TIMBANGAN DAN KELUARGAKU

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Selasa, Agustus 22, 2017




Bermasalah dengan timbangan? Hm, seingatku tidak pernah. Eh, bukan tidak pernah sih tapi jarang. Alhamdulillah, meski kini badanku sedang gembrot-gembrotnya namun tidak terlalu membuatku gusar. Maklum, komen-komen suami dan anak-anak senantiasa mendukungku. 


Gembrot itu tanda kamu berkecukupan makan. Lagian kasihan suami kalau istrinya kurus, nanti dikira tidak diberi makan...” Komentar suamiku setiap kali saya complain dengan berat badanku.

Gembrot itu asyik, seperti squishy. Enak diunyel-unyel” komentar si bungsu yang di usianya yang empat tahun masih terus menerus nempel dan menggelayuti badanku.

Oke fix, no problem with my overweight.

Tapi setelah dipikir-pikir ternyata saya pernah punya masalah dengan timbangan. Tapi bukan berhubungan dengan kelebihan berat badan. Sebaliknya, kekurangan berat badan alias kurus.

Jadi ceritanya begini, saat si sulung masih bayi, ia termasuk anak yang kurus. Padahal sewaktu dilahirkan, berat badannya cukup lumayan, 3,5 kg. Namun seiring waktu, perkembangan berat badan si baby sulung berjalan lambat, sangat lambat malah.    

Kondisi ini sangat berbeda dengan sepupunya yang hanya berbeda sebulan usianya. Berat badan sepupu si sulung bertambah sangat cepat. Sang sepupu pun tumbuh gendut nan menggemaskan.

Pertumbuhan si sulung yang lambat itu membuatku agak malas membawanya setiap bulan ke posyandu, meski tetap saja saya senantiasa rutin membawanya ke sana. Bukan apa-apa sih, saya paling malas dinyinyirin para ibu yang juga hadir di sana. Nyinyiran yang akan langsung bergema saat dan usai si sulung ditimbang berat badannya.

Ih, anaknya kok kurus sih. Kasihan…”

“ASI-nya gak bagus. ASI basi, makanya anaknya kurus”

“Ibunya gak becus, nih…”

Huah, pokoknya komen-komen yang benar-benar menguji kesabaran. Mau dibalas malah bisa bikin ribut. Didiamkan bikin nelangsa jiwa. Huhuhu.

Kembali ke urusan timbangan.


Alhamdulillah, meski badan si sulung tergolong kurus namun ia sangat aktif. Keaktifannya membuat kegundahanku sedikit terobati. Apalagi beberapa dokter yang kudatangi untuk menanyakan masalah berat badan si sulung mengatakan bahwa tidak mengapa seorang anak kurus yang penting sehat dan aktif.

Alhamdulillah, kini si sulung sudah berusia 18 tahun. Tubuhnya  masih tetap kurus tapi si sulung cukup aktif, sebagaimana saat ia masih kecil. Gak apa-apa kurus ya Nak, yang penting sehat. 
  

*

Tulisan ini merupakan bagian dari Collaborative Writing Kumpulan Emak-Emak Blogger dan merupakan tanggapan atas tulisan mak Diah Alsa, perempuan dan timbangan. 

  • Share:

You Might Also Like

2 Comments

  1. Iyah Mbak, emang bikin baper ya klo anak dibanding2in dgn anak lain, apalagi klo anak saudara/keluarga sendiri.. Isshh manalagi dibilangin ASI basi gitu, wadoohh pasti si ibuk yg komen kek gitu gak gahol dehh, gemesss.

    Kurus ataupun gemuk, yg penting anak sehat, aktif dan ceria :)

    Makasiih tanggapannya, Mak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beneran Mak Diah. Padahal, setiap ibu pastinya sudah memberikan yang terbaik buat anak-anaknya.

      Makasih juga Mak, udah mampir.

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging