akan membawa kebaikan bagi suaminya. Suami akan lebih tenang bekerja dan mencari nafkah. Suami juga dapat lebih fokus dan bersemangat membina kariernya tanpa dihantui berbagai kekhawatiran akan istri maupun anak-anaknya. Keadaan ini  akan membuat  suami  ridha dan semakin  mencintai istrinya. Maka berbahagialah  wanita yang berada dalam keadaan seperti ini.

Dari Ummu Salamah radhiallahu anha, ia berkata Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Wanita (istri) mana saja yang meninggal dalam keadaan suaminya ridha padanya niscaya ia akan masuk surga” (HR Tirmidzi)

Seorang IRT juga akan membawa kebaikan bagi anak-anak. Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Pembentukan kepribadian seorang anak banyak ditentukan oleh sejauh mana seorang ibu mengambil peranan. Untuk itu dibutuhkan intensitas hubungan yang lebih banyak antara ibu dengan anak-anaknya.

Lihatlah, betapa saat ini banyak anak yang tidak merasa betah di rumahnya sendiri. Padahal rumah mereka tergolong mewah serta lengkap dengan segala fasilitas terbaru. Namun karena tak ada kehadiran serta kasih sayang dari kedua orang tua, utamanya ibu, maka mereka lebih memilih menghabiskan waktu di luar sana. Berkumpul bersama teman-teman yang justru tak jarang malah menjerumuskannya ke lembah maksiyat. Naudzubillah.

Karenanya  seorang IRT harus  lebih memperhatikan pendidikan anak-anaknya, utamanya pendidikan agama. Bayangkan, kita sebagai orang tua turut mendapatkan pahala dalam setiap lantunan ayat suci Alqur’an yang mengalir dari mulut mereka karena orang tuanyalah yang mengajarkan  membaca Alqur’an,  ilmu-ilmu agama serta adab-adab islami. Bukankah anak adalah investasi dunia akhirat bagi kedua orang tuanya. Setiap kebaikan yang diajarkan akan mendapat balasan-Nya. Bahkan balasan itu akan terus mengalir meski kedua orang tuanya telah meninggal dunia.  

Dengan menyadari akan banyaknya keutamaan seorang IRT maka sudah sepantasnya seorang wanita yang memilih profesi tersebut tidak lagi berkecil hati. Sebaliknya, malah merasa bangga, mulia dan bahagia menjalani kehidupan sebagai seorang Ibu Rumah Tangga. Ya, sesungguhnya IRT adalah sebuah profesi dengan banyak kemuliaan dan keutamaan, baik itu bagi wanita yang bersangkutan, keluarga, masyarakat di sekitarnya bahkan pada dunia.

(Dimuat pada Majalah Sedekah Plus Edisi Februari 2015)





Sumber : 

  • Share:

You Might Also Like

0 Comments

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging