SEORANG LELAKI DAN TAKDIRNYA

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Minggu, Maret 12, 2017



Setiap manusia pastinya pernah merasakan kesedihan, kesukaran, kesempitan bahkan kehilangan. Itulah dinamika hidup. Tak ada manusia yang selama hidup di dunia hanya merasakan satu hal saja. Bahagia selamanya atau menderita selamanya.


Ujian yang terjadi sebenarnya merupakan tanda-tanda kecintaan Allah kepada makhluk-Nya. Diibaratkan anak sekolah, ujian merupakan sarana untuk masuk ke tingkat yang lebih tinggi.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS: Al-'Ankabuut:2)

Demikian pula yang terjadi dengan lelaki itu dan keluarganya. Di saat kehidupan telah berjalan seperti yang direncanakan, di saat mereka memantapkan diri sepenuh hati   di jalan dakwah, saat itulah rencana tersebut harus luluh berantakan.

Entah sejak kapan dan bagaimana caranya tiba-tiba  sebuah fitnah jahat berhembus mengoyak indahnya udara ukhuwah yang telah terjalin bertahun-tahun. Dan parahnya, fitrah tersebut  datangnya dari orang-orang kepercayaan mereka, sahabat-sahabat mereka  sendiri.

Nasi telah menjadi bubur. Fitnah itu telah melukai kesabaran serta keikhlasan yang telah dirajut bertahun-tahun. Kebersamaan tanpa kepercayaan adalah mustahil. Tak ada jalan lain selain segera pergi meninggalkan tempat itu.

Usai memberikan sumpah bahwa semua itu tak benar, keluarga kecil itupun pergi. Meninggalkan mereka yang percaya dengan fitnah itu untuk tetap memeluk kepercayaannya serta meninggalkan mereka yang tidak percaya untuk tetap teguh mengusung kemuliaan keluarga itu.



But, life still must go on….

Keluarga kecil itu kemudian melanjutkan kehidupan di kampung halaman. Lelaki itu kemudian   bekerja di sebuah lembaga dakwah sementara istrinya mengajar di sebuah SDIT. Semua  harus kembali diulang dari nol. Mencoba berbagai peluang bisnis di tempat yang baru.

Ada pendaftaran beasiswa dari pemerintah provinsi…..” beritahu lelaki itu di sela-sela kesibukannya mencari peluang di mana saja, salah satunya dengan browing internet. Dari hasil browsing itu ia mendapatkan informasi akan sebuah program beasiswa doctoral.

Dicoba aja peluangnya. Gak ada ruginya dicoba, yang namanya rezeki takkan kemana” istrinya menyemangati.

Suami pun memilih dan memilah kira-kira negara mana yang akan dijadikan tujuan kelanjutan study-nya, Inggris atau Malaysia. Namun dengan segala pertimbangan akhirnya pilihan jatuh pada negeri jiran. Dekat tapi berkualitas, Insya Allah.    

Gak usah mimpi terlalu tinggi deh. Ntar jatuh, sakit lho….” Satu dua orang mengingatkan mereka untuk tidak bermimpi terlalu jauh. Kesederhanaan yang tercipta selama ini membuat sebagian orang memandang sebelah mata pada mereka. Padahal mereka hanya  ingin mendapatkan dukungan dan doa. Namun nyatanya…..

“Aku lulus. Alhamdulillah….” Berbekal doa serta kepasrahan yang dalam akan takdir Allah akhirnya berita gembira itu menyapa keluarga sederhana tersebut.

Alhamdulillah

Lelaki itupun segera mengurus segala hal yang terkait dengan kelanjutan study-nya. Tak lama berselang, sejumlah uang dengan nominal yang sangat besar bagi ukuran mereka mengisi rekening tabungan yang baru saja dibuka demi keperluan study dan pernak perniknya.

Sekian puluh juta rupiah!!!


Sejujurnya, bukan nominal itu yang membuat lelaki dan istrinya itu terkesima. Namun, peristiwa dibalik semua yang terpampang di depan mata kini. Peristiwa yang terjadi dikarenakan sebuah peristiwa lain sehingga peristiwa ini terjadi.

Rasanya baru kemarin fitnah jahat menimpa mereka. Rasanya  baru saja  mereka pergi dalam keadaan terhina  dari tanah harapan mereka. Rasanya luka-luka itu baru saja mengiris dan melukai hati-hati mereka.

Namun kini……… Engkau telah memberikan nikmat yang begitu besar. Nikmat yang rasanya tidak sebanding dengan ujian yang diberikan kemarin. Ya Rabb, betapa banyaknya limpahan nikmat yang Engkau berikan.

Allahu Akbar

Setelah semuanya beres maka untuk pertama kalinya lelaki melakukan perjalanan ke luar negeri. Dekat sih, di negeri jiran. Tapi namanya ke luar negeri ya tetap saja deg-degan. Apalagi selama ini lelaki itu hanya tahunya daerah pelosok dan daerah terpencil.

Tapi lagi-lagi Allah masih ingin menguji kesabaran beliau.

Usai melaksanakan shalat dzuhur berjamaah di masjid kampus, lelaki itu baru tersadar kalau ternyata tas ranselnya raib entah kemana. Tentu saja ini masalah besar. Dalam tas tersebut ada laptop yang baru berusia sepekan, handphone, ada sejumlah uang, ada surat-surat penting. Tapi yang paling penting adalah dalam tas tersebut juga ada PASSPORT. Ya, passport jika diibaratkan adalah nyawa kedua bagi seseorang yang tengah berada di negeri orang.

Maka habis…..habislah semua. Di negeri orang lelaki itu harus  terpontang panting mengurus semuanya dari awal. Kalau sudah begini, bisa apa coba selain sabar dan ikhlas menerima takdir Allah sembari menunggu entah takdir apa berikutnya.

Dalam kebingungan, entah dari mana datangnya tiba-tiba lelaki itu bertemu dengan seorang pria tua yang terlihat teduh dan cerdas. Tanpa ba bi bu, pria tua itu menawarkan lelaki tersebut pekerjaan sebagai asistennya. Kerjanya cuma satu, menulis. Rupanya pria tua itu seorang professor di kampus ini. Sang Professor baru saja memecat asistennya yang tidak tahan dengan cara kerja professor tersebut.

Tanpa pikir panjang lelaki itu menerima tawaran tersebut. Tawaran itu seperti oase di Gurun Sahara. Menyejukkan, menghilangkan dahaga kegalauan.

Dan, mulailah babak baru dalam kehidupan lelaki itu. Tempaan Sang Professor yang ala-ala militer membuatnya menjadi sosok yang tangguh dan cerdas. Tempaan yang membuat langkahnya maju lebih cepat dibanding teman-teman seangkatannya.

Singkat cerita lelaki itu berhasil menyelesaikan studynya. Lebih cepat dibanding jadwal. Tak ayal iapun tercatat lulus dengan nilai plus. Alhamdulillah.

Setelah itu tawaran post doctoral pun datang dan setahun kemudian lelaki itu diterima sebagai dosen senior di sebuah Universitas kerajaan di negeri tersebut merangkap sebagai dosen juga di sebuah universitas swasta di tanah air.

Alhamdulillah.

Sabar dan Ikhlash, dua kunci keberhasilan yang berhasil dibuktikan lelaki itu.

Alhamdulillah, cerita kelam itu sebenarnya  telah tertinggal jauh dibelakang. Tulisan ini dibuat bukan untuk mengungkit-ungkit masa lalu hanya saja sebagai penguat dan penyemangat bagi kita semua bahwa rencana Allah itu memang indah. Allah yang paling tahu apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Bahkan melebihi apa yang diketahui hamba tersebut.


Tulisan ini merupakan bagian dari event Blogger Muslimah Sisterhood yang diadakan Blogger Muslimah Indonesia

  • Share:

You Might Also Like

20 Comments

  1. Ceritanya begitu mengharukan, salut buat sang istri yang selalu mendukung di belakangnya tanpa kenal putus asa

    BalasHapus
  2. Begitu lah hakikat kehidupan ya mbak. Allah selalu memberi jalan yang tak pernah disangka sangka dan selalu ada nikmat yang besar bagi mereka yang sabar dan ikhlas. Masya Allah ceritanya menyentuh dan inspiring banget.

    Terimakasih ga mbak. ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Intinya sabar dan ikhlas. Yang penting kita yakin dan percaya bahwa Allah tidak akan memberi ujian melebihi memampuan hamba-Nya.

      Hapus
  3. Terharu Mbak baca kisah ini. Doktoralnya ambil jurusan apa Mbak lelaki itu? 😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pun menuliskannya sembari menahan emosi. Kayaknya jurusan sosial, Mba...

      Hapus
  4. Masyaa Allaah...
    Lelaki memang harus panjang langkah yah untuk menjemput keberhasilan. Semoga semakin berkah ilmu lelaki itu

    BalasHapus
  5. MasyaALLAH, innallaha ma`ashobirin, Allah bersama orang orang yang sabar. keren mbak perjuangan suaminya, from zero to hero banget. menginspirasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, selalu ada hikmah dibalik setiap ujian yang Allah berikan.

      Hapus
  6. MasyaAllah.. Merinding baca ini. Memang benar ya, Allah tidak akan membebani hambaNya kecuali hamba itu kuat menangggungnya, dan selalu ada kemudahan disetiap kesulitan.
    Batakallah Mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, Allah tidak akan membebani hamba-Nya diluar kemampuannya. Hanya saja, terkadang kita yang kurang sabar menjalaninya. Terima kasih

      Hapus
  7. Mbak, ceritanya menginspirasi dan buat saya mewek. Secara lg menghadapi hal sama, meski gak seberat lelaki itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ujian Allah memang terasa berat di awalnya, Mba. tapi insya Allah akan terasa manis di penghujungnya. Yakinlah....

      Hapus
  8. Aq ga bisa nih nulis tipe tipe gini.. keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masak sih mba? Blogmu keren bangets lho, saya belajar banyak di sana

      Hapus
  9. Nice post, jadi merenung, makasih mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, semoga menjadi renungan kita bersama

      Hapus
  10. Masya Allah. Terharu baca ini. Fainna maal usri yusron. Inna maal usri yusron. Maha benar Allah dg segala firman-Nya ya, Mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah membaca. Semoga kita bisa memetik hikmahnya bersama.

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging