Bapak, Rahimahullah
sangatlah keras dan tegas. Entah berapa kali sentuhan kayu mendarat di
badanku jika aku lalai melaksanakan perintahnya. Meski demikian, aku sadar
Bapak melakukan itu demi untuk menjadikanku anak yang tangguh terlebih aku
adalah anak sulung yang tentu saja sangat tidak diharapkan tumbuh menjadi anak
yang cengeng dan lemah. Meski aku anak perempuan.
Meski terlihat
sangar namun Bapak mempunyai sisi kemanusiaan yang sangat menyentuh. Beliau
mempunyai "langganan" pengemis yang rutin datang meminta jatah di
rumah. Pengemis tersebut adalah para mantan penyandang penyakit kusta. Dan,
bukan hanya dengan sukarela Bapak memberikan sumbangan bahkan Bapak senantiasa
menyambut mereka seakan-akan mereka adalah dua orang sahabat yang lama tak
berjumpa.
Pernah suatu ketika
aku protes dengan sikap Bapak.
"Mereka adalah
orang-orang yang terbuang. Lihatlah betapa banyaknya orang yang menutup diri
dari menerima kehadiran mereka. Jika kita juga bersikap demikian, maka kemana
lagi mereka harus pergi. Lihatlah senyum dan tawa mereka. Betapa indahnya
melihat kebahagiaan terukir di wajah mereka" Bapak menasehatiku yang
sedang protes ataupun sedang mogok dan pura-pura tidak mendengar salam mereka
dengan harapan mereka segera pulang tanpa bertemu bapak yang berarti mereka
tidak akan mendapatkan apa-apa dari Bapak.
Sikap Bapak itu
mengajarkan aku untuk untuk tidak merasa malu berteman dengan orang-orang
pinggiran. Bahkan Bapak lebih mengutaman berteman dengan mereka ketimbang
dengan orang-orang yang lebih berada. Kata Bapak "kehadiran mereka membuat
kita akan lebih banyak bersyukur dengan semua limpahan rahmat yang
diberi-Nya"
Selain langganan
pengemis, Bapak juga punya langganan lain. Kalau yang ini aku tidak pernah
protes. Mereka adalah langganan poteng dan ka'do bulo, dua penganan khas
Makassar dan sekitarnya. Karena bapak, aku juga jadi suka dengan penganan
tersebut. Hmm, nyummy...
Banyak ajaran yang
telah diberikan Bapak. Semoga ajaran-ajaran tersebut mampu kujalani bahkan
kuteruskan pada anak-anakku. Dengan demikian amal kebajikan yang kami lakukan
dapat menjadi amal jariyah bagi Bapak. Amal yang pahalanya tetap mengalir meski
Bapak tidak bersama kami lagi di dunia ini.
“Jika seseorang
meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu):
sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR.
Muslim no. 1631)
Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii
shoghiiroo
Artinya
“Ya Tuhanku!
Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
0 Comments
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging